Monday, March 17, 2008

HIKAYAT PERANG SABIL ‘.


Bala tentara kolonial Belanda pada tanggal 26 Maret 1873 menyampaikan
manifesto perang kepada Kerajaan Aceh, karena ultimatum yang berisi
tuntutan agar Aceh mengakui kedaulatan Belanda tidak mendapat jawaban
yang memuaskan, maka Belanda pada tanggal 8 April 1873 mulai menyerang.

Armada laut Belanda yang terdiri dari enam buah kapal uap, lima buah
kapal layar, lima buah kapal barkhas, delapan buah kapal peronda, enam
buah kapal pengangkut, dua buah kapal angkatan laut, satu buah kapal
komando, dibawah komando Jenderal J.H.R. Kohler mendaratkan kekuatan
angkatan bersenjatanya di pantai Aceh besar.

Seri Paduka Bangta Muda Tuanku Hasyim menyerukan agar ‘Tanah Aceh’
dipertahankan matia-matian, meskipun tinggal sampai sebesar nyiru
sekalipun. Kepada masyarakat Aceh disampaikan melalui pelbagai jalur
komunikasi yang ada mengenai sebab-musabab ketegangan yang disebabkan
oleh serangan pihak Belanda, serta cara-cara mengatasinya. Jalan yang
ditempuh untuk mengatasi ketegangan ialah dengan bertempur melawan musuh
yang dianggap merusak sendi-sendi agama Islam.

Unsur perang sabil yang telah lama berada dalam masyarakat Aceh diangkat
sebagai basis ideologi, diaktifkan menjadi salah satu faktor yang
menentukan dalam perlawanan terhadap Belanda. Wajarlah jika para
pemimpin agama menimba ilmu dari kitab suci Al-Qur’an yang merupakan
sumber hukum tertinggi dalam agama Islam, menggubah hikayat dengan
maksud agar setiap Muslim merasa terpanggil untuk memenuhi kewajiban
berperang di jalan Allah.

Ketika negeri Aceh dilanda serangan bangsa yang dianggap kafir, para
ulama berupaya agar umat dapat dididik dengan berbagai cara hingga mampu
memiliki motivasi yang padu dalam mengusir Belanda.

Hal demikian dapat terjadi dalam satu masyarakat, seperti masyarakat
Aceh, yang nilai keagamaannya memainkan peranan penting. Sehingga agama
dan politik dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang logam yang
sama.

Berbeda dengan sastra Melayu yang mengenal hikayat sebagai prosa, dalam
sastra Aceh, hikayat adalah puisi diluar jenis pantun, nasib, dan kisah.
Hikayat bagi orang Aceh tidak hanya berisi cerita fiksi belaka, tetapi
berisi pula butir-butir yang menyangkut pengajaran moral. Orang Aceh
sangat gemar mendengarkan pembacaan hikayat, yang sampai pada awal abad
XX merupakan hiburan utama yang bersifat mendidik.

Sesungguhnya, hikayat-hikayat perang sabil ini telah ada semenjak Aceh
bertempur melawan Portugis pada tahun 1521. Salah satu diantaranya
adalah Hikayat Malem Dagang, yang terus diwariskan turun-temurun kepada
generasi-generasi berikutnya. Syaikh Muhammad Ibn Abbas alias Tgk Chik
Kutakarang dalam kitabnya yang berjudul Tadhkirat al-Radikin merujuk
Hikayat Malem Dagang sebagai peristiwa perang melawan kafir dimasa lalu
dan menasihatkan kepada semua orang Aceh agar menarik pelajaran dari
kisah-kisah perlawanan seperti itu.

Selain daripada itu, ada juga naskah hikayat perang sabil yang ditulis
pada 5 Oktober 1710 (11 Sya’ban 1122 H) yang mencantumkan sumber
gubahannya dari kitab yang bernama Mukhtasar Muthiri’I-gharam yang
berasal dari Syaikh Ahmad Ibn Musa. Ada pula naskah lainnya tentang
hikayat perang sabil yang ditulis pada tahun 1834. Gubahan tersebut
bersumber dari kitabnya Syaikh Abd al-Samad al-Falimbani murid dari
Syaikh Abdussamad yang bertempat tinggal di Mekkah.

Dari segi isinya, hikayat-hikayat perang sabil dapat dibagi dalam 3
kategori, yaitu : (1) yang berisi anjuran untuk berperang sabil dengan
menunjukkan pahala, keuntungan, dan kebahagiaan yang akan diraih, (2)
yang berisi berita mengenai tokoh atau keadaan peperangan di suatu
tempat yang patut disampaikan kepada masyarakat untuk mendorong semangat
orang-orang Muslimin yang sedang berjihad, (3) yang mencakup kedua-dua
kategori yang tersebut terdahulu.

Selain daripada itu, disampaikan pula mengenai faedah yang akan
diperoleh bagi mereka yang mengeluarkan dana untuk kepentingan perang
sabil. Dimana Allah SWT akan membalasnya dengan imbalan berlipat ganda
dan mereka pun akan dimasukkan ke dalam surga.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 261, Allah SWT berfirman : “...orang yang
menafkahkan hartanya pada jalan kebajikan (sabilillah) seperti buah biji
yang tumbuh menjadi tujuh tangkai, pada tiap-tiap tangkai itu berbuah
seratus biji, Allah mempunyai karunia luas lagi mengetahui”.

Dalam masa perang dengan belanda, orang Aceh membaca hikayat perang
sabil di dayah-dayah atau pesantren, di meunasah-meunasah, dan di
rumah-rumah, ataupun di tempat lainnya sebelum orang pergi bertempur
melawan Belanda. Di daerah-daerah yang sudah dikuasai oleh Belanda,
orang membaca dan mendengarkan hikayat perang sabil secara
sembunyi-sembunyi, khawatir ditangkap oleh pihak Belanda.

Belanda menganggap hikayat perang sabil itu sangat berbahaya, sebab
dapat membangkitkan semangat melawan Belanda. Begitu besar kekhawatiran
Belanda terhadap pengaruh hikayat perang sabil, sehingga Gubernur Aceh
–A.H. Philips- dalam memori serah terima jabatannya menyatakan bahwa
membaca hikayat perang sabil yang diadakan dihadapan umum dapat
merangsang pembaca atau pendengarnya sedemikian rupa sehingga dapat
menghilangkan keseimbangan jiwa yang kemudian disalurkan dalam tindakan
membunuh Kaphe -Kafir Belanda- , sebab itu adalah penting sekali apabila
hikayat-hikayat seperti itu disita dan dimusnahkan menjadi makanan api.

Hikayat-hikayat perang sabil ditulis dalam bahasa Aceh, adapun kutipan
yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dari sebagian kecil
hikayat-hikayat perang sabil tersebut adalah sebagai berikut :

Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah khaliqul asyya’, segala hal ciptaan Rabbi
Arasy kursi surga neraka, semua langit dunia dan bumi
Kemudian selawat salam hamba, kepada junjungan penghulu Nabi
Kepada waris bersama sahabat, termasuk sekalian Muhajir Anshari

Setelah selesai puji selawat, berilah hidayat hamba yang fakir
Insya Allah dengan tolong tuhan, hamba berkabar hal perang sabil
Kabar kitab hamba kan karang, biarlah kukarang yang mana jadi
Hamba perbuat atas kebajikan, mudah-mudahan pahala diberi...


...Jikalau kacau serta salah, janganlah marah pada fakir ini
Aku menulis dipihak Allah, semata-mata karena Illahi
Wahai tuan adik dan abang, jangan hindari berperang sabil
Jangan hitung para hulubalang, sudah dirasuki jin dan pari
Wahai tuan dunia akhir, agama tak lagi di segala negeri

Semua ulama berdiam diri, akan perang kafir tiada perduli
Lidah ulama semau lah kelu, tak lagi perduli kerja perang sabil
Melainkan yang ada dengan izin Allah, Tengku di Tiro mewakili Nabi
Ulama lain di setiap negeri, berdiam diri tiada perduli
Mereka sangka dapat lepas, ketika diperiksa di hari nanti

Pada hari menghadap Allah, takkan lepas wahai sayidi
Demikian dikatakan dalam kitab, firman Alllah dengan hadith Nabi
Wahai tuan adinda sahabat, firman Hadarat Tuhanku Rabbi
Dari semua ibadat yang ada, yang terlebih mulia berperang sabil
Kutipan hadith tak hamba baca, hanya makna tertulis disini

Untuk peringatan jaga-jaga, barangkali lupa semua akhi
Wahai tuan baik-baik fahami, bukan tak menentu yang kukabari
Sengaja kuambil uraian ini, dari Mathirilgharam kitab perang sabil
Didalam Al-Qur’an diriwayatkan, firman Hadarat Tuhanku Rabbi
Beserta hadith pemimpin umat, sungguh jangan lupa wahai akhi

Hadith Nabi sangat sekali saheh, tak ada jalan lari dari perang sabil
Imbalan diberi tanpa alasan, memang lah tersedia surga nan tinggi
Demikian didapat disetiap kitab, utama ibadat memang perang sabil
Dengarlah tuan kubaca ayat, firman Hadarat Tuhanku Rabbi

Surga untuk mereka. Meraka berperang pada jalan Allah,
Lantas mereka membunuh atau terbunuh.
Itulah janji Allah yang pasti didalam Taurat, Injil, dan Quran.
Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah ?.
Sebab itu bergembiralah kamu dengan perjanjian yang telah kamu ikat itu.
Dan itulah kemenangan yang besar.
Agar sangat dimuliakan wahai sayidi, kita dibeli Rabbul Karim,
Sebagai harganya surga nan tinggi.
Siapa menyerahkan nyawa dan harta, dibelanjakan pada perang sabil...

...Kemana pergi wahai sahabat, memanglah kita kan wajib mati
Seperti firman dari Hadarat, dalam ayat terlihat bukti
Dimana juga kamu berada maut itu pasti menghampiri, walau kamu berada
dalam benteng yang tinggi, kuat dan kokoh
Walau sembunyi di peti besi, mati takkan bisa dihindari
Demikianlah kukatakan lelaki pujaan, semua ingat masing-masing diri...

...Jikalau mati di kamar tidur, keadaan terdesak tiada terperi
Sangat sakit nayawa diambil, yang bukan terkena senjata kafir
Biar dalam saf perang waktu dihantam, biar terlentang membunuh kafir
Wahai tuan adinda yang berbahagia duduk termenung janganlah lagi...

...Dipihak kita wahai saudara, melawan kafir bimbang di hati
Demikian Tuhan memberi anda, mengapa tuan syak di hati
Ya Allah Wahidul Qahhar, Rabban Ghafurun Tuhanku Rabbi
Berilah hamba ketetapan hati, melawan Belanda kafir harbi
Wahai adinda semua saudara, wahai tuan jangan berdiam lagi...


...Saksi hamba adalah Allah, Rasulullah Penghulu kami
Ketiga dengan tuan guru payung hamba, itulah tiga menjadi saksi
Takkan hamba ubah yang telah terucapkan, takkan hamba inginkan dunia ini
Seusai sang bintang timur, disembahnya tuan guru jari dan kaki
Bangkit ia segera berlalu, heran guru bibir terkunci...

...Yang dahulu wahai buah hati, tak pernah kafir ke pulau Ruja
Saat ini sudahlah kesampaian, telah datang kafir mengantar surga
Begitulah kukatakan istri pujaan, semua kita berbahagia raya
Zaman ketika nenek moyang kita, tiada pernah begini wahai bintara
Setelah zaman dahulu kala, masih ada Nabi Sayidil Anbia

Semenjak itu tak pernah lagi berperang sabil, karunia Rabbi kini baru
ada
Tuhan kita Rabbul ‘Izzah, amat mengasihi semua hamba
Diberi jalan yang besar sekali, jalan pulang kedalam surga
Wahai teungku raja bahagia, jangan lagi tergiur berniaga
Jika tidak memerangi seteru Allah, sesal kemudian putus asa

Hai teungku yang bangsawan, firman Tuhan lahir nyata
Patuhlah kepada ayat-ayat Qur’an, firman Tuhan Rabbul A’la
‘Jika kamu tiada mau berperang, niscaya Allah menyiksamu dengan azab
yang pedih
dan Dia akan menukar kamu dengan kamu yang lain’
Itulah firman wahai buah hati

Dijatuhi siksa bukan kepalang, yang tidak memerangi kafir Belanda
Itulah yang kukatakan wahai abang, hai saudara bukan main-main lagi
Sebelum diberikan pengganti lain, jangan hindari semua perkara
Jika kita tak mau melaksanakan, disuruh yang lain lawan Belanda
Misal kisah Ashabi Fil, ketika Nabi belum lahir di dunia...

...Begitulah Allah membuat kita suka, mengapa tidak juga memerangi
Belanda
Hai teungku adik buah hati, tak ada tandingan perang Belanda
Niatkan saja melawan kafir, dosa tidak lagi pada anggota
Turun dari rumah sebuah langkah, niat pergi memerangi Belanda
Segala dosa habislah sudah, ibarat budak baru dilahirkan...

...Diberi pahala oleh Tuhan, sepuluh budak diberi merdeka
Begitulah diberi hai buah hati, sekali membedil atas Belanda
Jika banyak seteru dibedil, coba pikir berapa banyak pahala
Pergi ke tanah Arab hai lelaki pujaan, kita merugi dengan harta
Kita berada disana beribu hari, tidak hai adik sama pahala...

...Satu malam yang ini seribu yang lain, sungguh sangat lebih Tuhan
karunia
Ini lain lagi yang sangat terlebih, satu saat tegak dalam perang
Perang lawan kafir satu saat, itulah yang terbaik dari yang pernah ada
Lebih dari Lailatul Qadar, demikian sabda Nabi kita
Satu saat ini semalam yang lain, sungguh sangat lebih hai saudara...

...Jihad itu wajib atas kamu, maknanya demikian hai saudara
Memerangi kafir fardhu ‘ain, yakinlah semuanya
Begitu hadith Sayidil Mursalin, Muhammad Amin pelita dunia
Wahai kaum wajib fahami, sendi Islam tiga perkara
Pertama Syahadat, kedua Sembahyang, ketiga Memerangi Kafir


Jika tidak demikian kurang imbang, percaya abang hadith Mustafa
Sungguh wajib di masa ini, sebab negeri diduduki Belanda
Jangan lagi berdiam diri, menyesal nanti dalam neraka
Jangan percaya orang alim, jika tak mau melawan Belanda
Meski mampu terbang bak burung, jangan abang mempercayainya

Jangan disitu anda warisi ibarat, orang alim yang sudah setan perdaya
Cari dalih dalam berniaga, ringggit ditabung satu dua
Ayat menganjurkan perang hirau tiada, hati gelap mata pun buta
Cari jalan dekat dengan kafir, ulama jahil setan perdaya
Itulah ilmu ia ketahui, suruh Rabbi dilupakannya

Dirinya enggan orang lain tak disarankan, tunggulah dipendam dalam
neraka
Dikira dapat melepaskan diri, di hari nanti depan Rabbana
Semisal hadith Nabi kita, dengarlah teungku semua
Man katana ‘ilman al-janahu’llahu ta’ala bilujamin mina’naari
Barangsiapa menyembunyikan ilmu Allah, disumpal ke mulut api neraka

Itulah hadith Rasulullah, disampaikan kepada ummat semua
Yang percaya mendapat tuah, yang mengubah mendapat hina
Agama kurang perniagaan punah, menyata sudah akhir dunia
Para ulama hanya memikirkan menerima upah dan pusaka
Berdiam di kampung dalam keseronokan, suruhan Tuhan disepikan saja

Dalih dicari berbagai cara, agar tak serta dalam perang Belanda
Jalan sabil semestinya, disambut lekas serta-merta
Jika tidak demikian, tunggulah dipanggang dalam neraka
Mendapat siksa yang amat pedih, yang tak mau memerangi Belanda
Sekalipun ia raja Quraisy, walau ahli-ahli Sayidil Anbia

Teungku kini telah dikecoh setan, memandang sepi perang Belanda
Merasa lebih tinggi dari Nabi yang memerangi musuh sepanjang masa
Kukatakan ini umpama, anak negeri tua-muda
Guru tercinta adik-abang, kita dan orang lain tiada beda
Jangan kecewa dengan perkataanku, banyak begitu yang ulama

Sebelah timur sampai Peusangan, tiada yang mengimani kalam Rabbana
Banyak ulama dikaruniai Tuhan, kitab Qur’an bagai air bah
Banyak jumlahnya sedikit yang menghayati, takut menghadapi kafir Belanda
Jarang-jarang yang beriman tangguh, hanya dialah lain tiada...

...Disuruh ibadat tak pernah alpa, memerangi kafir tiada reda
Ibadat utama hanya perang sabil, tiada yang lain padanannya
Firman tuhan Rabbul Jalil, hadith Nabi Sayidil Anbia
Jalan terbaik menghadap Rabbi, hanya perang sabil lain tiada
Begitu wasiat Sayidil Anbia, disuruh lawan kafir Belanda...

...Jangan lagi demikian wahai taulan, menjadikan rekan kafir Belanda
Kafir celaka harus dilawan, musuh Tuhan dengan Mustafa
La Ilaha Illallah, kembali kisah ujung ayat
Muhammad Rasullah, sungguh indah perang dibangkit
Tak ada yang sama suatu pun, dengan perang sabil wahai sahabat...

...Wahai saudara adik dan abang, dengan dagangan jangan lalai amat
Walau banyak gedung emas berpeti, sendirian kita didalam kubur
Jika bukan mati didalam perang, wahai abang sakit amat
Sembilan ribu bala yang datang, kesakitan nyawa dalam jasad
Satu persatu bala itu diberi, seribu kali ditetakan yang kuat

Dihantam pedang seribu kali, pikirkan akhi menderita sangat
Sembilan ribu yang seberat itu, datang ke situ menyiksa jasad
Adakah sakit lebih dari itu, hai budiman camkan sangat
Mati dalam perang Sabilillah, teingku bertuah senanglah sangat
Tamsil minum selagi haus, seolah begitu hanyut lezat...

...Bukalah semua hidayat, setiap tempat kafir diperangi
Kalahkan dengan cepat, dengan mukjijat Penghulu Nabi
Beserta doa segala sahabat, yang yakin amat dengan perang ini
Berkat doa segala Syaikh, semoga menyingkir kafir ini
Tamat hikayat hari selasa, waktu dluha naik matahari

Tarikh seribu tiga ratus, lagi dua puluh hijrah Nabi
Dua puluh tujuh bulan Muharram, hamba selesaikan o ya sayidi
Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada sebaik-baik ciptaan-Nya
Muhammad dan para keluarga serta sahabat beliau sekalian
Ya Tuhan Rabbal ‘Alamin.
Amin
Tamat


Wallahu’alambishawab.
* * *
Dikutip dan dicuplik dari sumber : Sastra Perang – Sebuah Pembicaraan
mengenai Hikayat Perang Sabil, yang ditulis oleh Prof. DR. Ibrahim
Alfian. MA, dan diterbitkan oleh Penerbit Balai Pustaka.
* * *
si-Pandir, Jakarta, 25 Nopember 2005.

Tuesday, March 11, 2008

Hidup Berawal dari Mimpi - Bondan Prakoso



yo’ kujelang matahari dengan segelas teh panas
di pagi ini ku bebas, karna nggak ada kelas
di ruang mata ini kamar ini srasa luas
letih dan lelah juga, lambat lambat terkuras

teh sudah habis, kerongkongan ku pun puas
mulai ku tulis semua kehidupan di kertas
hari hari yang keras, kisah cinta yang pedas
perasaan yang was was, dan gerakku yang terbatas

tinta yang keluar dari dalam pena
berirama dengan apa yang kurasa
dalam hati ini ingin kuubah semua
kehidupan monoton penuh luka putus asa

Reff
tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi
gantungkan yang tinggi, agar semua terjadi
rasakan semua, peduli ‘tuk ironi tragedi
senang bahagia, hingga kelak kau mati

yo’ yo’ dunia memang tak selebar daun kelor
akal dan pikiran ku pun tak selamanya kotor
membuka mata hati demi sebuah cita-cita
mlangkah pasti, pena dan tinta berbicara

tetapkan pilihan tuk satu kemungkinan
sbagai bintang hiburan, dan terus melayang
tak heran ragaku, terbalut lebel mewah
cerminan seorang raja dalam crita Cinderella

ini bukan mimpi atau halusinasi
sebuah anugerah yang akan ku nikmati nanti
hasil kerja keras ku terbayarkan lunas.. tuntas..
melakoni jati diri sampe puas

Reff, hingga kelak kau mati..

akh.. jack.. one two yo’
jalan sedikit tersungkur terjungkir terbalik
mlangkah menuju titik, lakukan yang terbaik
ku ketatkan tekad dan niat agar melesat
sperti rudal squad, mimpiku kan kudapat

mencari tepuk tangan atas karya keringatku
bukan satu yang ingin aku tuju
naik ke’atas pentas, agar orang puas
dapat applause, cek atau pun uang kertas

yo’ cari sensasi ataupun kontroversi “uh-oh”
bukan caraku agar hidupku rekonstruksi
dari mimpi semua hal dapat terjadi
maka lemparkan sayap dan terbanglah yang tinggi

Reff3x
agar semua terjadi, hingga kelak kau mati..
agar semua terjadi, hingga kelak kau mati..