Thursday, December 26, 2013

As Syahid Sayyid Qutb - sblm menuju tiang gantungan yang disediakan rezim mesir untuk mengantarkannya ke syurga



“Telunjuk yang bersyahadah setiap kali dalam solat menegaskan bahwa Tiada Ilah yang disembah dengan sesungguhnya melainkan Allah dan Muhamad adalah Rasulullah, dan aku takkan menulis satu perkataan yang hina. Jika aku dipenjara karena kebenaran aku redha. Jika aku dipenjara secara batil, aku tidak akan menuntut rahmat daripada kebatilan. ”



101 Tahun Kelahiran Sayyid Qutb: Telunjuk yang Bersyahadah Dalam Setiap Solat Ini…



Seratus satu tahun berlalu setelah kelahiran salah satu tokoh Islam Sayyid Qutb. Tokoh kelahiran 9 Oktober 1906 itu adalah penulis kitab monumental “Fii Zhilaal Al-Qur`an”, “Ma’aalim fi Thariiq” dan “Al-Mustaqbal li Haadzaa Ad Diin”. Tiga buku itu semuanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Malaysia dan Indonesia oleh sejumlah penerbit. Dan ketiga buku itu juga mendapat pasar yang luas di kalangan Muslim Dunia.



Memang ada perdebatan tentang metode berfikir Sayyid Qutb dalam tulisan-tulisannya yang tegas menyatakan kejahiliyahan masyarakat modern terkait keharusan hakimiyah (penghakiman) yang tidak merujuk kepada Allah swt. Tapi bagaimanapun, peri hidup Sayyid Qutb tetaplah penting diulas sebagai bagian dari perjalanan seorang yang rela mengorbankan dirinya untuk membela tauhid yang diyakini kebenarannya.



Sepintas Kehidupan Sayyid Qutb Sayyid Quthb gugur di tali gantung pada tanggal 20 Ogos 1966. Ia dikenal sebagai tokoh yang total berjuang untuk agamanya, menyerahkan seluruh hidupnya untuk Allah, seorang mukmin yang begitu kuat keyakinannya. Ia persembahkan nyawanya yang ‘murah’ kepada keyakinan dan akidahnya. Ia menghabiskan bertahun tahun usia terakhirnya di penjara. Ia tuangkan jiwa dan fikirannya yang luar biasa dalam lembar-lembar tulisan tangannya dengan untaian kata yang penuh makna dan bernilai sastra. Hampir semua orang yang membacanya, bisa merasakan getar ruhani dan pikirannya dari bunyi tulisan penanya yang tercantum hebat dalam karya-karya tulisnya.



Sayyid Qutb mendapat pendidikan pertama di rumah dari orang tua yang kuat beragama. Usia 6 tahun, Qutb diantar ke sekolah rendah di kampungnya, Assiyut. Dan pada usia 7 tahun ia mulai menghafal Al-Qur’an. Dalam tiga tahun berikutnya, ia telah menghafal seluruh Al-Qur`an.



Awal dekad 1940-an, satu era baru telah mulai terjadi dalam kehidupan Sayyid Qutb, sebagai masa pencerahan kesadarannya terhadap Islam. Dalam karya tulisnya, ia mulai menulis beberapa seri “At-Taswir Fanni Fil Qur’an” pada tahun 1939. Tulisan ini mengupas indahnya seni yang terdapat di dalam ayat-ayat al-Qur’an. Pada tahun 1945 ia menulis sebuah kitab bertajuk “Masyahidul Qiamah Fil Qur’an” yang isinya menggambarkan peristiwa hari kiamat dalam Al-Qur`an. Dan pada tahun 1948, Sayyid Qutb menghasilkan sebuah buku berjudul “Al-Adalah Al-Ijtima’iyyah Fil Islam” atau Keadilan Sosial dalam Islam. Dalam kitab ini, ia tegas menyatakan bahwa keadilan masyarakat sejati hanya akan tercapai bila masyarakat menerapkan sistem Islam.



Fase terakhir perjalanan Sayyid Qutb berawal pada tahun 1951, saat ia mulai bergabung dengan Jama’ah Al-Ikhwan Al-Muslimun, sampai tahun wafatnya di tali gantung tahun 1966. Baginya, rentang masa itu sangat penting dan karenanya ia pernah mengatakan bahw tahun 1951 adalah tahun kelahirannya. Sayyid Qutb bergabung bersama Al-Ikhwan Al-Muslmun, dua tahun selah wafatnya Imam Hassan al-Banna yang merupakan pengasas Al-Ikhwan, pada tahun 1949. Mereka tidak pernah bertemu muka, meski dilahirkan di tahun yang sama 1906, dan dididik di tempat yang sama, di Darul Ulum.



Namun di antara mereka mempunyai kesatuan jiwa dan kesamaan orientasi berpikir. Sebelumnya, ketika Hasan Al-Banna membaca buku “Al-’Adalah Al-Ijtima’iyyah Fil Islam”, karangan Sayyid Qutb, ia menganggap pengarangnya adalah bagian dari Al-Ikhwan. Lalu, al-Banna telah mengatakan bahwa “orang ini” (Sayyid Qutb) tidak lama lagi akan bergabung bersama Al-Ikhwan.



Sayyid Qutb juga mempunyai perasaan yang sama terhadap Hassan Al-Banna. Kematian Al-Banna sangat membekas dalam jiwanya, meski ia belum pernah bersama dengan Al-Banna. Berita kematian Al-Banna diterimanya dengan perasaan tragis saat ia dirawat di sebuah rumah sakit di Amerika. Karena orang-orang Amerika bergembira menyambut berita kematian Al-Banna. Pulang dari AS, Sayyid Qutb mengkaji kehidupan Al-Banna dan membaca seluruh risalah karangannya. Selanjutnya ia pun memutuskan untuk memikul amanah perjuangan Hassan al-Banna.



Beberapa karya Sayyid Qutb selanjutnya adalah: Haaza ad Din, Al-Musta qbal li hadza ad diin, khashaish tashawwur al-Islami, ma’alim fi thariq, dan tafsir fii zilali al-Qur`an. Pesan utama yang ditekankan Qutb di dalam tulisan-tulisannya adalah konsep al-Tauhid dari sudut al-Uluhiyyah. Menurutnya inti dari Tauhid Uluhiyyah adalah hak Allah dari sudut al-Hakimiyyah dan al-Tasyri’ (pembuatan peraturan). Dan karenanya, menurut Qutb ikrar Lailaha ilalLah adalah pernyataan revolusi terhadap seluruh kedaulatan yang berkuasa di atas muka bumi Nya. Maka seluruhnya itu mesti dikembalikan kepada hakNya.



Pada 13 Januari 1954, Revolusi Mesir mengharamkan Al-Ikhwan Al-Muslimun dan para pimpinannya ditangkap karena dituduh sedang merancang rampasan kuasa. Tanpa bukti yang jelas, tujuh orang pimpinan tertinggi Al-Ikhwan dijatuhi hukuman mati, termasuk Hasan Hudhaibi, Abdul Qadir Audah dan Syeikh Muhammad Farghali, ketua sukarelawan Mujahidin Ikhwan al-Muslimin di dalam Perang Suez 1948. Tapi hukuman terhadap Hasan Hudhaibi di ubah menjadi penjara seumur hidup dan Sayyid Qutb dihukum penjara lima belas tahun dengan kerja berat.



Pada tahun 1964, Sayyid Qutb telah dibebaskan atas permintaan pribadi Abdul Salam Arif, Presiden Iraq. Tapi Pemerintahan Revolusi Mesir belum menerima pembebasan tersebut. Setelah Presiden Abdul Salam Arif meninggal dalam satu musibah pesawat udara, Qutb ditangkap lagi pada tahun berikutnya. Alasannya adalah karena Qutb dituduh kembali merancang rampasan kuasa. Selain itu, Mahkamah Revolusi merujuk pada buku-buku Sayyid Quthb terutama Maalim Fi At Thariiq, yang mendasari pernyataan seruan revolusi terhadap seluruh kedaulatan yang tidak berdasarkan Syari’at Allah.



Sayyid Qutb ditahan bersama seluruh anggota keluarganya. Sebelum hukuman gantung dilaksanakan, Presiden Naser menghantar utusan menemui Sayyid Qutb. Melalui utusan itu Presiden Naser meminta agar Sayyid Qutb menulis pernyataan meminta ampun agar ia dibebaskan. Tapi Sayyid Qutb dengan tegas menjawab; “Telunjuk yang bersyahadah setiap kali dalam solat menegaskan bahwa Tiada Ilah yang disembah dengan sesungguhnya melainkan Allah dan Muhamad adalah Rasulullah, dan aku takkan menulis satu perkataan yang hina. Jika aku dipenjara karena kebenaran aku redha. Jika aku dipenjara secara batil, aku tidak akan menuntut rahmat daripada kebatilan. ”



Pagi hari Isnin, 29 Ogos 1966, Sayyid Qutb digantung bersama-sama sahabat seperjuangannya, Muhamad Yusuf Hawwash dan Abdul Fatah Ismail. Dunia Islam pun kehilangan salah satu pejuangnya yang berani mempertaruhkan nyawanya untuk membela tauhid. (Lili Nur Aulia).

Sayyid Quthb, Bapak Terorisme Kontemporer?



“Sayyid Quthb, sebuah nama legendaris di kalangan aktivis pergerakan Islam. Namanya dipuji kaum pergerakan Islam di seluruh dunia, dari yang moderat seperti Ikhwanul Muslimin di Mesir, PKS, dan kelompok-kelompok Islam lainnya di Indonesia, sampai kalangan gerakan Islam radikal, seperti Al Jihad, Jamaah Islamiyah (Mesir), serta Al Qaidah, dan kelompok-kelompok lokal yang berafiliasi dengannya.

Sebaliknya, oleh kalangan penguasa sekuler, media massa, dan peneliti Barat, Sayyid Quthb mendapat stempel buruk. Ia dijuluki sebagai ‘Ideolog Gerakan Radikal Islam’, ‘Bapak Islam Fundamentalis’, bahkan ‘Guru Para Teroris’. Sebutan itu dilekatkan kuat pada Sayyid karena tokoh-tokoh radikal Islam menjadikan tulisan-tulisan Sayyid sebagai inspirasi gerakan mereka, yang umumnya memilih jalur kekerasan bersenjata.”




Demikian paragraf awal pengantar penerbit Khatulistiwa Press dalam buku “Benarkah Ia Guru Para Teroris?” yang diterbitkan pada bulan Januari 2012 lalu. Buku dengan judul asli Sayyid Quthb Dhiddal ‘Anf (Sayyid Quthb versus Kekerasan) ini merupakan karya Dr. Munir Muhammad Al Ghadban. Beliau adalah seorang penulis dan peneliti Islam yang berasal dari Suriah. Salah satu karyanya yang banyak beredar di Indonesia adalah Manhaj Haraki.

Dengan berbekal berbagai karya tulis Sayyid Quthb dan beberapa buku sekunder tentang Sayyid, Dr Munir Muhammad Al Ghadban meneliti pemikiran Sayyid terhadap kekerasan dalam mencapai tujuan dakwahnya. Dan berdasarkan penelitiannya tersebut, ia berkesimpulan bahwa Sayyid bukanlah seorang penganjur kekerasan dan terorisme seperti yang banyak dilakukan para pengagum Sayyid Quthb dewasa ini.

Buku ini diberi pengantar oleh Dr. Muhammad ‘Imarah yang menjelaskan perjalanan hidup Sayyid Quthb sejak kecil hingga dihukum mati di tiang gantungan secara ringkas. Ia menyebutkan perubahan paradigma pemikiran Sayyid Quthb di sepuluh tahun terakhir kehidupannya di penjara militer yang teramat berat. Ia, Sayyid, menuduh semua jamaah Islam sebagai jahiliyah dan kafir. Bahkan ia juga menuduh umat Islam telah murtad dan Islam telah terputus sejak beberapa abad lalu. Dalam Ma’alim fith Thariq, ia berkata, “Sesungguhnya keberadaan umat Islam telah terputus sejak beberapa abad yang lalu. Dan yang diperlukan sekarang adalah menjadikan mereka sebagai Muslim yang baru.” Bagian inilah yang nanti juga akan dibahas oleh Dr. Munir Muhammad Al Ghadban saat mengurai pemikiran Sayyid Quthb, dan kesimpulannya adalah bahwa pemikiran Sayyid tentang ini adalah “ijtihad yang keliru” atau “desahan yang tertahan dari orang yang dizhalimi”. Dr. Muhammad ‘Imarah memilih untuk menakwil ungkapan ini dalam koridor “penjelasan tambahan” yang ditulis Sayyid dalam pledoinya.

Para pengagumnya yang menelan pendapat ini mentah-mentah dengan serta-merta mengangkat pedang untuk terjun di tengah debu “anarkisme brutal” yang akan menghancurkan satu generasi pemuda Islam. Mereka adalah orang yang memiliki pemahaman yang salah mengenai maksud dari ungkapan itu. Dengan pemahaman yang salah tersebut, mereka mendeklarasikan perang terhadap “negara yang dipimpin dengan hukum kufar.”

Menurut Dr. Muhammad ‘Imarah, mereka telah menempuh jalan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Sayyid Quthb, dan Sayyid tidak bertanggungjawab atas perbuatan mereka. Mereka berpedoman dengan fatwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah ketika menghadapi pasukan Tartar. Namun, setelah berjalan sekitar 20 tahun sejak tragedi “anarkisme buta”, mereka mulai mengevaluasi pemikirannya dan menyadari kekeliruannya dalam berpedoman pada fatwa Ibnu Taimiyah tersebut yang tidak seharusnya digunakan dalam menghadapi segala bentuk permasalahan.

Berdasarkan penelitiannya, Dr. Munir Muhammad Al Ghadban mengambil kesimpulan bahwa Sayyid Quthb bukanlah penganjur kekerasan, bahkan ia adalah penganjur perdamaian, dan anti pertumpahan darah. Berikut ini beberapa poin dari penelitian beliau tentang pemikiran Sayyid Quthb.

Sayyid Berjihad dengan Pena dan Kata-kata, Bukan Pedang dan Senjata

“Pada tahun 1951, aku terlibat perseteruan hebat dengan kondisi pemerintahan yang ada—yaitu pemerintahan feodalisme dan kapitalisme— melalui pena, ceramah, dan berbagai pertemuan. Mengenai masalah ini, aku menerbitkan dua buah buku— di samping juga menerbitkan ratusan makalah di berbagai surat kabar, antara lain: Al Hizbul Wathani Al Jadid (Partai Nasional Baru), Al Hizbul Isytiraki (Partai Sosialis), majalah Ad Da’wah yang diterbitkan oleh Ustadz Shalih Al ‘Isymawi, majalah Ar Risalah, dan berbagai majalah yang mau menerima dan mempublikasikan tulisanku. Ketika itu, aku tidak bergabung dengan satu partai apa pun. Keadaan seperti ini berjalan sampai terjadi revolusi 23 Juli 1952,” tulis Sayyid dalam Limadza A’damuni.

Dalam Dirasat Islamiyah, pada bab Kekuatan Kata-kata, Sayyid menulis,

“Di beberapa saat, yaitu saat-saat perjuangan yang pahit yang dilakukan ummat di masa yang lalu, saya didatangi oleh gagasan keputusasaan, yang terbentang di depan mata saya dengan jelas sekali. Di saat-saat seperti ini saya bertanya kepada diri saya: Apa gunanya menulis? Apakah nilainya makalah-makalah yang memenuhi halaman koran-koran? Apakah tidak lebih baik dan pada semuanya ini kalau kita mempunyai sebuah pistol dan beberapa peluru, setelah itu kita berjalan ke luar dan menyelesaikan persoalan kita dengan kepala-kepala yang berbuat sewenang-wenang dan melampaui batas? Apa gunanya kita duduk di meja tulis, lalu mengeluarkan semua kemarahan kita dengan kata-kata, dan membuang-buang seluruh tenaga kita untuk sesuatu yang tidak akan sampai kepada kepala-kepala yang harus dihancurkan itu?

Saya tidak menyangkal bahwa detik-detik seperti ini menjadikan saya amat menderita. Ia memenuhi diriku dengan kegelapan dan keputusasaan. Saya merasa malu kepada diri saya sendiri, sebagaimana malunya seorang yang lemah tidak dapat berbuat sesuatu yang berguna.

Tetapi untunglah saat-saat seperti itu tidak berlangsung lama. Saya kembali mempunyai harapan dalam kekuatan kata-kata. Saya bertemu dengan beberapa orang yang membaca beberapa makalah yang saya tulis, atau saya menerima surat dan sebagian mereka. Lalu kepercayaan saya akan gunanya media seperti ini kembali lagi. Saya merasa bahwa mereka mempercayakan sesuatu kepada saya: sesuatu yang tidak begitu berbentuk yang terdapat dalam diri mereka. Tetapi mereka menunggu-nunggunya, bersiap-siap untuknya dan percaya kepadanya.

Saya merasa bahwa tulisan-tulisan para pejuang yang bebas, tidak semuanya hilang begitu saja, karena ia dapat membangunkan orang-orang yang tidur, membangkitkan semangat orang-orang yang tidak bergerak, dan menciptakan suatu arus kerakyatan yang mengarah kepada suatu tujuan tertentu, kendatipun belum mengkristal lagi dan belum jelas lagi.”

Dalam hal ini, Sayyid Quthb memilih berjihad dengan pena dan kata-kata daripada dengan senjata api karena menurutnya ia dapat membangunkan orang-orang yang tidur, membangkitkan semangat orang-orang yang tidak bergerak, dan menciptakan suatu arus kerakyatan yang mengarah kepada suatu tujuan tertentu.

Pelopor Revolusi Mesir yang Anti Pertumpahan Darah

Seperti diketahui, bahwa Sayyid Quthb adalah pelopor Revolusi 23 Juli yang menggulingkan pemerintahan Raja Faruq yang diktator bersama para perwira militer di bawah pimpinan Jenderal Muhammad Najib, namun sebenarnya diotaki oleh Jamal Abdun Nashr. Buku Sayyid Quthb yg berjudul Al ‘Adalah Al Ijtima’iyah fil Islam dijadikan buku pegangan wawasan pemikiran para perwira militer tersebut. Mereka kemudian menjuluki Sayyid Quthb sebagai Mirabeau Revolusi Mesir, merujuk para Mirabeu, tokoh wartawan yang merupakan ideolog Revolusi Perancis. Pada saat itu, Sayyid Quthb sudah menjalin hubungan baik dengan Ikhwanul Muslimin, namun belum secara resmi bergabung dengan organisasi yang dipimpin oleh Hasan Al Hudhaibi itu.

Kala itu di mesir ada 3 kelompok yang menolak perubahan politik di Mesir dan menginginkan status quo, yakni penguasa diktator untuk mempertahankan kezhalimannya, penjajah pendukung rezim diktator, dan rezim yang tunduk pada negara penjajah. Sayyid memandang bahwa perubahan melalui kudeta ini perlu didukung karena bersih dari pertumpahan darah dan terhindar dari jatuhnya korban pihak sipil.

Dalam hal ini, Pemimpin Ikhwanul Muslimin juga mendukung revolusi yang bertujuan untuk menghilangkan kezhaliman dan menggantikannya dengan Islam. Mahmud Al Azib, seorang pemimpin Ikhwan di Port Said menceritakan, “Sesungguhnya pemimpin kami dan Ustadz Sayyid Quthb adalah orang yang menjaga revolusi sejak janin hingga lahir.”

“Beberapa hari sebelum revolusi meletus, kami menerima perintah dari Sayyid Quthb untuk menyiapkan diri. Ketika aku menerima perintah tersebut, tepatnya 19 Juni 1952, aku langsung datang ke Kairo dan menuju rumahnya. Di sana telah berkumpul beberapa pemimpin revoluasi, diantaranya adalah Jamal Abdun Nashr. Sayyid Quthb berkata agar aku dan pasukanku menyiapkan diri. Perintah tersebut juga berlaku untuk induk organisasi Ikhwanul Muslimin yang sipil. Selain itu, ia juga berpesan jika kami mendengar terjadinya revolusi, maka kami harus menjaga stabilitas keamanan di wilayah Port Said. Ia tidak lupa memperingatkan kami untuk menghindari pertumpahan darah,” tulis Dr Shalah Khalidi dalam Sayyid Quthb, Minal Milad ilal Istisyhad.

Lihatlah bagaimana Sayyid mewanti-wanti agar revolusi berjalan tanpa pertumpahan darah!

Setelah keberhasilan revolusi tak berdarah, Dewan Militer mengadakan perayaan penghormatan untuk Sayyid Quthb. Dalam sambutannya, Sayyid mengatakan, “Sesungguhnya masa revolusi baru saja dimulai. Kita tidak boleh merasa puas dan memujinya, karena revolusi belum menghasilkan sesuatu yang dapat dikenang. Turunnya raja bukanlah tujuan revolusi ini. Tujuannya adalah mengembalikan negara kepada Islam. Para masa kerajaan, aku telah menyiapkan diri untuk masuk penjara etiap saat. Pada saat inipun, diriku juga tidak aman dari ancaman penjara, dan aku juga menyiapkan diri untuk menerimanya. Bahkan peluang diriku dipenjara lebih besar dari sebelumnya.”

Jamal Abdun Nashr pun berdiri dan berkata lantang, “Kakakku Sayyid, demi Allah! Mereka tidak akan dapat menyakitimu sebelum mereka melangkahi mayat kami terlebih dulu. Kami berjanji padamu dengan nama Allah bahwa kami siap menjadi pelindungmu sampai mati!”

Pernyataan Jamal Abdun Nashr tersebut hanya dusta belaka, karena kita tahu kemudian Sayyid Quthb dihukum gantung sampai mati oleh Jamal Abdun Nashr!

Metode Pergerakan Islam

Saat berada di penjara, Sayyid melakukan perenungan atas berbagai peristiwa yang menimpanya dan menimpa Ikhwanul Muslimin. Sayyid mengalami perubahan paradigma berpikir. Di antaranya mengenai metode yang seharusnya digunakan oleh gerakan Islam dalam berjuang meninggikan kalimat Allah. Sayyid berpendapat bahwa gerakan Islam mendasar yang membuat mereka mudah sekali dihantam dan dihancurkan oleh musuh-musuhnya.

Menurutnya, kesalahan metode lama terletak pada dua hal. Pertama, berkecimpung secara aktif dalam politik praktis, serta mencurahkan tenaga hanya untuk memperbaiki cacat-cacat pemerintah. Kedua, gerakan Islam selama ini juga terlalu menyibukkan diri dengan menuntut pemerintah untuk menerapkan sistem pemerintahan syariat Islam. Padahal keadaan mayoritas masyarakat justru jauh dari pemahaman yang benar tentang akidah dan akhlak Islam.

Menurut Sayyid, metode gerakan Islam yang benar adalah dengan memulai gerakannya dari dasar, yang tercermin dalam dua agenda besar. Pertama, memberi pendidkan kepada masyarakat dan tidak berkecimpung di pemerintahan. Kedua, melindungi dakwah dan gerakan Islam dari kemusnahan. Hal ini dapat dilakukan melalui pemberian pelatihan khusus kepada beberapa kelompok pemuda agar mampu melaksanakan tugas melindungi organisasi dengan baik.

Dalam hal ini Sayyid Quthb dan rekannya berharap membentuk sebuah gerakan Islam baru yang berdiri di atas konsep gerakan Islam terbaru berdasarkan perenungan Sayyid. Namun, gerakan itu tidak pernah disaksikan oleh Sayyid.

Sayyid Menolak Ide Pembunuhan Jamal Abdun Nashr

Ahmad Abdul Majid, salah satu dari lima komandan yang mengatur organisasi Ikhwanul Muslimin pernah berkata, “Kami pernah menawarkan ide untuk membunuh Jamal Abdun Nashr kepada Sayyid Quthb. Kami punya seorang anggota yang bekerja sebagai pengawal Jamal, sehingga mudah baginya untuk melaksanakan pembunuhan tersebut, ia berkali-kali menawarkan hal itu pada kami. Namun Sayyid menolaknya.

Ia menjawab, ‘Aku tidak ingin kalian menyibukkan diri dengan masalah ini. Meskipun tujuan kalian sebenarnya dalah untuk menguasai hukum pemerintahan dan menggantinya dengan penerapan hukum Syariat Islam. Bukan karena menganggap ini sebagai masalah politik atau bangsa, atau sekadar melakukan reformasi kecil-kecilan. Kita menginginkan Islam ada di jiwa dan hati masyarakat sebelum melakukan tindakan apapun. Kita tidak boleh membuang waktu untuk memikirkan cara penerapan hukum syariat Islam dengan cara kekerasan atau kekuatan bersenjata, sebelum dasar pondasi Islam itu bisa diterima dengan baik oleh seluruh elemen masyarakat. Dengan sendirinya, mereka akan memberlakukan pondasi itu dalam sistem perundang-undangan yang mereka miliki. Beginilah dahulu cara Rasulullah berdakwah bersama para shahabatnya, sehingga akhirnya pondasi tersebut bisa berkembang dan berubah menjadi pondasi yang kokoh dan kuat. Kemudian setelah itu, pndasi tersebut dibangun mejadi sistem perundang-undangan di kota Madinah. Sebenarnya mudah saja bagi Rasulullah untuk memerintahkan salah satu shahabatnya untuk membunuh Abu Jahal atau orang lain yang menghalang-halangi usaha dakwah beliau. Akan tetapi, beliau tidak mau melakukannya, meskipun mudah untuk direalisasikan karena para shahabat akan mematuhi perintahnya dengan segera.Namun, sekali lagi, beliau enggan melakukannya, karena hal tersebut bukanlah merupakan cara berdakwah yang benar.’” (Ahmad Abdul Hamid, Al Qishash Al Kamilah li Tanzhim)

Sayyid Quthb Anti Mengkafirkan Sesama Muslim

Sayyid Quthb dalam Limadza A’damuni, mengatakan, “Kami tidak pernah mengkafirkan orang lain. Bohong kalau dikatakan kami telah mengkafirkan sesama muslim. Yang kami katakan adalah, ‘Jika dilihat dari segi ketidaktahuan mereka tentang akidah Islam beserta tafsirannya yang benar, dan juga jauhnya mereka dari kehidupan Islami, maka dapat dikatakan bahwa mereka berada pada kondisi yang mirip dengan kondisi masyarakat Jahiliyah dahulu.’ Soal mendirikan pemerintahan Islam, itu bukanlah tujuan yang harus direalisasikan olehgerakan kami. Jauh lebih penting bagi kami untuk memprioritaskan menanamkan akidah dan pendidikan akhlak Islam, daripada menghukum orang lain dengan predikat kafir.”

Sayyid Quthb dan Penggunaan Senjata

Dalam Al Ikhwan Al Muslimun: Ahdats Shana’a At Tarikh, Ustadz Mahmud Abdul Halim menulis artikel tentang hubungan Sayyid Quthb dan Ikhwanul Muslimin. Disebutkan perjuangan Ikhwanul Muslimin yang telah mengobarkan perlawanan melawan militer Inggris di Terusan Suez pada akhir 1951. Inggris menghadapi perlawanan ini secara brutal dengan menghancurkan rumah-rumah dan membunuh banyak orang. Melihat banyaknya korban yang jatuh, sebagian pemuda Ikhwanul Muslminin berpendapat bahwa mereka harus melawan pasukan Inggris secara penuh dengan seluruh kekuatan yang dimiliki. Namun, sebagian lainnya berpendapat bahwa perlawanan harus dilakukan secara cermat dan penuh perhitungan, sambil menunggu waktu yang tepat untuk menyerang markas militer Inggris. Perbedaan pendapat ini membuatkeadaan semakin membingungkan, mereka menunggu pendapat pimpinan Ikhwanul Muslimin, Ustadz Hasan Al Hudhaibi.

Saat itulah Sayyid Quthb maju meminta keputusan Hasan Al Hudhaibi untuk menyelesaikan perbedaan pendapat. Sayyid mendukung perjuangan para pemuda Ikhwanul Muslimin, meskipun Sayyid bukan anggota Ikhwan saat itu. Ia menulis artikel berjudul “Pendapat Ikhwan dan Pendapat Islam” di koran Al Mashri.

“Pada saat ini, rakyat sangat membutuhkan perkataan yang tegas, jelas, dan resmi dari ikhwanul Muslimin, karena keadaaan sudah semakin mendesak. Saudara-saudara pergerakan Islam, termasuk aku di dalamnya merupakan orang yang paling antusias mendengarkan pernyataan ini terhadap berbagai persoalan yang dihadapi bangsa.”

“Sesungguhnya peran Islam dalam perjuangan rakyat selalu merupakan peran yang positif. Saat ini, rakyat berjuang untuk mencapai dua tujuan agung, yaitu bebas secara mutlak dari setiap penjajahan asing, dan tujuan untuk mencapai keadilan sosial yang bebas dari segala eksploitasi. Pendapat Islam mengenai hal ini telah jelas, lantas bagaimana pendapat Ikhwan?”

Al Hudhaibi menyambut baik teguran dari Sayyid, ia menjawab melalui koran yang sama dengan judul “Ikhwan Ikhwan” yang berisi penguatan semangat jihad para pemuda Ikhwan.

Selain itu, dalam konsep pemikiran gerakan Islam baru, Sayyid Quthb mengatakan perlunya melakukan upaya penjagaan gerakan Islam jika diserang secara konfrontatif oleh pihak luar.

“Dalam waktu yang sama, seiring dengan berjalannya agenda-agenda tarbiyah, harakah harus dilindungi dari berbagai serangan pihak luar—baik berupa penghancuran, pembekuan terhadap kegiatan-kegiatannya, penyiksaan terhadap anggota-anggotanya, dan pengusiran terhadap keluarga dan anak-anak mereka, yang dikendalikan oleh konspirasi-konspirasi dan skenario-skenario musuh. Sebagaimana hal itu pernah menimpa Ikhwanul Muslimin tahun 1948, tahun 1954, dan kemudian tahun 1957. Juga sebagaimana yang kami dengar dan kami baca mengenai apa yang menimpa jamaah-jamaah lainnya, seperti Jamaah Islamiyah Pakistan. Ia berjalan di atas jalan yang sama dan tumbuh dari skenario dan konspirasi internasional yang sama.

Penjagaan ini dapat dilakukan dengan membentuk regu-regu yang dilatih berkorban untuk menjadi tumbal setelah mendapatkan tarbiyah Islam. Mulai dari landasan aqidah sampai pada akhlak. Regu-regu ini bukan untuk memulai menyerang, bukan pula untuk menggulingkan pemerintahan, atau ikut serta dalam kegiatan-kegiatan politik lokal, tidak! Selama harakah dalam kondisi aman dan stabil dalam melaksanakan ta’lim, menanamkan pemahaman, tarbiyah. dan pengarahan. Selama dakwah tetap kuat dan tidak dihadang dengan kekuatan, tidak dihancurkan dengan kekerasan, dan tidak pula mendapat siksaan, pengusiran, dan pembantaian, maka regu-regu ini tidak boleh campur tangan dalam kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung. Akan tetapi, ia ikut campur tangan hanya ketika harakah, dakwah, dan jamaah diserang. Ketika itu. regu-regu ini harus melawan dengan cara menyerang pihak yang menyerang, sebatas agar harakah dapat terus berjalan. Sebab, keberhasilan dalam melaksanakan sistem Islam dan berhukum dengan syariat Islam itu bukanlah tujuan jangka pendek. Karena hal itu tidak dapat terealisir kecuali setelah memindahkan masyarakat itu sendiri, atau sejumlah orang yang mencukupi dari masyarakat itu yang memiliki nilai dan bobot dalam kehidupan umum. Kepada aqidah Islam yang benar kemudian kepada sistem Islam, dan kepada tarbiyah Islamiyah yang benar di atas akhlak Islam. Meskipun hal itu akan memakan waktu yang lama dan melalui tahapan-tahapan yang lambat.”

Dengan demikian, kita melihat ada dua kondisi dimana Sayyid Quthb mendukung kekerasan bersenjata, yakni dalam hal mengusir penjajah dan dalam hal mempertahankan kelangsungan dakwah yang diserang terlebih dahulu. Namun, jika gerakan Islam tidak diserang lebih dahulu, maka tidak diperbolehkan melakukan serangan terlebih dulu.

***

Dengan demikian, menurut Dr. Munir Muhammad Al Ghadban, Sayyid Quthb adalah orang yang anti kekerasan, bahkan ia adalah korban dari tindak kekerasan. Beliau tidak menafikkan bahwa sebagian ijtihad Sayyid Quthb dipengaruhi oleh sifat dan kondisi lingkungan yang terjadi di masanya. Namun, tidak menutup kemungkinan kalau beberapa ijtihadnya ternyata bertentangan dengan sifat dan kondisi tersebut.

“Harus aku katakan bahwa Islam itu lebih besar dari ini semua … Islam adalah aturan hidup yang sempurna. Islam itu tidak tegak kecuali dengan tarbiyah dan pembentukan individu. Kecuali dengan menegakkan syariat Allah di dalam kehidupan manusia setelah mereka di-tarbiyah secara Islami. Islam itu bukan sekadar pemikiran yang disebarluaskan tanpa dilaksanakan dalam realita yang nyata, yang pertama pada tarbiyah dan yang terakhir pada sistem kehidupan dan negara.”

“Sesungguhnya, Islam itu tidak akan tegak di sebuah negara yang di dalamnya tidak terdapat gerakan tarbiyah, yang pada akhirnya berwujud sebagai sistem Islam yang menjalankan hukum berdasarkan syariat Allah. Inilah kata-kata terakhir dari seseorang yang tengah menyongsong Wajah Allah dengan mengikhlaskan hati dan menyampaikan dakwahnya sampai akhir hayatnya,” tulis Sayyid dalam pesan terakhirnya, Limadza ‘Adamuni (Mengapa Aku Dihukum Mati?).

Redaktur: Shabra Syatila

Antara Mujahid Suriah dan Mujahid Nusantara



Di sana ada Basyar Al Assad dan rakyat Suriah yang dizhaliminya. Persatuan ulama dari seluruh dunia, yang diketuai oleh Syaikh Prof. Dr. Yusuf Al Qaradhawi, telah sepakat mengutuk Basyar Al Assad dan mengeluarkan fatwa agar mendukung perjuangan rakyat Suriah yang dizhalimi oleh Basyar Al Assad. Syaikh Prof. Dr. Yusuf Al Qaradhawi yakin bahwa kemenangan akan diperoleh rakyat Suriah. Beliau berjanji akan turun shalat Jum’at dan berkhutbah di Damaskus ketika peristiwa bersejarah ini menjadi kenyataan. Rabithah Ulama Suriah juga mendukung ketetapan dan keputusan ulama sedunia tersebut. Ulama Al Azhar Mesir lebih awal lagi memiliki pendirian jalur keras ke atas Basyar Al Assad agar rakyat Suriah dilindungi dari kejahatannya.




Terdengar pula suara-suara yang meminta agar tidak mendukung rakyat Suriah yang bangkit menentang Basyar Al Assad karena mereka didalangi oleh Amerika dan sekutunya Israel. Di sebagian negara, rakyat yang bangkit menentang ini dikatakan ‘pemberontak’. Sedang di seluruh dunia mereka ini disebut sebagai ‘Tentara Pembebasan Suriah’ (FSA – Free Syrian Army). Untuk mendukung klaim ini, ditampilkan beberapa bukti yang menyebutkan bahwa ‘tentara pemberontak’ ini mendapat bantuan dari luar (Barat) dan dikesankan menggunakan senjata dari Israel.

Apakah saya akan menyangkalnya?

Saya tidak akan menyangkalnya. Tetapi kita harus menyadari ketika rakyat Suriah diperangi oleh pemerintahnya sendiri, maka sudah tentu di sana ada beberapa kecenderungan yang bercampur di kalangan rakyat Suriah yang bangkit melawan tirani Basyar Al Assad. Meskipun mereka disatukan di bawah satu payung yaitu FSA (Free Syrian Army) namun masih ada sejumlah kelompok bersenjata yang bebas dan tidak terikat dengan FSA. Tidak ada yang dapat memantau atau memastikan dari mana mereka memperoleh senjata dan bantuan keuangan. Tapi, baik FSA atau setiap kelompok yang mempertahankan diri mereka memiliki cara tersendiri untuk meningkatkan kemampuan militer untuk menghadapi tentara Basyar Al Assad yang menggunakan senjata konvensional dan berat (tank dan jet tempur) untuk membombardir rakyat.

Dalam sejarah wilayah Nusantara saya perlu kemukakan satu contoh pengalaman serupa. Ketika rakyat Aceh melawan Belanda dari tahun 1873 sampai 1913, pasangan Teuku Umar-Cut Nyak Dien (suami isteri) bisa memberikan gambaran yang paralel dengan kondisi di Suriah. Cut Nyak Dien (istri) adalah pimpinan utama umat Islam Aceh terutama di Meulaboh. Suaminya Teuku Umar telah bekerjasama dengan Belanda sehingga diberikan dengan berbagai senjata oleh penjajah Belanda. Hal itu adalah satu percaturan yang “licik” di mana selama dua tahun Teuku Umar telah dicap sebagai pengkhianat, tetapi apa yang terjadi adalah Teuku Umar yang diberi kepercayaan oleh Belanda itu menguasai lapangan sehingga mereka memiliki kemampuan militer yang cukup ampuh untuk berhadapan dengan Belanda. Dia ‘membelot’ dan menjadi PENO (Public Enemy No One) kepada pemerintah kolonial Belanda sampai sebuah papan permainan yang terkenal seperti ‘Monopoly’ dibuat di Belanda yaitu ‘Teuku Umar Speel’ – permainan anak yang mana tujuannya adalah untuk membunuh figur Teuku Umar.

Di waktu yang sama Cut Nyak Dien telah memperoleh pasokan senjatanya dari pedagang-pedagang Portugis yang mengambil kesempatan dari Perang Aceh untuk membangun kerajaan bisnis mereka di Sumatera. Tanyakan sahabat-sahabat kita di Indonesia – siapa yang tidak kenal Cut Nyak Dien yang diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Apakah sesuatu yang aneh ketika pejuang Suriah dikesankan menggunakan senjata Israel? Jika benar sekalipun, apakah itu satu kejadian di lokasi yang khusus ‘isolated incident‘ ataukah suatu yang‘common place’ sehingga secara empiris kita bisa menyimpulkan FSA dan pejuang Suriah diberikan senjata oleh Israel – dan kita menyimpulkan dari ‘isolated incident‘ ini untuk melabeli FSA dan pejuang Suriah bersekongkol dengan Israel?

Ketika saya dan seorang teman melakukan kerja kemanusiaan di Mindanao pada tahun 2000 ketika umat Islam di Mindanao (kamp Abu Bakar) ditembaki dan diserang dari udara oleh Pemerintah Filipina, saya melihat sendiri bagaimana pejuang MILF menggunakan senjata tentara Filipina. Dan senjata ini mereka tidak dapatkan dari mayat tentara Filipina yang terbunuh dalam peperangan tetapi diserahkan oleh militer Filipina kepada mereka, meskipun mereka sedang berperang di medan terbuka?

Kita tidak perlu tahu apa yang terjadi di lapangan tetapi kenyataannya cukup kompleks. Itu tidak semudah kita yang hidup dalam suasana aman di Malaysia ini. ‘Their minds are wired differently’ karena mereka berada dalam suasana ‘life and death’. Kita juga akan menemukan berbagai trik dan jalan yang tidak konvensional untuk mempertahankan nyawa dan keluarga di saat genting seperti itu.

Maka saran saya, tak payahlah untuk mencari video-video yang sulit untuk menuduh dan ‘membuktikan’ pejuang Suriah sebagai alat Amerika. Satu video yang ditampilkan sebagai bukti tempur Suriah didukung Amerika Serikat dan ada ribuan video rakyat Suriah dibantai oleh tentara Basyar Al Assad. Dan saya ingin tanya darimana Basyar Al Assad mendapat bantuan keuangan dan senjata. Rusia terang-terang mendukung Basyar Al Assad, begitu juga Cina. Bahkan Iran Syiah terang-terangan membantu tentara Basyar Al Assad. Kenapa kita tidak sensitif bila Basyar Al Assad dibantu oleh Rusia tetapi cepat-cepat buat kesimpulan dangkal bahwa FSA dibantu AS dan Israel berdasarkan beberapa klip video yang menyendiri? Bersikap adillah dalam membuat penilaian.

Dan akhirnya pegang teguhlah keputusan ulama muktabar. Mereka tidak terburu-buru dalam membuat satu ketetapan dan pendirian. Mereka mendapat berbagai tanggapan dari rakyat Suriah, gerakan Islam khususnya Ikhwanul Muslimin Suriah. Itupun setelah hampir 2 tahun (2012) barulah Organisasi Persatuan Ulama Sedunia menggariskan beberapa prinsip untuk memandu umat Islam dalam menentukan sikap terhadap Basyar Al Assad setelah hampir 50.000 warga Suriah tewas. Kini bilangannya sudah mencapai 90.000 jiwa. Dan kita masih lagi berdalih untuk tidak membuat satu sikap yang tepat. Apakah kita lebih rela tidak berbuat apa-apa sedangkan hampir 10 orang anak dibunuh oleh Basyar Al Assad setiap hari?

Dr. Hafidzi Mohd Noor – Malaysia

Wednesday, December 25, 2013

Islam is My Way Of Life : Islam dan Kristen di Mata Craig Abdurrohim Owensby

Warga kota sejuk Chiang Mai, Thailand, yang hadir memenuhi sebuah gereja besar itu kira-kira 3.000 orang. Pembicaranya pendeta muda yang jauh-jauh datang dari Amerika bernama Craig Owensby. Retorika dan penampilannya mempesona. Orang berteriak-teriak, menangis histeris ketika mendengarnya berdoa, sambil melambai-lambaikan tangan.

“Padahal, di dalam hati saya sedang berkecamuk perasaan aneh. Ya Tuhan, orang-orang ini mendengarkan sesuatu yang saya sendiri sudah semakin tidak percaya,” Craig mengenang kejadian tahun 1992 itu.



Dalam perjalanan missi yang sama, mobil van yang ditumpangi rombongan Craig dan pendeta lainnya berhenti di sebuah desa kecil. Sementara mengisi bensin, salah satu kawannya memasuki warung kelontong. Penjaganya seorang gadis Thai dan ayahnya, agamanya Budha. Percakapan terjadi. Sejurus kemudian, si Kawan keluar dari warung, dan minta agar Craig dan yang lain mendoakan gadis itu, karena ia mau memeluk Kristen asalkan ayahnya yang keras juga ikut.

Setelah mereka berkumpul dan berdoa, Craig memasuki warung itu, tanpa sepatah katapun. “Mungkin karena melihat saya botak mirip Budha Gautama, ayah gadis itu tiba-tiba berlutut dan memandangi wajah saya,” kisah Craig. “Tangannya terbuka lebar, dan bilang siap masuk Kristen. Pikiran saya semakin kacau. Jika saya sesat, maka akan semakin banyak orang yang saya sesatkan. Saya harus berhenti.” Maka Craig pun berhenti jadi pendeta.

Menjadi Muslim tak pernah terbayangkan oleh Craig. Keluarganya penganut Kristen Prebisterian yang sangat taat. Setelah bertahun-tahun merintis karir bisnis, ia memutuskan untuk belajar Bible di sekolah teologi di Princeton Theological Seminary.

Di saat yang sama, pria jangkung ini diam-diam mempelajari Islam dan Al-Quran.
Setelah tidak jadi pendeta, dan melakukan bisnis di Jakarta, Craig kembali tertarik belajar Islam. Waktu itu ia sering jalan-jalan di kampung miskin dan kumuh Muara Baru, Jakarta Utara. Putra pendeta Walter Owensby ini kemudian memelihara dan menyekolahkan beberapa anak asuh dari kampung itu.

Keputusan besar untuk bersyahadat diambil justru gara-gara anak asuhnya. Suatu subuh, ia terbangun oleh suara-suara di lantai atas rumah kontrakannya. Saat diperiksa, ia menemukan kelima anak asuhnya sedang shalat berjamaah. “Saya pikir, mereka ini bandel dan ‘gila’, tapi masih tetap shalat. Saya sendiri mau kemana?” katanya. Craig pun bersyahadat.

Selama dua tahun menjadi Muslim, Presiden Direktur PT Spotcast Consulting Al-Quran Seluler ini mengakui ada banyak kekurangan para da’i dan khatib Indonesia dibandingkan kalangan Evangelis (misionaris) . “Orang-orang Kristen sangat efektif dan pintar mengambil hati orang.”

Berikut ini wawancara wartawan Majalah Hidayatullah, Cholis Akbar, Pambudi Utomo, dan Dzikrullah dengan suami Lilis Fitriyah dan ayah dari Sarah Zata Amani Owensby ini selama setengah hari di rumahnya di kawasan Cipete, Jakarta Selatan.
Di lantai atas rumahnya yang besar itu, tinggal juga 10 orang anak asuh, berusia 17-20 tahun. Semua laki-laki.

Apa hal yang paling susah saat menghadapi anak-anak asuh Anda?
Soal menegakkan disiplin. Sekali Anda membuat peraturan, Anda harus konsisten menerapkannya. Karena itu saya bikin sedikit peraturan supaya masalahnya juga sedikit.

Contohnya, piring dan gelas tidak boleh ada di lantai atas. Kalau mau makan di atas, sesudahnya piring dan gelas harus dibawa turun. Itu peraturan mudah, setiap orang bisa melakukan. Karenanya, bila dilanggar, bisa jadi saya pukul.
Supaya dia malu. Tapi kalau saya memukulnya, pasti akan ada masalah dengan keluarga. Karena itu saya tidak melakukan itu.

Berapa bantuan yang Anda berikan?
Saya memberi 300 ribu per bulan untuk masing-masing 10 keluarga dan 200 ribu untuk jajan 10 anak. Mereka sekarang seperti anak saya.

Mengapa harus repot-repot mengambil anak asuh tinggal bersama Anda?
Sejak masih menjadi pendeta Kristen, saya terbiasa menolong orang lain. Sebelum saya Muslim, saya ingin memberikan sedikit kepada orang lain karena saya mampu dan mereka tidak. Karena itu saya pergi ke Muara Baru, Jakarta, perkampungan nelayan yang sangat kumuh dan miskin. Dari situlah saya mengambil anak asuh.

Datang ke sana untuk missi Kristen?
Tidak. Tadinya saya memang seorang Kristen dan mengabdi untuk gereja. Belakangan saya menemukan banyak masalah dalam ajaran Kristen. Jika mempelajari dengan benar orang akan tahu Kristen tidak datang dari Yesus. Agama Kristen yang sekarang merupakan hasil kreativitas Kaisar Kostantin di zaman kekaisaran Roma. Waktu itu ummat Kristen terpecah-pecah. Untuk menyatukan dan mengokohkan kekuasaannya, Konstanstin memilih salah satu aliran untuk dibesarkan dan dijadikan satu-satunya aliran yang dianggap benar. Aliran itu yakin Yesus adalah Tuhan, dibawa oleh Paulus.

Prebisterian itu sekte apa?
Bagi saya aliran ini lebih mirip Islam dibandingkan semua aliran Kristen lainnya. Prebisterian itu mirip Protestan klasik. Mereka mau semua hal harus pasti, logis, dan rasional. Semuanya harus percaya doktrin Injil, tidak boleh lainnya. Prebisterian juga percaya trinitas seperti halnya Protestan.

Mereka meyakini Yesus adalah Sang Pencipta yang bisa membuat orang masuk surga atau neraka dan bisa berbuat apa saja sesuai keinginan Yesus. Mereka juga yakin Tuhan bisa memberi kekuatan kepada siapa saja, termasuk pada Anda atau saya.
Itulah Prebisterian. Saya sendiri percaya bahwa Tuhan bisa memberikan kita kekuasannya.

Namun mereka juga percaya Tuhan punya tiga orang yakni, tuhan Bapak, Isa, dan roh kudus. Mereka juga percaya ada dosa warisan.

Apa yang Anda permasalahkan dari Kristen?
Masalahnya jika Yesus tidak diangkat menjadi tuhan oleh Konstantin, apa yang akan terjadi dengan agama Kristen? Apakah Anda percaya hal itu? Di masa Paulus, Kristen masih dalam proses, tapi semakin rusak ketika zaman Konstantin.

Ada dua masalah penting dalam Kristen. Keyakinan bahwa Yesus sebagai Tuhan dan dosa warisan. Jika tidak ada dua hal ini, mereka mirip Islam. Jadi secara praktik dan ideologi mereka seperti Islam.

Karena itu, Islam harus memiliki ambisi besar menyebarkan kebenaran terhadap orang Kristen. Jika kita punya komunikasi bagus dan efektif pada mereka, maka tidak ada alasan baginya untuk tidak mau memeluk Islam.

Masalahnya apakah mereka masih percaya kebenaran Islam?
Saat Nabi Muhammad datang dan Islam berekspansi ke luar wilayah Arab, rata-rata pemeluk Islam tadinya orang-orang Kristen. Karena sebenarnya, Islam merupakan reformasi terhadap dunia Kristen. Kristen merupakan reformasi atas Yahudi.
Tetapi reformasi yang paling benar tentu saja Islam.

Masalahnya, kultur orang Islam dan orang Kristen sangat lain. Terutama kultur orang Kristen yang datang dari Barat. Orang Barat hanya mengenal Islam karena melihat jilbab. Bukan karena mengenal shalat, zakat, atau hal lainnya.

Bagi AS nilai keadilan bagi pria dan wanita itu penting. Jadi saya akan mengatakan, wanita juga boleh ke masjid seperti pria, meski orang-orang Arab mengatakan wanita tidak harus datang ke masjid. Sebab, saya melihatnya itu hanya masalah kultur. Tak ada larangan dalam Islam.

Contoh lainnya, meski saya menyukai sarung, masyakat Amerika kurang akrab dengan budaya sarung karena itu akan dianggap sebagai pakaian wanita. Orang AS menganggap kurang baik bagi pria bila mengenakan kopiah (penutup kepala). Bagi orang AS itu dianggap semacam superstition (tahayul). Harus diingat, banyak orang AS Katolik tetapi sikapnya seperti Protestan. Mereka percaya, tidak terlalu penting pakaian sebab Allah hanya melihat apa yang ada di dalam hatinya.
Karena itu, jika Anda tetap mendesak mereka memakai topi seperti itu, maka Anda akan dianggap sedikit gila. Termasuk pandangan aneh mereka melihat jilbab.

Jika ada kultur yang tak akrab dengan Anda, maka saya tak harus mengenalkannya.
Ini hanya masalah kultur. Insya Allah, dengan berjalannya waktu banyak taktik yang bisa dibawa untuk mengenalkan Islam.

Bagaimana Anda menjelaskan kepada orang Amerika tentang jilbab istri Anda?
Saya percaya jilbab adalah rahmat Allah kepada masyarakat Islam ketika diturunkan di Madinah. Kepada komunitas Amerika, saya akan mengatakan istri saya memilih jilbab karena itu adalah keputusannya sendiri.

Kami meyakini dunia sekarang ini memandang wanita hanya sebagai objek. Dengan jilbab, orang akhirnya bisa memandang isinya dan siapa dia sesungguhnya, bukan semata-mata objek tubuh yang bisa dilihat.

Waktu memilih calon istri, Anda menjadikan jilbab sebagai kriteria?
Ya. Kriteria saya saat memilih istri sangat sederhana: Muslimah yang baik. Anda tahu, begitu saya bilang ingin menikah, semua orang membantu saya mencarikan. Aa Gym, Arifin Ilham, Ihsan Tanjung, Didin Hafiduddin, ada yang cool dan ada pula yang charming. Ustadz Ihsan misalnya memilihkan saya yang terlalu tua dan memberi saya wanita yang umurnya seperti saya. Oh.. tidak. Saya mau wanita yang lebih muda dan berumur 25 tahun. Ha ha ha ha…

Sekian tahun mendalami Islam, Craig mengaku belum merasa sempurna dan puas menjadi Muslim. Untuk mengejar ketertinggalan ibadahnya setelah disibukkan rutinitas berbisnis dan semangatnya mendakwahkan Islam, tahun 2001, awal mula ia menunaikan Ramadhan, muncullah niat mengembangkan bisnis Al-Quran Seluler. Ini sebuah layanan mempelajari Al-Quran melalui Short Message System (SMS) dengan menampilkan empat da’i terkemuka; Abdullah Gymnastiar, M Ihsan Tanjung, M Arifin Ilham, dan Didin Hafidhuddin. Dengan pengisi modal cukup besar, 250 ribu USD, kini Al-Quran Seluler telah berkembang dan memiliki tidak kurang dari 60 ribu pelanggan. “Tapi ini bukan pure business, ini diniatkan nilai ibadah,” ujarnya.

Bagaimana perkembangan usaha Al-Quran Seluler?
Alhamdulillah terus berkembang pesat. Ustadz Ihsan Tanjung dan Ustadz Arifin Ilham memiliki rata-rata 4000 pelanggan, sedangkan Aa’ Gym memiliki 60 ribu pelanggan atau sekitar 85 % keanggotaan.

Niat saya agar semua orang bisa secara mudah membaca Al-Quran. Saya juga memberi kartu anggota gratis (free membership) bagi orang-orang yang memiliki gaji rendah. Bagi mereka yang memiliki gaji di bawah Rp 1,5 juta maka kita bisa memberi Al-Quran seluler secara gratis. Kami tidak kirim mereka SMS karena itu terkena biaya. Tapi mereka akan kita beri ID yang bisa telepon setiap hari melalui telepon biasa seperti premium number call setiap hari.

Berapa saham Anda di bisnis ini?
Hanya sekitar 13 persen. Sisanya dimiliki banyak orang Amerika di bawah payung Spotcast dengan investasi USD 250 ribu untuk membuat Al-Quran Seluler. Jika saya berfikir untung-rugi, maka saya rugi 140 ribu USD tidak dibayar oleh Spotcast. Alhamdulillah, bulan September 2003 kemarin, pertama kalinya Al-Quran Seluler mengalami Break Event Point (kembalinya modal) mendekati 900 juta rupiah. Tiap bulan ada 5% pelanggan yang hilang atau mundur, tapi ada penambahan 15-20%.
Kebanyakan yang batal hanya yang mula-mula coba-coba atau ganti kartu telepon.

Bagaimana respons keluarga ketika Anda memutuskan memeluk Islam?
Sekarang hubungan keluarga saya sangat bagus. Ayah saya sejak dulu lebih mementingkan saya mencari kebenaran, darimanapun itu. Saya berharap suatu saat ayah dan ibu saya memeluk Islam.

Waktu jadi pendeta, Anda orang yang seperti apa?
Waktu berhenti jadi pendeta tahun 1992, gaji saya 500 ribu dollar per tahun dengan fasilitas mobil dan rumah. Jadi kira-kira gaji saya Rp 350 juta per bulan. Itu angka yang biasa saja. Tapi yang sangat menjanjikan adalah karir saya di gereja. Kalau beberapa tahun lagi saya bertahan, maka saya akan menjadi pendeta senior. Jika itu terjadi, saya akan memimpin gereja besar sendiri dengan jemaat 6000 sampai 10.000 orang, program televisi nasional sendiri hingga helikopter pribadi. Pemasukan saya akan jutaan dolar per bulan. Tapi waktu itu saya sudah semakin tidak percaya pada ajaran Kristen.

Saya bicara dengan saudara kembar saya, “Mark, aku punya masalah besar karena saya sudah tidak lagi meyakini Yesus sebagai Tuhan. Saya sedang berpikir untuk berhenti.” Jawaban dia sungguh di luar dugaan, “Kalau mau mau berhenti, berhenti segera, sekarang!”

Saya pun berhenti dan menekuni bisnis, lalu pergi ke Indonesia menjadi Muslim dan menikah di sini. Secara jujur, ibu saya bahkan mengatakan, Islam merupakan hal terbaik yang pernah terjadi pada saya. Soalnya begitu memeluk Islam saya lalu menikah dan sekarang punya anak.

Ada kalangan zending dan misionaris yang sangat agresif bahkan cenderung mengundang kemarahan kalangan Islam. Bagaimana pandangan Anda?
Ada dua hal. Pertama, saya tetap menghormati mereka (misionaris) karena mereka melakukan hal yang sebenarnya justru seharusnya kita lakukan. Kedua, ini sebuah kompetisi yang butuh segera direspons Islam. Kenyataannya tidak ada. Sebab kalangan Islam sangat tidak tahu bagaimana cara membuat strategi bersama menghadapi kenyataan itu.

Kita harus harus punya sistem dan semangat seperti itu. Saya tahu banyak kalangan Muslim memandangnya sebagai hal yang jahat, tetapi mereka punya banyak gagasan bagus untuk memasarkan agamanya. Tidak terlalu penting bagi mereka menyebarkan ideologi yang salah. Tapi cara dia mengasihi orang miskin, menyayangi orang lain, dan banyak gagasan lainnya, itu bagus dan tepat sasaran. Saya menghormati itu.

Kebanyakan orang Kristen itu jujur mengasihi orang lain karena mereka percaya hal itu benar. Saya juga bertemu banyak kalangan Muslim tetapi mereka tidak merasa sayang terhadap Muslim yang lain. Saya ingin, orang Amerika melihat Islam sangat sayang terhadap orang Kristen, bukan dengan rasa marah.

Beberapa tahun belakangan ini, para pemimpin gereja seperti Jerry Farwell, Fraklin Graham, Pat Robertson termasuk Letjen William Boykin banyak mengeluarkan pernyataan kebencian terhadap Islam.
Saya pernah menjadi seperti Falwell yang keras dan fanatik, fundamentalis, saat berusia 16 tahun. Sejujurnya, banyak para pengikut Falwell adalah orang-orang jujur yang ingin semua orang menjadi Kristen. Tetapi kebanyakan mereka tidak tahu Fallwell orang yang sangat besar ambisi kekuasaannya.

Sikap Falwell ini lebih banyak dipegaruhi ambisi politik dan kekuasaan. Semacam globo-power. Orang-orang seperti ini, menyadari kini adanya kompetitor yang sangat berpotensi mengambil alih pengikutnya, kekuasaannya, bahkan bisnis-bisnisnya, yaitu Islam.

Tapi sejujurnya, di banyak kalangan Muslim juga bicara seperti itu tentang Kristen. Betul kan? Jadi hal biasa bila suatu kelompok agama berbicara buruk terhadap agama lain. Karena itu, kita harus punya sikap lain. Sebab saya sangat percaya tidak akan banyak orang Muslim murtad menjadi Kristen. Saya tidak percaya itu akan terjadi.

Bisakah Anda gambarkan peta ummat Kristen di AS dewasa ini?
Pada tahun 1970-an Kristen di AS mengalami krisis di mana tidak ada dinamika spiritual dan gagal menarik hati para penganutnya. Maka muncullah gerakan fundamentalis Kristen seperti yang saya alami. Saat itulah dimulai kemunculan orang-orang seperti Jerry Falwell. Nah, Kristen fundamentalis berubah menjadi gerakan evangelis. Tiga puluh tahun kemudian penginjilan fundamentalis terbagi menjadi dua, charismatic evangelist dan warm evangelist.

Sekarang ini, AS didominasi empat aliran Kristen. Charismatic evangelist, warm evangelist (dua-duanya konservatif dan cenderung fundamentalis) , Liberal, dan Katolik. Jumlah Katolik sekitar 40 persen populasi rakyat AS. Sisanya tiga aliran lain.

Menurut Anda, apa yang membuat orang Barat begitu tertarik pada Kristen?
Agama Kristen selalu memfokuskan perhatian pada pengampunan. Andaikan saya orang Kristen saya bertanya kepada Anda begini, apakah dengan Islam Anda yakin bisa masuk surga? Waktu Anda meninggal dan bertemu Allah, Allah akan bertanya mengapa Aku harus memasukkanmu ke dalam surga? Bagaimana Anda tahu bahwa Anda benar-benar masuk surga?

Sebagaian besar Muslim akan menjawab, “Saya tidak tahu”. Tetapi Kristen akan bilang, “Anda bisa tahu karena Injil telah bilang akan mengampuni Anda”. Injil bilang, semua orang berdosa. Sedangkan jika berdosa Anda tidak bisa masuk surga, tetapi Tuhan tahu itu.

Karenanya, Tuhan –dalam wujud Yesus– akan menebus dosa Anda dengan cara meninggal di dalam Salib. Saat itulah dia telah mengambil dan menggantikan dosa semua orang dalam semua sejarah hingga dia masuk neraka. Tetapi karena dia Tuhan, maka hanya sedikit waktunya di neraka. Dan Tuhan membangkitkan jiwanya kembali. Karena itu jika masuk Kristen Anda tidak perlu takut karena Tuhan telah mengampuni dosa Anda dari sejak lahir, yang kemarin, hingga esok. Syaratnya, Anda harus percaya Yesus. Dan Yesus akan masuk ke tubuh Anda yang disebut `roh kudus’. Dan roh itulah yang akan mengubah hidup Anda. Jika Anda percaya dengan itu, maka Anda harus ikut saya berdo’a sekarang. “Yesus, saya berdosa,…. amin”.
Dan jadilah Anda Kristen.
Tetapi bagaimana dengan Islam? Anda akan bilang, “Saya manusia, bukan Allah.
Saya tidak bisa memberi garansi seperti halnya Kristen.”

Kalau Anda sendiri sekarang ditanya begitu, apa jawaban Anda?
Sebagai Muslim, saya memang tidak bisa memberi jaminan seperti halnya Kristen.
Tetapi saya yakin seyakin-yakinnya seperti kata Al-Quran bahwa Allah adalah Tuhan yang Maha Pengampun dan Allah sangat mudah mengampuni.

Allah mengatakan, setiap kali orang berbuat kebaikan dia akan memberikan 7 kali pahala. Jika orang berniat melakukan perbuatan baik, maka itu sama halnya berbuat baik. Sebaliknya jika akan akan melakukan perbuatan buruk dan dosa, belum akan disebut dosa, tapi kalau sampai dilakukan hanya dihitung sebagai 1 dosa. Itu matematika yang bagus yang kita sebut sistem.

Jika Anda melakukan shalat, berpuasa, berzakat atau Anda berbuat shadaqah secara diam-diam, maka Allah akan mengampuni kita. Kita harus memberitahu pada semua orang di dunia bahwa Allah Maha Pengampun. Kita harus melakukan kompetisi. Jika kita tidak punya sistem seperti itu, maka Kristen akan menang.

Terlepas dari faktor politik, apa sebenarnya yang ada dalam benak pikiran orang Barat tentang Islam?
Kebanyakan mereka hanya tahu sangat sedikit tentang Islam, itupun dari media massa yang bias. Mereka tahu orang Islam pemarah dan miskin. Kebanyakan Muslim tidak berpendidikan dan suka menjadi teroris. Masalah utama Islam di Barat adalah media. Kita bertanggung jawab untuk membuat merk dan citra Islam agar semakin bagus.

Jadi menurut Anda persoalannya justeru di dalam masyarakat Muslim sendiri?
Pertama, harus kita yakinkan orang di AS dan Eropa bahwa Allah yang disembah orang Islam itu Maha Pengampun. Kedua, orang Muslim yang mendengar itu harus berfikir tentang agama mereka.

Maksud saya begini, memang harus diakui banyak Muslim yang pemarah. Mereka harus berpikir, mengapa saya menjadi pemarah? Mengapa saya tidak pernah mau memaafkan orang? Di Iraq ada sekelompok keluarga Muslim saling berbunuhan selama 200 tahun dan tidak pernah bisa saling memaafkan. Juga di kalangan Arab lainnya. Penyebabnya karena sakit hati atau pembunuhan yang terjadi tujuh generasi yang lalu. Di mana nilai Al-Quran yang mengatakan harus memafkan orang lain? Dalam hadist qudsi, banyak disebutkan sifat Pengampun Allah mengalahkan sifat Marah-Nya.

Apa yang dapat kita lakukan bila ingin membawa Islam ke AS dan Eropa?
Orang-orang seperti Ustadz Ihsan Tanjung, Arifin Ilham, dan Aa Gym adalah wajah-wajah yang sangat dibutuhkan masyarakat AS dan Eropa. Masyarakat AS dan Eropa cenderung tidak bisa menerima Islam yang datang dari Timur Tengah. Bagi mereka, Timur Tengah adalah orang-orang yang dianggap ‘gila’ dan lebih suka marah. Meski media beberapa tahun terakhir mencitrakan Indonesia begitu jelek, tapi semua orang tahu Indonesia sangat tenang, dan penduduknya lebih suka senyum. Semua itu modal penting.

Ada seorang tokoh asing yang datang ke AS dan begitu dipuja-puja oleh banyak kalangan termasuk artis Hollywood. Anehnya semua orang bahkan mau mengikutinya sampai mengikuti cara berpakaian. Anda tahu siapa? Ya, betul, Dalai Lama. Ini terjadi karena dia dianggap ramah, charming, suka senyum, dan itu sangat dibutuhkan oleh masyarakat AS. Bagi kita, Islam, juga butuh strategi yang sama.

Bagaimana Anda membandingkan penampilan da’i Indonesia dengan para evangelis AS?
Ada sedikit kelemahan, diantaranya tidak memanfaatkan potensi besar dalam shalat Jum’at. Saya beberapa kali mengikuti ceramah Jum’at tapi kebanyakan ceramah khatibnya—maaf—tidak bermutu dan membuat ngantuk.

Agak serupa dengan Islam, Katolik mewajibkan penganutnya pergi ke gereja setiap Minggu dan jika tidak pergi itu dosa. Bagi Protestan, gereja harus dibuat sebagus mungkin dengan musik indah dan enak agar orang mau datang.

Saya mengikuti dzikir Arifin Ilham bersama istri suatu hari. Sangat enak dan lain dibanding zikir dari aliran-aliran sufi yang kita kenal. Berzikir ribuan kali tapi tidak khusyu’. Bagi saya, orang seperti Aa’ Gym atau Arifin adalah da’i yang tahu marketing secara baik.

Di Protestan setiap pendeta adalah enterpreuner (pengusaha) agama. Selain pastur dia harus membangun dan memakmurkan agamanya melalui gereja. Saya tahu banyak gereja kharismatik yang bahkan mau membayar dan memberi bonus bila mampu mendatangkan anggota baru agar orang datang ke gereja.

Ada kemungkinan kembali dan tinggal di AS?
Tidak. Saya akan tinggal di sini, saya punya anak dan istri di sini dan saya sangat menyukai hidup di sini. Sebab saya percaya da’wah Islam akan bisa besar bila datang dari Indonesia.*

Siapa Generasi Thaifah Manshurah yang Dijanjikan Kemunculannya di Akhir Zaman?



DALAM berbagai hadits yang shahih telah dijelaskan bahwa akan senantiasa ada sekelompok umat Islam yang berpegang teguh di atas kebenaran. Mereka melaksanakan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan konskuen, memperjuangkan tegaknya syariat Islam, dan meraih kemenangan atas musuh-musuh Islam, baik dari kalangan kaum kafir maupun kaum munafik dan murtadin.


Kelompok Islam ini disebut ath-thaifah al-manshurah atau kelompok yang mendapat kemenangan. Kelompok ini akan senantiasa ada sampai saat bertiupnya angin lembut yang mewafatkan seluruh kaum beriman menjelang hari kiamat kelak. Kelompok ini diawali dari Rasulullah saw beserta segenap sahabat, berlanjut dengan generasi-generasi Islam selanjutnya, sampai pada generasi Islam yang menyertai imam Mahdi dan Nabi Isa dalam memerangi Dajjal dan memerintah dunia berdasar syariat Islam.


Hadits-hadits tentang ath-thaifah al-manshurah diriwayatkan banyak jalur dari sembilan belas (19) shahabat. Menurut penelitian sejumlah ulama hadits, hadits-hadits tentang ath-thaifah al-manshurah telah mencapai derajat mutawatir.


Kelompok umat Islam ini adalah kelompok elit umat Islam. Mereka adalah sekelompok kecil kaum ‘fundamentalis Islam’, di tengah kelompok umat Islam yang telah mulai lalai dari kewajiban berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Mereka adalah ‘muslim-muslim militan’ yang sangat dikhawatirkan oleh AS dan Barat akan mengancam kepentingan mereka. Rasulullah saw menamakan kelompok ini sebagai ath-thaifah al-manshurah, kelompok yang mendapatkan kemenangan. Penamaan ini merupakan sebuah janji kemenangan bagi kelompok ini, baik dalam waktu yang cepat maupun lambat, baik kemenangan materi maupun spiritual.


Di antara hadits-hadits tentang ath-thaifah al-manshurah tersebut adalah sebagai berikut:


“Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang meraih kemenangan (karena berada) di atas kebenaran, orang-orang yang menelantarkan mereka tidak akan mampu menimbulkan bahaya kepada mereka, sampai datangnya urusan Allah sementara keadaan mereka tetap seperti itu .”[1]


“Akan senantiasa ada satu kelompok dari umatku yang berperang di atas urusan Allah. Mereka mengalahkan musuh-musuh mereka. Orang-orang yang memusuhi mereka tidak akan mampu menimpakan bahaya kepada mereka sampai datangnya kiamat, sementara keadaan mereka tetap konsisten seperti itu.”[2]


Ashabu Rayati Suud, Generasi Akhir Thaifah Mansurah yang dijanjikan


Dalam sebuah riwayat tentang Thaifah manshurah disebutkan, “Akan senantiasa ada sekelompok umatku yang berperang di atas kebenaran. Mereka meraih kemenangan atas orang-orang yang memerangi mereka, sampai akhirnya kelompok terakhir mereka memerangi Dajjal.”[3]


Riwayat tersebut menjelaskan bahwa di akhir zaman, kelompok Thaifah Manshurah adalah mereka yang bergabung dengan Al-Mahdi untuk memerangi musuh-musuh Islam, dimana Dajjal adalah salah satu yang akan dikalahkan oleh kelompok ini. Parameter kebenaran saat itulah adalah mereka yang bersama Al-Mahdi, sedang mereka yang menolak Al-Mahdi adalah munafik (hal itu sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits fitnah duhaima’). Sedangkan kelompok Thaifah Manshurah yang memberikan dukungan kepada Al-Mahdi telah dijelaskan ciri-ciri mereka dalam beberapa riwayat yang kemudian dikenal dengan nama Ashabu Rayati Suud (Pasukan Panji Hitam dari Khurasan).


Benar, membicarakan kemunculan Al-Mahdi tidak bisa terlepas dari membicarakan satu kelompok manusia yang menamakan dirinya sebagai pasukan panji hitam (Ashhabu Rayati Suud / The Black Banner). Kelompok ini memiliki beberapa ciri khusus yang akan lebih memudahkan bagi seseorang untuk mengenalinya. Meskipun demikian, tidak mudah bagi seseorang untuk menjustifikasi kelompok tertentu bahwa mereka adalah Ashhabu Rayati Suud. Sebab ciri-ciri tersebut juga banyak dimiliki oleh banyak manusia dan kelompok, sedang riwayat yang menunjukkan asal keberadaan mereka (Khurasan) merupakan sebuah wilayah luas yang dihuni oleh banyak manusia.


Siapakah sebenarnya Ashahbu Rayati Suud yang kelak menjadi pendukung Al Mahdi ? Benarkah riwayat yang membicarakan kemunculan kelompok ini ?


Ada beberapa riwayat yang menjelaskan keberadaan kelompok ini, di antaranya adalah sebagai berikut


□ “Akan keluar sebuah kaum dari arah Timur, mereka akan memudahkan kekuasaan bagi Al Mahdi.”


□ “Dari Khurasan akan keluar beberapa bendera hitam, tak sesuatupun bisa menahannya sampai akhirnya bendera-bendera itu ditegakkan di Iliya (Baitul Maqdis).”


□ “Akan keluar manusia dari Timur yang akan memudahkan jalan kekuasaan bagi Al ‘ Mahdi.”


Namun riwayat-riwayat tersebut memiliki cacat dari sisi sanad dan periwayatannya. Sedangkan riwayat tentang Ashhabu Rayati Suud yang sampai pada derajat hasan adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh sahabat Tsauban :


“Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur, lantas mereka membunuh kamu dengan suatu pembunuhan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu.” Kemudian beliau saw menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu bersabda: “Maka jaika kamu melihatnya, berbai’atlah walaupun dengan merangkak di alas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al-Mahdi.[4]


Riwayat tersebut tidak banyak menjelaskan ciri-ciri fisik tertentu secara detil sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat-riwayat lainnya. Tentang maksud perbendaharaan dalam riwayat tersebut Ibnu Katsir berkata, “Yang dimaksud dengan perbendaharaan di dalam hadits ini ialah perbendaharaan Ka’bah. Akan ada tiga orang putera khalifah yang berperang di sisinya untuk memperebutkannya hingga datangnya akhir zaman, lalu keluarlah Al-Mahdi yang akan muncul dari negeri Timur.


Zaman Kemunculan Ashabu Rayati Suud


Berdasar riwayat Tsauban di atas, kemunculan Ashhabu Rayati Suud adalah di saat kemunculan Al-Mahdi. Riwayat tersebut mengisyaratkan bahwa keberadaan Ashhabu rayati Suud dan embrionya sudah muncul jauh-jauh hari sebelum kemunculan Al-Mahdi. Sebab, kemunculan sebuah kelompok yang kelak mewakili satu-satunya kelompok paling haq di antara kelompok umat Islam yang ada jelas tidak mungkin muncul dengan sekejab, sim salabim. Keberadaan mereka sudah ada dan embrio mereka terus tumbuh di tengah kerasnya kecamuk perang dan debu-debu mesiu. Ciri khas mereka dalam riwayat di atas – memiliki kemampuan membunuh lawan yang tidak pernah dimiliki oleh kaum sebelumnya – menggambarkan betapa dahsyatnya daya tempur dan strategi militer yang mereka punyai. Riwayat ini juga mengisyaratkan bahwa aktivitas mereka sebelum kemunculan Al-Mahdi adalah perang dan pembunuhan, hal yang menjadi ciri khas thaifah manshurah di akhir zaman.


Riwayat Tsauban di atas juga mengisyaratkan bahwa kemunculan Ashabu Rayati Suud dari Khurasan ini terjadi di saat kematian seorang raja Saudi yang dilanjutkan dengan pertikaian tiga putra khalifah untuk memperebutkan Ka’bah.


Dalam hal ini, banyak analisa menyebutkan bahwa boleh jadi kondisi itu akan segera menjadi realita demi melihat apa yang saat ini terjadi di Saudi. Adalah Tony Khater[5], seorang analis politik Amerika dengan spesialisasi kajian Timur Tengah khususnya Arab Saudi, telah secara konsisten menyebutkan tentang terpecahnya pemerintahan Arab Saudi menjadi empat kelompok sebelum wafatnya Raja Fahd, seakan-akan kelompok-kelompok itu memunyai pemerintahannya sendiri-sendiri, yaitu pemerintahan Putra Mahkota Pangeran Abdullah, pemerintahan Pangeran Nayef, pemerintahan Pangeran Sultan, dan pemerintahan Pangeran Salman. Dengan wafatnya Raja Fahd, lalu Putra Mahkota Abdullah yang telah berusia 80 tahun naik menjadi raja, maka di bawahnya terdapat tiga pangeran dengan pemerintahannya sendiri-sendiri yang bersiap-siap menggantikannya ketika ia wafat nanti, yaitu Pangeran Nayef, Pangeran Sultan, dan Pangeran Salman.


Jika ini kelak terjadi, akankah ia menjadi tanda kemunculan Al-Mahdi dan menjadi tanda keluarnya Ashabu Rayati Suud? Lalu siapakah kelompok yang layak untuk disebut sebagai Ashabu rayati Suud, kelompok Thaifah Manshurah akhir zaman yang dijanjikan? [granadamediatama]



Hadits Palsu Huru Hara Akhir Zaman Di Hari Jum’at Pertengahan Ramadhan

SETIAP kali Ramadhan datang dalam beberapa tahun belakangan ini, selalu saja beredar sebuah hadist. Hadist ini dikirim lewat Blackberry Messenger atau email ataupun dinding Facebook. Hadits tersebut berisi huru-hara akhir zaman yang terjadi pada pertengahan bulan Ramadhan yang bertepatan dengan hari Jumat.

Para ulama hadits terdahulu maupun yang hidup di zaman sekarang telah menerangkan dengan jelas dan gamblang bahwa hadits-hadits yang berbicara tentang masalah tersebut tidak ada satu pun yang shahih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, baik ditinjau dari segi sanad hadits maupun realita yang ada. Bahkan semuanya adalah hadits-hadits munkar dan palsu yang didustakan atas nama Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Nu’aim bin Hammad berkata: “Telah menceritakan kepada kami Abu Umar, dari Ibnu Lahi’ah, ia berkata; Telah menceritakan kepadaku Abdul Wahhab bin Husain, dari Muhammad bin Tsabit Al-Bunani, dari ayahnya, dari Al-Harits Al-Hamdani, dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda: “Bila telah muncul suara di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di bulan Syawal, kabilah-kabilah saling bermusuhan (perang antar suku, pent) di bulan Dzul Qa’dah, dan terjadi pertumpahan darah di bulan Dzul Hijjah dan Muharram…”. Kami bertanya: “Suara apakah, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Suara keras di pertengahan bulan Ramadhan, pada malam Jumat, akan muncul suara keras yang membangunkan orang tidur, menjadikan orang yang berdiri jatuh terduduk, para gadis keluar dari pingitannya, pada malam Jumat di tahun terjadinya banyak gempa. Jika kalian telah melaksanakan shalat Subuh pada hari Jumat, masuklah kalian ke dalam rumah kalian, tutuplah pintu-pintunya, sumbatlah lubang-lubangnya, dan selimutilah diri kalian, sumbatlah telinga kalian. Jika kalian merasakan adanya suara menggelegar, maka bersujudlah kalian kepada Allah dan ucapkanlah: “Mahasuci Allah Al-Quddus, Mahasuci Allah Al-Quddus, Rabb kami Al-Quddus”, kerana barangsiapa melakukan hal itu, niscaya ia akan selamat, tetapi barangsiapa yang tidak melakukan hal itu, niscaya akan binasa”.

(Hadits ini diriwayatkan oleh Nu’aim bin Hammad di dalam kitab Al-Fitan I/228, No.638, dan Alauddin Al-Muttaqi Al-Hindi di dalam kitab Kanzul ‘Ummal, No.39627).

Derajat Hadits

Hadits ini derajatnya palsu (maudhu’), karena di dalam sanadnya terdapat beberapa perawi hadits yang pendusta dan bermasalah sebagaimana diperbincangkan oleh para ulama hadits. Para perawi tersebut ialah sebagaimana berikut ini

1. Nu’aim bin Hammad

Dia seorang perawi yang dha’if (lemah),
An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia seorang yang dha’if (lemah)” (Lihat Adh-Dhu’afa wa Al-Matrukin, karya An-Nasa’i I/101 no.589)
Abu Daud berkata: “Nu’aim bin Hammad meriwayatkan dua puluh hadits dari Nabi shallallahu alaihi wasallam yang tidak mempunyai dasar sanad (sumber asli, pent).”
Imam Al-Azdi mengatakan: “Dia termasuk orang yang memalsukan hadits dalam membela As-Sunnah, dan membuat kisah-kisah palsu tentang keburukan An-Nu’man (maksudnya, Abu Hanifah, pent), yang semuanya itu adalah kedustaan” (Lihat Mizan Al-I’tidal karya imam Adz-Dzahabi IV/267).
Imam Adz-Dzahabi berkata tentangnya: “Tidak boleh bagi siapa pun berhujjah dengannya, dan ia telah menyusun kitab Al-Fitan, dan menyebutkan di dalamnya keanehan-keanehan dan kemungkaran-kemungkaran” (Lihat As-Siyar A’lam An-Nubala X/609).

2. Ibnu Lahi’ah (Abdullah bin Lahi’ah)

Dia seorang perawi yang dha’if (lemah), karena mengalami kekacauan dalam hafalannya setelah kitab-kitab haditsnya terbakar.
An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia seorang yang dha’if (lemah)” (Lihat Adh-Dhu’afa wa Al-Matrukin, karya An-Nasa’i I/64 no.346)
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata: “Dia mengalami kekacauan di dalam hafalannya setelah kitab-kitab haditsnya terbakar” (Lihat Taqrib At-Tahdzib I/319 no.3563).



3. Abdul Wahhab bin Husain

Dia seorang perawi yang majhul (tidak dikenal).
Al-Hakim berkata tentangnya: “Dia seorang perawi yang majhul (tidak jelas jati dirinya dan kredibilitasnya)” (Lihat Al-Mustadrak No. 8590)
Imam Adz-Dzahabi berkata di dalam At-Talkhish: “Dia mempunyai riwayat hadits palsu.” (Lihat Lisan Al-Mizan, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani II/139).

4. Muhammad bin Tsabit Al-Bunani

Dia seorang perawi yang dha’if (lemah dalam periwayatan hadits) sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Ibnu Hibban dan An-Nasa’i.
An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia seorang yang dha’if (lemah)”
Yahya bin Ma’in berkata: “Dia seorang perawi yang tidak ada apa-apanya”(Lihat Al-Kamil Fi Dhu’afa Ar-Rijal, karya Ibnu ‘Adi VI/136 no.1638).
Ibnu Hibban berkata: “Tidak boleh berhujjah dengannya, dan tidak boleh pula meriwayatkan darinya” (Lihat Al-Majruhin, karya Ibnu Hibban II/252 no.928).
Imam Al-Azdi berkata: “Dia seorang yang gugur riwayatnya” (Lihat Tahdzib At-Tahdzib, karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani IX/72 no.104)



5. Al-Harits bin Abdullah Al-A’war Al-Hamdani.

Dia seorang perawi pendusta, sebagaimana dinyatakan oleh imam Asy-Sya’bi, Abu Hatim dan Ibnu Al-Madini.
An-Nasa’i berkata tentangnya: “Dia bukan seorang perawi yang kuat (hafalannya, pent)” (Lihat Al-Kamil Fi Dhu’afa Ar-Rijal, karya Ibnu ‘Adi II/186 no.370).
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata tentangnya: “Imam Asy-Sya’bi telah mendustakan pendapat akalnya, dan dia juga dituduh menganut paham/madzhab Rafidhah (syi’ah), dan di dalam haditsnya terdapat suatu kelemahan” (Lihat Taqrib At-Tahdzib I/146 no.1029).
Ali bin Al-Madini berkata: “Dia seorang pendusta”
Abu Hatim Ar-Razi berkata: “Dia tidak dapat dijadikan hujjah.” (Siyar A’lam An-Nubala’, karya imam Adz-Dzahabi IV/152 no.54)

Perkataan Para Ulama Tentang Hadits Ini

Al-Uqaily rahimahullah berkata: “Hadits ini tidak memiliki dasar dari hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah (terpercaya), atau dari jalan yang tsabit (kuat dan benar adanya).” (Lihat Adh-Dhu’afa Al-Kabir III/52).

Ibnul Jauzi rahimahullah berkata: “Hadits ini dipalsukan atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam” (Lihat Al-Maudhu’aat III/191).

Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata: “Hadits ini palsu (maudhu’). Dikeluarkan oleh Nu’aim bin Hammad dalam kitab Al-Fitan.” Dan beliau menyebutkan beberapa riwayat dalam masalah ini dari Abu Hurairah dan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhuma. (Lihat Silsilah Al-Ahadits Adh-Dho’ifah wa Al-Maudhu’ah no.6178, 6179).

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata: “Hadits ini tidak mempunyai dasar yang benar, bahkan ini adalah hadits yang batil dan dusta” (Lihat Majmu’ Fatawa Bin Baz XXVI/339-341).

Kesimpulan

Dengan demikian, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hadits ini adalah hadits maudhu’ (palsu). Tidak boleh diyakini sebagai kebenaran, dan tidak boleh dinisbatkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Karena disamping sanad hadits ini tidak ada yg dapat diterima sebagai hujjah, juga realita telah mendustakannya. Sebab telah berlalu tahun-tahun yang banyak dan telah terjadi berulang kali hari Jum’at yang bertepatan dengan tanggal lima belas (pertengahan) bulan Ramadhan, namun kenyataannya tidak pernah terjadi sebagaimana berita yang terkandung di dalam hadits ini, Alhamdulillah.

Oleh karena itu, kita dilarang keras menyebarluaskannya kepada orang lain baik melalui media cetak, maupun elektronik, atau dalam obrolan dan khutbah kecuali dalam rangka menjelaskan sisi kelemahan, kepalsuan, dan kebatilannya, serta bertujuan untuk memperingatkan umat darinya.

Jika kita telah melakukan ini, berarti kita telah bebas dan selamat dari ancaman keras Nabi shallallahu alaihi wasallam, yaitu berupa masuk neraka bagi siapa saja yang sengaja berdusta atas nama beliau, baik dengan tujuan menjelekkan Nabi shallallahu alaihi wasallam dan ajarannya, atau dalam rangka membela Nabi dan memotivasi kaum muslimin untuk bersemangat dalam beribadah kepada Allah. [islampos/berbagai sumber/BBM/muslim.or.id]