Sunday, June 28, 2015

Kisah Seorang Lelaki Yang Ingin Memukul Rosulullah

Bacalah dengan perlahan,
semoga menjadikan kita penduduk surga.
Aamiin..

~KISAH SEORANG LELAKI YANG INGIN MEMUKUL RASULULLAH SAW~

Kisah ini terjadi pada diri Rasulullah SAW sebelum meninggal.

Rasulullah SAW telah jatuh sakit yang agak lama, sehingga Rasulullah SAW tidak dapat sholat berjamaah dengan para sahabatnya di Masjid.

Pada suatu hari Rasulullah SAW meminta beberapa sahabat membawanya ke Masjid. Rasulullah di dudukkan atas mimbar, lalu Rasulullah meminta Bilal memanggil
semua para sahabat datang ke Masjid. Tidak lama kemudian, penuhlah Masjid dengan para sahabat. Semuanya merasa rindu setelah agak lama tidak dapat melihat Rasulullah SAW.

Kemudian Rasulullah SAW
bersabda: "Wahai sahabat-sahabatku semua. Aku ingin bertanya, apakah telah aku
sampaikan semua kepadamu, bahwa sesungguhnya Allah SWT itu adalah Tuhan yang layak di sembah?"

Semua sahabat menjawab dengan suara bersemangat, " Benar wahai Rasulullah, Engkau telah sampaikan kepada kami bahwa sesungguhnya Allah SWT adalah Tuhan yang layak disembah".
Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
"Persaksikanlah ya Allah. Sesungguhnya aku telah menyampaikan amanah ini kepada mereka". Kemudian Rasulullah bersabda lagi, dan setiap apa yang Rasulullah sabdakan selalu dibenarkan oleh para sahabat.

Akhirnya sampailah kepada satu pertanyaan yang menjadikan para sahabat sedih dan terharu.
Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya, aku akan pergi bertemu Allah. Dan sebelum aku pergi, aku ingin menyelesaikan segala urusan dengan manusia. Maka aku ingin bertanya kepada
kalian semua. Adakah aku berhutang dengan kalian? Aku ingin menyelesaikan hutang tersebut. Karena aku tidak mau jika bertemu dengan Allah dalam keadaan berhutang dengan manusia."

Ketika itu semua sahabat
diam, dan dalam hati masing-masing berkata "Mana ada Rasullullah SAW berhutang dengan kita? Kamilah yang banyak berhutang dengan Rasulullah".

Rasulullah SAW mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.
Tiba-tiba bangun seorang lelaki yang bernama AKASYAH. lalu dia
berkata:

"Ya Rasulullah! Aku ingin sampaikan masalah ini. Seandainya ini dianggap hutang, maka aku minta kau selesaikan. Seandainya bukan hutang, maka tidak perlulah engkau berbuat apa-apa".

Rasulullah SAW berkata:
"Ceritakanlah wahai Akasyah".

Maka Akasyah pun mulai bercerita:
"Aku masih ingat ketika perang Uhud dulu, satu ketika engkau menunggang kuda, lalu engkau pukulkan cemeti ke belakang kuda. Tetapi cemeti tersebut tidak kena pada belakang kuda, sebenarnya cemeti itu terkena pada dadaku karena ketika itu aku berdiri di
sebelah belakang kuda yang engkau tunggangi wahai Rasulullah".

Mendengar yang demikian, terus Rasulullah SAW berkata:
"Sesungguhnya itu adalah hutang wahai Akasyah. Kalau dulu aku pukul engkau, maka hari ini aku akan terima hal yang sama."
Dengan suara yang agak tinggi, Akasyah berkata:
"Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah."

Akasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian. Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak memarahi Akasyah.
"Sesungguhnya engkau tidak berperasaan wahai Akasyah. bukankah Baginda sedang sakit?"

Akasyah tidak menghiraukan semua itu. Rasulullah SAW meminta Bilal mengambil cemeti di rumah anaknya Fatimah.

Bilal meminta cemeti tersebut dari Fatimah, kemudian Fatimah bertanya:
"Untuk apa Rasulullah meminta cemeti ini wahai Bilal?"

Bilal menjawab dengan nada sedih: "Cemeti ini akan digunakan oleh Akasyah untuk memukul Rasulullah"
Terperanjat dan menangis Fatimah seraya berkata:
"Kenapa Akasyah hendak pukul ayahku Rasulullah? Ayahku sedang sakit, kalau mau mukul, pukullah aku anaknya".

Bilal menjawab:"Sesungguhnya ini adalah urusan antara mereka berdua".

Bilal membawa cemeti tersebut ke Masjid lalu diberikan kepada Akasyah.

Setelah mengambil cemeti, Akasyah menuju ke hadapan Rasulullah.
Tiba-tiba Abu bakar berdiri menghalangi Akasyah sambil
berkata:
"Wahai Akasyah kalau kamu
hendak mukul, pukullah aku. Aku orang yang pertama beriman dengan apa yang Rasulullah SAW sampaikan. Akulah temannya di kala suka dan duka. Kalau engkau hendak mukul, maka pukullah aku".

Lalu dijawab oleh Rasulullah
SAW: "Duduklah wahai Abu Bakar. Ini antara aku dengan Akasyah".

Akasyah menuju kehadapan Rasulullah. Kemudian Umar berdiri menghalangi Akasyah sambil berkata:
"Akasyah, kalau engkau mau mukul, pukullah aku. Dulu memang aku tidak suka mendengar nama Muhammad, bahkan aku pernah berniat untuk menyakitinya, itu dulu.
Sekarang tidak boleh ada seorangpun yang berani menyakiti Muhammad. Kalau engkau mau menyakiti Rasulullah, maka
sakitilah aku dulu."

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Umar. Ini urusan antara aku dengan Akasyah".

Akasyah menuju kehadapan Rasulullah, tiba-tiba berdiri Ali bin Abu Talib sepupu dan menantu Rasulullah SAW.

Dia menghalangi Akasyah sambil berkata:
"Akasyah, pukullah aku wahai Akasyah. Darah yang sama mengalir pada tubuhku ini wahai Akasyah".

Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:
"Duduklah wahai Ali, ini urusan antara aku dengan Akasyah" .

Akasyah menuju kehadapan Rasulullah. Tiba-tiba tanpa disangka, bangunlah kedua cucu kesayangan Rasulullah SAW yaitu Hasan dan Husen. Mereka berdua merayu dan meronta.
"Wahai Paman, pukullah kami Paman. Kakek kami sedang sakit, pukullah kami wahai Paman. Sesungguhnya kami ini adalah cucu kesayangan Rasulullah, pukullah kami wahai Paman."

Lalu Rasulullah SAW berkata:
"Wahai cucu-cucu kesayanganku,
duduklah kalian. Ini urusan Kakek dengan Paman Akasyah".

Begitu sampai di tangga mimbar, dengan tegasnya Akasyah berkata:
"Bagaimana aku mau memukul engkau ya Rasulullah. Engkau duduk di atas dan aku di bawah. Kalau engkau mau aku pukul, maka turunlah ke bawa sini."

Rasulullah SAW memang manusia terbaik. Rasullah meminta beberapa sahabat memapahnya ke bawah. Rasulullah didudukkan pada sebuah kursi, lalu dengan suara tegas Akasyah berkata lagi:
"Dulu waktu engkau memukul aku, aku tidak memakai baju Ya Rasulullah"

Tanpa berlama-lama dalam keadaan lemah, Rasulullah membuka bajunya. Kemudian terlihatlah tubuh Rasulullah yang sangat indah, sedang beberapa buah batu terikat di perut Rasulullah pertanda Rasulullah sedang menahan lapar.

Kemudian Rasulullah SAW berkata:
"Wahai Akasyah, bersegeralah dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Nanti Allah akan murka padamu."

Akasyah terus menghampiri Rasulullah SAW, tangan yang memegang cemeti untuk dipukulkan ke tubuh Rasulullah SAW, rupanya dilempar cemeti itu sambil terus memeluk tubuh Rasulullah SAW seerat-eratnya. Sambil berteriak menangis, Akasyah berkata:
"Ya Rasulullah, ampunkanlah
aku, maafkanlah aku, mana ada manusia yang sanggup menyakiti engkau ya Rasulullah. Sengaja aku
melakukannya agar aku dapat merapatkan tubuhku dengan tubuhmu. Karena sesungguhnya aku tahu bahwa tubuhmu tidak akan dimakan oleh api neraka. Dan sesungguhnya aku takut dengan api neraka. Maafkanlah aku ya Rasulullah."

Rasulullah SAW dalam keadaan sakit berkata:
"Wahai sahabat-sahabatku semua, kalau kalian ingin melihat ahli Syurga, maka lihatlah Akasyah"

Semua sahabat meneteskan air mata. Kemudian para sahabat
bergantian memeluk Rasulullah SAW.

Meski sudah sering membaca dan mendengar kisah ini berulang-ulang, tetap saja menangis. Semoga tetesan air mata kita dapat membuktikan kecintaan kita kepada kekasih Allah baginda Nabi besar Muhammad SAW dan kita dapat mencontoh perilaku Rasulullah SAW yang seperti Al-Qur'an berjalan... Aamiin Yaa Robbal Alamiin.

Friday, June 26, 2015

"Ya Bilal, Wa Maa Hadzal Jafa?



Semenjak Rasulullah wafat, Bilal menyatakan bahwa dirinya tidak akan mengumandangkan adzan lagi.

Ketika Khalifah Abu Bakar memintanya untuk menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu nan sendu bilal berkata: "Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi."

Abu Bakar pun tak bisa lagi mendesak Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan.

Kesedihan sebab ditinggal wafat Rasulullah terus mengendap di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria.

Lama Bilal tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Rasulullah hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: "Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?"

Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah ke makam Rasulullah. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Rasulullah.

Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Rasulullah, pada sang kekasih.

Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucu Rasulullah Hasan dan Husein. Dengan mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Rasulullah tersebut.

Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal: "Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami."

Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon kepada Bilal
untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.

Bilal pun memenuhi permintaan itu.

Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Rasulullah masih hidup.

Mulailah dia mengumandangkan adzan.

Saat lafadz Allahu Akbar dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok Nan Agung, suara yang begitu dirindukan itu telah kembali.

Ketika Bilal meneriakkan kata Asyhadu an laa ilaha illallah, seluruh isi kota madinah berlarian ke arah suara itu sambil berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.

Dan saat bilal mengumandangkan Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan.

Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Rasulullah, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu madinah mengenang masa saat masih ada Rasulullah diantara mereka.

Hari itu adalah adzan pertama dan terakhir bagi Bilal setelah Rasulullah wafat. Adzan yang tak bisa dirampungkan.

...
Subhanallah... kisah diatas ini mampu mencampur adukkan perasaan kita.
Mampu membuat kita menitikkan airmata tanda kecintaan kita kepada Rasulullah SAW, sebagaimana cinta kita pula kepada ummat Muhammad.
Itulah pentingnya ukhuwah...
karena ukhuwah itu merupakan penanda iman kita.

Rumah Kita

Oleh: Cak Nun

Kita bukan penduduk bumi,
kita adalah penduduk syurga.
Kita tidak berasal dari bumi,
tapi kita berasal dari syurga.
Maka carilah bekal untuk kembali ke rumah,
kembali ke kampung halaman.
Dunia bukan rumah kita,
maka jangan cari kesenangan dunia.
Kita hanya pejalan kaki dalam perjalanan kembali kerumahnya.
Bukankah mereka yang sedang dalam perjalanan pulang selalu mengingat rumahnya dan mereka mencari buah tangan untuk kekasih hatinya yang menunggu di rumah?
Lantas, apa yang kita bawa untuk penghuni rumah kita, Rabb yang mulia?
Dia hanya meminta amal sholeh dan keimanan, serta rasa rindu padaNya yang menanti di rumah.
Begitu beratkah memenuhi harapanNya?
Kita tidak berasal dari bumi,
kita adalah penduduk syurga.
Rumah kita jauh lebih Indah di sana.
Kenikmatannya tiada terlukiskan,
dihuni oleh orang-orang yang mencintai kita.
Ada istri sholeha serta tetangga dan kerabat yang menyejukkan hati.
Mereka rindu kehadiran kita,
setiap saat menatap menanti kedatangan kita.
Mereka menanti kabar baik dari Malaikat Izrail.
Kapan Keluarga mereka akan pulang.
Ikutilah peta (kitab suci) yang Allah titipkan sebagai pedoman perjalanan.
Jangan sampai salah arah berbelok ke rumahnya iblis Laknatullah yaitu neraka
Kita bukan penduduk bumi,
kita penduduk syurga.
Bumi hanyalah perjalanan.
Kembalilah ke rumah.

Tuesday, June 16, 2015

Marhaban Ya Ramadhan...Marhaban bulan kesayanganku....

aku tau Ya Robb, seberapa besar dan seberapa banyak amalan kebaikan yang bisa hamba kumpulkan untuk menebus maghfiroh Mu...tak kan pernah cukup

aku tau Ya Rob, walaupun seumur hidup aku mengumpulkan titik-titik pahala tak akan sanggup membayar maharnya syurga Mu

keridhoan Mu pun tak cukup jika aku usahakan dengan seluruh sel-sel didalam tubuhku untuk mengundang keibaan Mu padaku...

apalah aku...anak manusia yang tercecer di kaki peradaban dunia yang sebentar lagi Kau pungut untuk Kau leburkan dalam sekejab saja..

begitu Maha Kuasanya Engkau Ya Robb mengubah kesedihan menjadi bahagia dan penuh gelak tawa..

untuk menghindari murkaMu saja aku tak sanggup
bahkan untuk membuatMu tersenyum karena amalan-amalan riya' ku pun tak berarti..

Ya Robb, jangan kau masukkan aku ke syurgaMu jika memang amalan-amalan itu cukup dan layak menghantarkan kakiku kesana...

jangan pula Ya Robb, Kau jebloskan aku ke nerakaMu karena aku pun tak sanggup pergi kesana jika Kau suruh aku untuk itu...

beri aku kasih sayangMu Ya Robb sehingga Syurga itu Kau ridhoi sebagai tempat kembaliku yang kekal..hanya sayangMu yang ku minta karena aku ciptaanMu...

bukan karena amalku yang mungkin juga tak kan pernah cukup...tak kan pernah cukup...tak kan pernah...

Maha Rahman dan Rahiim Engkau Ya Robb yang aku pinta untuk menyelamatkan dunia dan akhiratku...karena aku tak sanggup berdiri dalam sholatku tanpa kehendakMu...

juga karena tanpa ridhoMu langkah-langkah kecilku tak kan berayun...
sucikan aku dalam Ramadhan di tahun ini Ya Robbana...
agar aku dapat berpulang kepadaMu membawa secercah kerinduan bahwa kau memang sayang padaku....

Allohuma sholli 'alaa sayyidina Muhammad wa baarik wa sallim muutaslimaaa
Aamiin...Ya Robbana...

Monday, June 15, 2015

Bung Karno (Allahu Yarham) dalam Lintasan Sejarah

Mengenang sosok Indonesia dari segi heroisme dan perjuangannya..Bung Karno jadi bunga tidur saya sekilas setelah membaca otobiografi dan memoar "Di Bawah bendera Revolusi " nya saat SMP dulu...kenangan indah masa-masa mencari jati diri..terima kasih Bung Karno..you're my inspiration...

Soekarno, Blitar 06 Juni 1901- Jakarta 21 Juni 1970



Kelahiran dan masa muda

Memasuki abad ke-20 bumi Nusantara masih berada dalam cengkraman p enjajahan Belanda. Di awal abad ini pula bersamaan dengan terbitnya fajar pada tanggal 6 Juni 1901, seorang bayi yang ditakdirkan menjadi pemimpin besar lahir di sebuah kota pelabuhan yang sangat sibuk. Sebuah kota industri yang aktif dalam perdagangan kopi, teh, gula, dan tembakau. Nama kota itu Surabaya, terletak di bagian timur pulau Jawa.

Adalah pasangan Idayu dan Soekemi yang dikaruniai bayi itu, mereka memberinya nama Kusno. Di masa kecilnya Kusno sering sakit-sakitan. Sesuai dengan kepercayaan orang jawa, menjelang dewasa Soekemi mengganti nama anaknya jadi Soekarno.

Nama lengkap Idayu adalah Ida Ayu Nyoman Rai keturunan bangsawan kerajaan Singaraja Bali, sedangkan ayahnya Raden Soekemi Sosrodihardjo keturunan bangsawan Jawa. Soekemi berprofesi sebagai mantri guru sekolah rakyat. Ia mempunyai dua orang anak, Soekarno dan kakak perempuannya yang berumur dua tahun lebih tua bernama Sukarmini. Sebagai pegawai negeri tingkat rendah keadaan ekonomi keluarganya cukup sulit namun bila dibandingkan dengan kebanyakan rakyat Indonesia saat itu, tidak bisa dibilang melarat. Ketika Soekarno masih kecil, Soekemi memboyong keluarganya pindah ke Mojokerto sebuah kota di selatan Surabaya.

Soekarno kecil tumbuh dari kasih sayang sang ibu dan kedisiplinan sang ayah. Disamping itu ia mempunyai pengasuh yang sangat menyayanginya seperti ibu sendiri, bernama Sarinah. Soekarno kecil dimasukkan ke sekolah bumiputera. Menginjak umur 14 tahun, ia dipindahkan bapaknya ke sekolah Belanda. Alasannya agar Soekarno bisa melanjutkan studi ke sekolah tinggi Belanda, karena sekolah pribumi tidak ada lanjutannya. Peraturan kolonial memberikan hak istimewa kepada setiap pegawai negeri di Hindia Belanda untuk menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Belanda. Masuklah ia ke Europeesche Lagere School (ELS). Berhubung kemampuan bahasa Belanda-nya kurang memadai, ia harus duduk setingkat lebih bawah dari kelas yang sudah dicapainya di sekolah bumiputra.

Setelah menggondol ijazah sekolah rendah Belanda, ayahnya mengirim Soekarno ke Surabaya untuk melanjutkan sekolah di Hoogere Burger School (HBS). Di sana ia dititipkan di rumah Haji Oemar Said Tjokroaminoto, tokoh politik yang juga teman ayahnya. Tjokro pemimpin Syarikat Islam, keadaan ekonominya tidaklah berlebih. Rumahnya terletak tidak jauh dari sebuah kali di sebuah perkampungan yang penuh sesak. Bukan rumah yang bagus, bertingkat dua disekat menjadi sepuluh kamar sempit. Sebagian kamarnya ditinggali beberapa orang yang numpang bayar makan. Soekarno menempati sebuah kamar sempit yang tidak berjendela dan berdaun pintu di loteng rumah Tjokro. Keadaannya gelap sehingga siang hari pun ia terpaksa harus menyalakan lampu. Di dalamnya terdapat sebuah meja tulis reyot tempat menyimpan buku, satu buah kursi, dan sebuah tikar tanpa kasur maupun bantal. Di tempat itulah Soekarno muda melewatkan dunianya selama belajar di HBS.

Sungguh beruntung Soekarno bisa tinggal di rumah tokoh pergerakan yang berpengaruh. Rumah Tjokroaminoto merupakan titik awal tumbuhnya kesadaran politik Soekarno muda. Ia sadar kalau negeri dan rakyatnya berada dalam belenggu penjajahan Belanda. Ia melihat bagaimana seorang Tjokro berjuang melepaskan belenggu itu. Pada diri Tjokro ia menemukan seorang pemimpin, guru, dan teladan yang sangat dimuliakannya. Di rumah ini jiwa nasionalisnya tumbuh, ia tidak rela rakyatnya dihinakan oleh bangsa penjajah.

Rumah itu sering dikunjungi tamu Tjokro untuk memperbincangkan masalah-masalah politik. Beberapa orang dari tamu itu antara lain Alimin dan Muso, yang dikemudian hari menjadi tokoh dalam sejarah Indonesia. Soekarno merasa sangat tertarik dengan apa yang selalu mereka perbincangkan. Dalam suatu kesempatan ia ikut nimbrung. Banyak hal yang didapatkan Soekarno muda dari perbincangan-perbincangan mereka. Alimin memperkenalkan Marxisme kepadanya. Saking senangnya dengan wacana politik, Soekarno terkadang rela berbagi kamar dengan salah satu tamu yang menginap. Di kamarnya terkadang ia berdiskusi untuk mereguk pengetahuan dari mereka sampai fajar tiba. Rupanya Tjokro merasa senang dengan Soekarno. Tjokro mulai memperhatikan anak muda itu. Diberikannya berbagai buku-buku yang ia miliki sebagai hartanya yang paling berharga pada anak muda itu. Tak lama Soekarno pun larut dalam dunia pemikiran.

Di usianya yang ke-16, Soekarno mendirikan perkumpulan pertamanya yaitu Trikorodarmo yang berarti tiga tujuan suci. Trikorodarmo melambangkan kemerdekaan ekonomi, politik, dan sosial yang didamba-dambakannya. Perkumpulan itu merupakan suatu organisasi sosial bagi pelajar seusianya. Dikemudian hari ia aktif diorganisasi Jong Java (Perkumpulan pemuda Jawa) yang mempunyai cakupan lebih luas lagi.

Soekarno tumbuh dewasa di bawah asuhan Tjokro. Ia sangat mencintai gurunya ini. Kemudian hari keluarga Tjokroaminoto dilanda duka. Istrinya meninggal dunia. Tak lama setelah itu mereka sekeluarga pindah rumah. Di rumah barunya Tjokro terlihat murung dan tidak berbahagia. Melihat pemimpin yang dimuliakannya dalam kondisi seperti itu Soekarno merasa iba. Ia bertekad untuk menolongnya, apapun caranya. Sampai suatu saat seseorang memberitahukan bahwa Tjokro merasa khawatir dengan masa depan putrinya. Ia menyarankan agar Soekarno mau memperistri Siti Utari putri Tjokro yang paling tua. Walaupun sebenarnya Soekarno hanya mencintai Utari seperti mencintai adiknya sendiri, demi Tjokro ia rela mengawininya. Pada usianya yang kedua puluh ia mengawini Siti Utari yang saat itu baru berusia 16 tahun.

Setelah melangsungkan perkawinannya pada tanggal 10 Juni 1921, Soekarno lulus dari HBS. Sebagaimana lulusan HBS pada umumnya, ia berniat melanjutkan studi ke universitas di negeri Belanda. Namun Ibunda Soekarno tidak menghendaki anaknya belajar di negeri Belanda. Akhirnya Soekarno mengalah pada keinginan ibunya. Ia melanjutkan studi ke Technische Hooge School (THS) di Bandung (sekarang bernama Institut Teknologi Bandung).

Marhaenisme

Akhir minggu ketiga di bulan Juni 1921 Soekarno menginjakkan kakinya di Bandung. Udara di kota ini lebih dingin dibandingkan Surabaya, suasananya cocok sebagai kota pelajar. Dalam waktu yang singkat Soekarno sudah merasa betah di kota itu.

Di Bandung ia bersama istrinya numpang tinggal di rumah Haji Sanusi, salah satu kenalan Tjokro. Kehidupan rumah tangganya dengan Utari tidak begitu baik. Memang tidak ada pertengkaran mendalam di antara keduanya, namun hubungannya dingin dan hambar. Di sisi lain, dalam rumah itu ada istri Haji Sanusi bernama Inggit Garnasih. Semakin hari Soekarno dan Inggit semakin akrab. Hingga tumbuhlah perasaan cinta diantara keduanya.

Di masa-masa kuliahnya pada jurusan teknik sipil di THS, perhatian Soekarno pada politik tidaklah surut. Di kota ini refleksi pemikirannya mulai terbentuk. Menurutnya rakyat Indonesia tidak termasuk dalam salah satu penggolongan dalam teori politik mana pun. Dari kenyataan yang dilihatnya, kebanyakan rakyat Indonesia mempunyai kekhasan tersendiri. Mereka bukan proletar sebagaimana ajaran Karl Marx.

Suatu hari Soekarno mengayuh sepedanya ke arah selatan kota Bandung melewati daerah pesawahan. Di sepanjang jalan ia melihat para petani menggarap sawahnya. Tidak begitu luas, setiap petani menggarap kira-kira sepertiga hektar sawah. Perhatiannya tertuju pada seorang petani muda berbaju lusuh sedang mencangkuli sawahnya. Soekarno menghentikan laju sepedanya kemudian menghampiri petani itu, ia bercakap-cakap dengannya.

Seperti yang ia tuturkan dalam otobiografinya di kemudian hari, kepada petani tadi Soekarno menanyakan “Siapa yang mempunyai semua yang engkau kerjakan?”
“Saya Juragan” jawab petani itu.
“Apakah engkau memiliki tanah ini bersama-sama dengan yang lain?”
“Tidak, Gan. Saya sendiri yang punya”
Kemudian Soekarno bertanya lagi sambil menunjuk peralatan si petani “Apakah sekop itu kepunyaanmu?”
“Ya, Gan” jawabnya.
“Dan cangkul itu?”
“Ya, Gan”
“Bajak?”
“Saya punya”
“Untuk siapa hasil yang kau kerjakan?”
“Saya sendiri”
“Apakah cukup untuk kebutuhanmu sendiri?”
Petani itu mengangkat bahunya, seolah ingin mengatakan sawah yang kecil ini tentu saja tidak cukup memadai. “Apakah kamu mempekerjakan orang?” Soekarno mengajukan pertanyaan lagi.
“Tidak juragan, saya tidak dapat membayarnya”
“Apakah engkau pernah memburuh?”
“Tidak Gan, jerih payah saya semuanya untuk saya”
Lalu Soekarno menanyakan nama petani itu, ia menjawabnya “Marhaen”.

Soekarno berpikir, orang-orang semacam itu tidak bisa digolongkan kedalam kaum proletar karena dia punya alat produksi sendiri, tapi mereka miskin dan serba kekurangan. Ia menyimpulkan bahwa orang seperti itulah yang paling banyak di tanah airnya. Kemudian dengan pengertian yang diperluas, ia menyebut kebanyakan dari rakyat miskin di Indonesia dengan nama petani muda tadi, yaitu “Marhaen”.
Soekarno menyatakan bahwa Marhaen adalah orang yang mempunyai alat-alat yang sedikit, orang kecil dengan milik kecil, dengan alat-alat kecil, sekedar cukup untuk dirinya sendiri. Menurut pandangannya bangsa Indonesia yang puluhan juta jiwa itu, bekerja bukan untuk orang lain dan tidak ada orang bekerja untuk mereka. Tidak ada penghisapan tenaga seseorang oleh orang lain. “Marhaenisme adalah sosialisme Indonesia dalam praktek” pikirnya.

Di tahun 1922 Soekarno menceraikan Utari dan mengembalikannya ke rumah orang tuanya. Setahun kemudian Inggit meminta cerai dengan suaminya. Karena hubungannya sudah lama retak, Haji Sanusi menceraikan istrinya. Setelah keduanya bercerai, Soekarno menikahi Inggit perempuan yang sepuluhan tahun lebih tua dari dirinya. Bersama Inggit, Soekarno mengarungi perjuangannya yang panjang dan berliku.
Aktivitas Soekarno dalam perpolitikan semakin menjadi-jadi. Beberapa kali ia ditegur pihak universitas untuk mundur dari masalah politik agar lebih berkonsentrasi ke studinya. Namun teguran itu tak dihiraukannya. Studinya terlantar, dalam mata pelajaran ilmu pasti nilainya jeblok. Walaupun begitu pada tanggal 25 Mei 1926, ia berhasil lulus dari THS.

Selepas kelulusannya, Soekarno menolak bekerja di pemerintahan kota ataupun mengerjakan proyek-proyek pemerintah. Ia lebih memilih serius di pergerakannya. Namun karena desakan ekonomi ia bekerja sebagai guru. Profesi itu tidak lama dialaminya, seorang penilik sekolah menganggap Soekarno telah meracuni siswanya dengan cerita-cerita yang menggelorakan pergerakan. Tak lama setelah itu bersama teman satu kelasnya semasa di THS, ia mendirikan biro arsitek. Karena kesibukannya dalam berpolitik ia tidak mengurusi biro arsiteknya. Hingga pada akhirnya bangkrut. Untuk menopang perekonomian keluarganya, kamar-kamar di rumah Inggit yang ditinggalinya disewakan kepada orang yang numpang bayar makan.

Disisi lain aktivitas politiknya semakin matang. Soekarno bertekad untuk mengeluarkan bangsanya dari kubangan penjajahan dan membawanya ke alam kemerdekaan sesegera mungkin. Tanggal 4 Juli 1927, Soekarno mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia (PNI) dibantu enam orang kawannya dari Algemeene Studieclub, suatu kelompok orang-orang terpelajar waktu itu. Setahun kemudian pada bulan Mei, PNI menjadi Partai Nasional Indonesia. Dengan wadah PNI aktivitasnya semakin meluas, ia berpidato di mana-mana, membakar semangat rakyatnya, dan jaringannya pun bertambah luas. Ia dikenal sebagai singa podium. Pemerintah Hindia Belanda merasa gerah, Soekarno dimasukkan kedalam daftar hitam orang yang paling dicari.

Di tahun 1928, Soekarno ikut mengikrarkan sumpah pemuda. Dimana para pemuda di Hindia Belanda berikrar menyatakan satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa yaitu Indonesia. Pemerintah Hindia Belanda melalui kepolisiannya lebih memperketat untuk mengawasi gerak-gerik Soekarno.
Pada suatu hari Soekarno harus menghadiri rapat umum di Solo. Dalam rapat itu ia meneriakan kembali anti imperialisme dan kolonialisme. Rapat selesai tengah malam. Kemudian Soekarno menginap di rumah Sujudi, seorang pengacara yang juga anggota PNI Yogyakarta.

Menjelang pagi hari rumah Sujudi di Yogyakarta dikepung polisi, mereka menggedor-gedor pintu rumah. Polisi datang untuk melakukan penangkapan atas Soekarno. Hari itu tepatnya tanggal 9 Desember 1929, ia bersama dengan beberapa orang lainnya diringkus polisi. Mereka dibawa ke Bandung, dan dijebloskan ke Rumah Penjara Banceuy.

Penjara dan pengasingan

Banceuy adalah rumah tahanan tingkat rendah, keadaannya bobrok dan kotor. Penjara itu didirikan di abad ke-19. Selnya dibagi dua, untuk tahanan politik dan kriminal biasa. Soekarno ditahan di Blok-F kamar nomor 5, sedangkan Gatot Mangkupradja wakil PNI yang ditangkap bersamanya ditempatkan di kamar nomor 7. Sehari kemudian datang tahanan dari anggota PNI lainnya yaitu Maskun dan Supriadinata. Bersamaan dengan ditangkapnya orang-orang ini, polisi melakukan razia besar-besaran di seluruh Jawa. Ribuan orang telah ditahan di antaranya 40 pimpinan PNI. Secara formal mereka dituduh mengambil bagian dalam suatu organisasi yang merencanakan pemberontakan dan berusaha menggulingkan pemerintahan Hindia Belanda yang akan dilaksanakan di awal tahun 1930-an. Soekarno dianggap tokoh kuncinya.

Dalam menghadapi pengadilannya, Soekarno menyiapkan naskah pembelaan dari dalam sel. Ia menulis di atas sebuah pispot yang ditutupi papan tipis sebagai mejanya. Naskah itu diberi judul “Indonesia Menguggat”. Naskah itu kemudian diterjemahkan kedalam berbagai bahasa dan disebarkan ke berbagai negara.

Setelah delapan bulan di penjara, pada tanggal 18 Agustus 1930, tiba waktunya Soekarno maju ke pengadilan. Di hadapan hakim ia menyatakan pidato pembelaannya selama berjam-jam. Ruang sidang yang penuh sesak oleh pengunjung itu hening. Hanya Soekarno seorang yang berbicara. Dalam pidatonya ia menolak tuduhan akan merencanakan pemberontakan bersenjata. Menurutnya perjuangan yang ia lakukan tidak melanggar batas undang-undang apa pun. Ia mengusahakan kemerdekaan, melawan imperialisme dan kolonialisme dengan cara damai. Modusnya menyusun gerakan dan kekuatan secara legal. Tidak dengan pasukan atau serdadu dan sejumlah senjata. Satu-satunya dinamit yang ditanamkannya adalah penderitaan rakyat. Suatu yang wajar baginya jika rakyat menuntut keadilan dan persamaan hak-haknya. Pembelaannya mendapat sambutan yang sangat luas dari rakyat.

Rupanya penahanan ini sudah direncanakan sebelumnya oleh pihak Belanda. Pada akhirnya hakim tetap menjatuhkan vonis bersalah pada Soekarno dan kawan-kawannya. Soekarno mendapat vonis hukuman selama empat tahun. Ia mengajukan banding, namun pengadilan tinggi tetap mengukuhkan hukuman itu. Dari Banceuy mereka dipindahkan ke penjara yang bertembok tinggi yaitu penjara Sukamiskin di Bandung.

Di penjara Sukamiskin ia ditempatkan di kamar nomor 233 dipisahkan dari tahanan lainnya. Gerak-geriknya selama dipenjara selalu di awasi, ia tidak diperkenankan berhubungan dengan tahanan lainnya. Untuk mengusir rasa sepinya ia banyak mempelajari dan membaca buku-buku agama. Ia dilarang mendapatkan informasi dari dunia luar. Namun secara sembunyi-sembunyi dan dengan berbagai trik, ia berhasil mendapatkan informasi yang diinginkannya. Ia mendapat informasi bahwa PNI dibubarkan pada tanggal 25 April 1931. Kemudian para anggotanya terpecah belah mejadi dua kubu. Alangkah kecewanya Soekarno saat itu. Ia tak kuasa melihat “anak” yang dilahirkannya terpecah belah.

Setelah bubar sebagian dari mantan anggota PNI mendirikan Partai Indonesia (Partindo). Tidak seperti PNI, Partindo kurang mendapat dukungan masa yang banyak, mengingat tiadanya tokoh kharismatik di partai tersebut. Kemudian Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir, dua orang sarjana lulusan universitas di negeri Belanda, mengeluarkan gagasan bahwa untuk mencapai tujuan bersama harus dibentuk organisasi yang menitik beratkan pada pendidikan. Mereka mendirikan Pendidikan Nasional Indonesia (PNI), yang dikenal sebagai PNI baru. Waktu itu Hatta bersikap lebih baik menjalankan perjuangan melalui pendidikan praktis untuk rakyat, daripada mengandalkan kharisma pribadi dari satu orang pemimpin. Dengan jalan demikian, kalau para pemimpin kuncinya tidak ada, partai akan tetap berjalan dengan pimpinan bawahan yang sudah sadar betul arti perjuangan.

Sementara itu “Indonesia Menguggat” semakin banyak dibaca oleh pengadilan-pengadilan di negera lain. Kritik terhadap pengadilan Soekarno berdatangan. Para ahli hukum ramai membicarakannya. Dengan tekanan dari berbagai pihak, Gubernur Jenderal Hindia Belanda mengurangi hukuman Soekarno menjadi dua tahun. Pada tanggal 31 Desember 1931 Soekarno dibebaskan.

Sekeluarnya Soekarno dari penjara, ia berusaha sekuat tenaga untuk menyatukan kembali Partindo dan PNI baru. Namun pihak Hatta tetap pada pendiriannya untuk membuat partai kader. Sedangkan Soekarno menganggap gagasan Hatta itu terlalu lamban untuk sebuah pergerakan. Dengan cara seperti itu ia tidak yakin bisa membawa Indonesia merdeka sesegera mungkin. Akhirnya mereka mengambil jalan masing-masing. Pada tanggal 28 Juli 1932, Soekarno masuk Partindo dan terpilih menjadi ketuanya. Dengan kendaraan barunya ia meneruskan cita-cita PNI, partainya yang lama. Ia mulai lagi berpidato di sana-sini menggelorakan semangat kemerdekaan kepada rakyatnya.

Selain berpidato, Soekarno bersama Maskun memimpin surat kabar ‘Fikiran Rakjat’ yang dikerjakan di rumahnya. Suatu saat ia membuat pamflet yang berjudul ‘Mencapai Indonesia Merdeka’. Beberapa saat setelah diedarkan, pamflet ini dinyatakan terlarang dan disita pemerintah. Masih di tahun 1932, hari pertama bulan Agustus, Soekarno mengadakan pertemuan pimpinan di rumah Thamrin di Jakarta. Lewat tengah malam pertemuan itu selesai. Keluar dari rumah Thamrin, seorang komisaris polisi menghadang Soekarno dan melakukan penangkapan terahadap dirinya. Untuk kedua kalinya Soekarno ditangkap. Selama delapan bulan ia dikurung kembali di Sukamiskin. Kemudian pada tanggal 1 Oktober 1933 ia dikeluarkan dan dibuang ke Endeh di pulau Flores.

Di pengasingannya ia ditemani istrinya Inggit Garnasih, kemenakan Inggit yang juga anak angkatnya Ratna Djuami, dan mertuanya Ibu Amsi. Waktu itu Endeh masih merupakan suatu kota kecil yang sepi dengan penduduk lima ribuan. Keadaannya masih terbelakang, rakyatnya kebanyakan hidup dari nelayan atau petani kelapa. Ia tinggal di kampung Ambugaga, rumah-rumahnya masih beratap ilalang. Tidak banyak yang bisa ia lakukan disana. Dua kali dalam sebulan ia mendapatkan surat kabar dan diberi kesempatan untuk berkorespondensi. Di tempat ini ia mempunyai kesempatan memperdalam ilmu agama. Untuk itu ia sering berkirim surat dengan Ahmad Hassan, ulama dan juga tokoh Persatuan Islam di Bandung.

Semasa di Endeh ia mengalami dua kali masa duka. Pertama, mertuanya meninggal. Setelah itu ia mendapat kabar Tjokroaminoto sakit keras, kemudian meninggal. Untuk mengusir kesepiannya, Soekarno menyibukkan diri dalam kesenian. Ia mencoba membuat kelompok sandiwara, dimana ia menuliskan naskahnya, menjadi sutradaranya, dan mengatur pertunjukannya. Walaupun bebas berkeliaran, disana ia dijaga amat ketat. Ada jarak tertentu dimana ia tidak boleh berkeliaran melebihi batas itu.

Pada suatu hari ia merasakan badannya tidak enak. Dokter mengatakan Soekarno terserang penyakit Malaria tropika yang mematikan. Semakin hari keadaannya semakin parah. Kabar ini rupanya sampai ke Jakarta. Thamrin salah satu temannya yang duduk di dewan rakyat mengajukan protes. Ia menyatakan pemerintah Hindia Belanda harus bertanggung jawab terhadap keselamatan Soekarno. Ia menuntut agar Soekarno segera dipindahkan ke tempat yang lebih besar dan lebih sehat. Protesnya mendapat respon dari Den Hag. Bulan Februari 1938 Soekarno dipindahkan dari Endeh.

Pembuangan berikutnya adalah Bengkulu di pulau Sumatra. Di Bengkulu Soekarno ditemani, Inggit, Ratna Djuami, Riwu dan Sukarti. Laki-laki yang bernama Riwu adalah seorang pelayan setia Soekarno semasa di Endeh. Ketika Soekarno dipindahkan, Riwu berkeras ingin mendampingi majikannya kemana pun ia pergi. Sedangkan Sukarti adalah anak perempuan yang ditemukannya di Endeh dan dijadikan anak angkat oleh Soekarno. Memang Soekarno senang kepada anak-anak. Sudah dua puluh tahun ia menikah, namun tidak dikaruniai seorang anak pun. Secara naluriah Soekarno menjadi dekat dengan anak-anak.

Pada suatu hari Soekarno didatangi Pak Hassan Din ketua Muhammadiyah setempat. Muhammadiyah merupakan organisasi Islam modernis yang berpengaruh. Pak Din melihat kedekatan Soekarno dengan anak-anak. Ia meminta Soekarno untuk menjadi salah satu guru di sekolah Muhammadiyah. Syaratnya tidak mengajarkan politik. Pak Din mengetahui selama di Endeh, Soekarno banyak berhubungan dengan Ahmad Hassan ulama ternama dari Bandung. Oleh karena itu ia tidak menyangsikan ilmu agama yang dikuasai Soekarno. Tawaran itu diterima Soekarno. Berkat mengajar di sekolah Muhammadiyah Soekarno berkenalan dengan Fatmawati, salah seorang siswanya. Dari perkenalan tersebut rupanya ia jatuh hati pada gadis belia itu.

Pada tahun-tahun itu berkobar perang di Eropa. Jerman dengan tentara Nazi-nya menyerang dan menduduki Belanda. Tahun-tahun berikutnya perang melebar ke Asia Timur. Jepang sudah bergerak menyerang negara-negara tetangganya. Sampailah perang tersebut ke wilayah Hindia Belanda. Jepang berusaha merebut kekuasaan Hindia Belanda. Akhirnya pada tanggal 12 Februari 1942, Jepang menyerang Sumatra. Mereka pertamakali mendarat di Palembang Sumatra Selatan. Pasukan Jepang terus mendesak ke Bengkulu. Tentara Belanda tidak melakukan perlawanan yang berarti, mereka lari tunggang langgang. Namun Soekarno tetap berada dalam pengawasan Belanda.

Belanda berpikir jangan sampai Soekarno dibebaskan Jepang. Tentara Jepang semakin mendesak ke Bengkulu. Beberapa polisi Belanda berusaha membawa lari Soekarno, Inggit, Sukarti, dan Riwu ke Padang Sumatra Barat. Sesampai di Padang keadaan sudah kacau, kota ditinggalkan para pedagang, semua Belanda lari tunggang langgang. Begitupun dengan para polisi yang mengawal Soekarno. Orang-orang berlarian dalam keadaan panik. Kemudian Soekarno menemui salah satu temannya di kota Padang, namanya Waworuntu.

Waworuntu membawa keluarga Soekarno ke rumahnya. Kemudian ia dan Soekarno menghubungi organisasi dagang setempat untuk mengumpulkan orang sebanyak-banyaknya. Setelah itu Soekarno berpidato dan menghimbau rakyat agar tidak mengadakan perlawanan ke pihak Jepang, mengingat kekuatan yang ada tidak sebanding. Sehari kemudian tentara Jepang tiba di kota Padang, dengan suara yang bergemuruh kendaraan lapis baja Jepang berdatangan. Balatentaranya berbaris memasuki kota Padang. Tak lama setelah itu, pada tanggal 9 Juli 1942 seluruh Hindia Belanda menyerah tanpa perlawanan berarti kepada tentara Jepang. Secara otomatis Soekarno bebas dari penahannya.

Revolusi kemerdekaan

Empat hari setelah pendaratan pasukan Jepang di kota Padang, Soekarno diundang Kolonel Fujiyama, komandan militer pendudukan Jepang di kota Bukitinggi. Ia memenuhi undangan itu. Mereka bertemu di sebuah rumah besar dan megah yang ditinggalkan orang Belanda di Bukit Tinggi.

Dalam pertemuan itu Fujiyama mengharapkan sikap kooperatif Soekarno kepada pemerintahan militer Jepang. Fujiyama menjanjikan, jika rakyat Indonesia mau menyokong tentara Jepang, niscaya pemerintahan Jepang akan memberikan kemerdekaan penuh kepada Indonesia. Soekarno mengalami dilema yang sangat hebat. Di satu sisi ia tidak rela rakyatnya diperbudak oleh Jepang, di sisi lain ia melihat jalan menuju kemerdekaan semakin terbuka. Dengan hati yang berat, akhirnya ia menerima tawaran Kolonel Fujiyama yang berarti memilih menggunakan jalur kooperatif terhadap pendudukan Jepang.

Di masa pendudukannya, Jepang membagi wilayah Hindia Belanda kedalam tiga zona admisnistratif. Sumatara di bawah tentara ke-25 bermarkas di Singapura, Jawa di bawah tentara ke-16 bermarkas pusat di Jakarta, sedangkan daerah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil dibawah angkatan laut. Begitu Jawa berhasil ditaklukan, pemerintahan militer Jepang meminta kesediaan Soekarno untuk melakukan tugas-tugasnya di Jawa. Bagi Soekarno, kembali ke Jawa artinya kembali kepada kawan-kawan pergerakannya. Ia menerima tawaran Jepang untuk kembali ke Jawa, di sana ia bisa menyusun strategi pergerakannya.

Soekarno meninggalkan Sumatra bersama dengan Inggit, Sukarti, dan Riwu. Ia menyeberang melalui Palembang dengan perahu motor kecil menuju Jakarta. Setibanya di Jakarta ia disambut Anwar Tjokroaminoto, Hatta, dan Sartono. Bersama Hatta dan nasionalis lainnya, Soekarno mulai merancang strategi perjuangannya. Memang di waktu-waktu yang telah lalu ada pertentangan pendapat yang mendalam antara Soekarno dengan Mohammad Hatta. Sampai pada suatu hari Soekarno, Hatta, dan Sjahrir mengadakan pertemuan di rumah Hatta. Ditempat itu Soekarno dan Hatta berikrar untuk selalu bersatu meskipun terdapat perbedaan diantara keduanya sampai Indonesia merdeka, mereka menyatakan sebagai dwitunggal. Selanjutnya mereka bersepakat untuk mengambil strategi berkolaborasi dengan Jepang. Diantara yang hadir hanya Sjahrir yang merasa keberatan, ia sangat membenci Jepang yang fasis itu.

Mereka membagi tugas perjuangan dengan dua cara. Dengan cara terang-terangan berkolaborasi dengan Jepang dan dengan cara menyusun gerakan bawah tanah. Soekarno dan Hatta mengambil cara terang-terangan sedangkan Sjahrir memimpin gerakan bawah tanah.

Keseokan harinya setelah pertemuan itu, Soekarno dipanggil Letnan Jenderal Imamura komandan tentara ke-25. Imamura mendesak Soekarno untuk berkolaborasi dengan Jepang. Seperti rencananya semula tawaran itu disambut oleh Soekarno. Tak lama setelah itu pada tanggal 9 Maret 1943 pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA), Soekarno dipilih menjadi ketuanya. Pemerintah Jepang berharap PUTERA bisa mendorong rakyat Indonesia ke garis belakang peperangan mereka dengan sekutu, dan menyokong segala kebutuhan angkatan perang Jepang. Sedangkan bagi Soekarno, PUTERA dimanfaatkan untuk menggelorakan semangat kemerdekaan dan nasionalisme ditengah-tengah rakyatnya dengan cara yang paling aman tanpa perlu waswas ditangkap penguasa.

Cara yang diambil Soekarno banyak mendapatkan cemoohan, ia dianggap seorang kolaborator. Namun ia bersikukuh pada pendiriannya, bahwa dengan cara demikian kemerdekaan semakin mudah diperjuangkan. Soekarno makin dikenal oleh rakyatnya.

Di sisi lain, kehidupan rumah tangganya mulai goncang. Rupanya Soekarno masih menyimpan hati kepada Fatmawati, gadis yang dikenalnya semasa pembuangan di Bengkulu. Inggit mengetahui keadaaan itu, ia tidak bisa menerimanya. Akhirnya Inggit meminta cerai kepada Soekarno. Mereka berpisah, Inggit kembali ke kampung halamannya di Bandung. Tidak lama setelah itu keinginan Soekarno untuk menjalin perkawinan dengan Fatmawati terlaksana. Bulan Juni 1943 mereka menikah. Setahun setelah pernikahannya, apa yang diidam-idamkan Soekarno untuk mempunyai keturunan akhirnya datang juga. Fatmawati melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Guntur.

Sebagai ketua PUTERA, Soekarno mendesak Jepang dengan konsesi-konsesi yang lebih luas dalam pemerintahan. Pada bulan September 1943, pemerintahan Jepang di Jakarta membentuk Badan Pertimbangan Pusat di bawah pimpinan Soekarno. Lembaga ini berfungsi seperti Volksraad, dewan rakyat semasa pendudukan Belanda. Bersama dengan PUTERA lembaga ini menyokong pembentukan angkatan militer sukarela dari putera-putera Indonesia. Angkatan bersenjata ini bernama Pembela Tanah Air (PETA) yang kelak dikemudian hari menjadi embrio dari angkatan bersenjata Indonesia.

Dalam kancah peperangannya melawan sekutu, keadaan Jepang semakin melemah. September 1944, perdana menteri Koiso di depan parlemen Jepang mengumumkan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dalam waktu singkat. Kemudian pada tanggal 1 Maret di tahun yang sama Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), suatu badan untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

BPUPKI menggelar sidangnya yang pertama pada tanggal 1 Juni 1945. Dalam sidang itu Soekarno berpidato mengenai lima prinsip dasar dalam bernegara yang terkenal dengan sebutan Pancasila. Lima prinsip itu antara lain kebangsaan Indonesia atau nasionalisme, perikemanusiaan atau internasionalisme, musyawarah atau demokrasi, keadilan sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dari lima dasar itu ia menyimpulkan lagi menjadi tiga. Kebangsaan dan perikemanusiaan diperas menjadi sosio-nasionalisme, demokrasi dan keadilan sosial menjadi sosio-demokrasi, dan yang ketiga tetap ketuhanan. Prinsip ini hampir sama dengan gagasan beberapa tahun sebelumnya dimana ia pernah mempopulerkan Nasionalisme-Islam-Marxisme yang dikemudian hari lebih dikenal dengan istilah Nasional-Agama-Komunis (NASAKOM).

Semakin hari posisi Jepang semakin terdesak oleh sekutu. Pemerintah Jepang di Indonesia memutuskan untuk menjalankan langkah-langkah kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 8 Agustus, Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Bersamaan dengan itu, panglima angkatan ekspedisi Jepang Marsekal Terauchi memerintahkan Soekarno untuk menemuinya di Dalat, kota kecil di dekat Saigon. Keesokan harinya Soekarno, Hatta dan Rajiman Wedioningrat berangkat. Di Dalat ketiga orang itu di beritahu oleh Marsekal Terauchi bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaannya kepada Republik atas daerah jajahan Hindia Belanda pada tanggal 18 Agustus 1945. Sebelum ke Jakarta mereka singgah di Singapura dan baru tahu bahwa Jepang sudah diambang kekalahannya. Dua kota industri yang padat yaitu Nagasaki dan Hirosima telah dibom oleh pasukan Amerika. Tanggal 14 Agustus Soekarno bersama teman-temannya tiba di Jakarta.

Saat itu situasi di Jakarta sudah berkembang menjadi sangat ruwet. Timbul keragu-raguan dalam diri Soekarno untuk melakukan strategi selanjutnya. Apakah Jepang mempunyai cukup waktu untuk menyerahkan kemerdekaan? Tidak mungkin baginya untuk menunggu keputusan Jepang, sedangkan di sisi lain sekutu sudah mendesak ke wilayah-wilayah pendudukan Jepang.

Waktu itu Soekarno tetap pada pendiriannya, ia memilih untuk menunggu sampai pertemuan PPKI yang dijadwalkan pada tanggal 16 Agustus. Namun mendapat tentangan dari kelompok Sjahrir dan golongan pemuda. Mereka tidak rela menerima proklamasi kemerdekaan yang disponsori Jepang. Menurut para pemuda, proklamasi kemerdekaan itu harus dikumandangkan dengan segera tidak usah meminta persetujuan Jepang.

Para pemimpin kelompok pemuda di antaranya Sukarni dan Adam Malik, mendatangi rumah Soekarno dan mendesak untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun Soekarno bersikukuh pada pendapatnya. Para pemuda pulang dengan tangan hampa, mereka tidak berhasil memaksa Soekarno. Keesokan harinya, pada tanggal 16 Agustus sebelum matahari menyingsing dari ufuk timur dua mobil beriringan mendekati rumah Soekarno. Mobil tersebut berisi kelompok pemuda yang tempo hari mendatangi Soekarno. Mereka membangunkan Soekarno, Fatmawati, dan Guntur anaknya yang masih kecil. Mereka menculik dan membawa pemimpin nasionalis itu ke suatu tempat yang dirahasiakan. Selanjutnya iring-iringan itu menculik Mohammad Hatta untuk dibawa dalam rombongan.

Kendaraan melaju keluar Kota Jakarta, menuju ke Rengasdengklok. Di tempat itu para pemuda kembali mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklasikan kemerdekaan. Sekali lagi para pemuda gagal mendesak para pemimpin nasional. Dalam kebuntuan tersebut, Soebardjo salah seorang angkatan muda menyampaikan kepastian bahwa Jepang sudah menyerah dan menjanjikan keterlibatan Laksamana Maeda dalam suatu deklarasi kemerdekaan. Laksamada Maeda adalah perwira Jepang yang bersimpati terhadap perjuangan kemerdekaan rakyat Indonesia. Kemudian rombongan kembali ke Jakarta menuju ke rumah Maeda.

Menjelang pukul 10 malam, mereka tiba di rumah Maeda. Rumah itu dijadikan tempat pertemuan para pemimpin Indonesia. Usaha untuk mendapatkan jaminan persetujuan proklamasi kemerdekaan dari para pembesar Jepang gagal dilakukan. Jepang sudah bertekuk lutut kepada Sekutu. Keadaan seperti itu menjadikan Jepang terikat pada hukum untuk tidak menentukan kebijakan dalam status quo. Atas desakan kaum muda, para pemimpin nasional meneruskan rencananya tanpa persetujuan formal dari pihak Jepang. Sekelompok kecil pemuda berkumpul dengan Soekarno di sebuah ruangan untuk merumuskan isi proklamasi. Hari Jumat dini hari pertemuan selesai.

Proklamasi kemerdekaan akan segera dikumandangkan. Untuk menghindari bentrokan langsung dengan tentara Jepang, dipilih tempat yang tidak terlalu mencolok yaitu di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56. Pukul sepuluh pagi Soekarno muncul dengan pakaian rapi, diapit oleh Hatta dan Letnan Latief dari PETA, ia siap untuk membacakan teks proklamasi. Teks yang dirancang semalam suntuk itu akhirnya dibacakan, yang berbunyi:

“Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.”

Upacara sakral itu ditandai dengan pengibaran bendera merah putih yang khusus dijahit oleh Fatmawati. Lagu Indonesia Raya berkumandang mengiringi pengibaran Sang Saka. Para pemuda berangkulan dengan kaum tua, semua ketegangan di antara mereka segera berubah menjadi perasaan haru. Hari itu, tanggal 17 Agustus 1945 menjadi tonggak baru perjuangan. Gerbang baru menuju Indonesia merdeka telah dibuka.

Menjadi presiden RI

Sehari setelah proklamasi, PPKI menggelar rapatnya. Mereka segera merumuskan konstitusi dan memilih presiden dan wakilnya. Soekarno terpilih menjadi presiden Republik Indonesia (RI) yang pertama, wakilnya Mohammad Hatta.

Sejak masa-masa awal pemerintahannya pertentangan antara golongan dan aliran politik sangat keras. Partai-partai mulai berdiri, Partai Nasional Indonesia (PNI) dipakai lagi, kalangan Islam bergabung dengan Partai Masyumi, golongan sosialis mempunyai Partai Sosialis, dan Partai Komunis Indonesia (PKI) bangkit kembali.

Di tahun-tahun berikutnya Belanda menunjukan niatnya untuk kembali menguasai Indonesia. Pasukan Belanda mulai memasuki Jakarta, demi keamanan ibu kota pemerintahan dipindahkan ke Yogyakarta untuk sementara. Soekarno diangkut ke Yogyakarta secara sembunyi-sembunyi. Ia dilarikan dengan kereta api yang melintasi belakang rumahnya pada malam hari.

Menghadapi masa genting seperti itu tokoh-tokoh politik mulai terpecah. Ada yang menghendaki penyelesaian dengan cara diplomasi dan melakukan perundingan dengan pihak Belanda seperti Hatta dan Sjahrir, di sisi lain ada yang menolak jalur perundingan seperi para pengikut Tan Malaka. Soekarno terombang-ambing di antara kedua pendapat itu. Namun pada akhirnya ia memilih golongan yang menghendaki penyelesaian diplomatis. Dalam barisan ini Sjahrir bertindak sebagai perdana menteri dan menjadi ujung tombak perundingan-perundingan dengan Belanda. Saat itu peranan Soekarno sebagai presiden menjadi terbatas sebagai kepala negara saja.

Pada suatu malam tanggal 19 Desember 1948, Soekarno terbangun oleh ledakan-ledakan bom yang dijatuhkan di lapangan terbang Yogyakarta. Belanda melakukan agresi militer. Terjadi dilema dalam dirinya untuk memilih antara melarikan diri atau menghadapi penangkapan oleh pasukan Belanda. Akhirnya ia memilih untuk tetap tinggal di kota itu. Bersama Hatta, Sjahrir, Agus Salim dan para petinggi pemerintahan lainnya, mereka ditahan Belanda. Mereka dibawa ke Prapat dan pulau Bangka. Rupanya pilihan itu sangat tepat, reaksi rakyat terhadap penangkapannya membawa bencana terhadap Belanda. Aksi militer itu mengguncang pendapat dunia untuk mengecam tindakan Belanda.

Dunia internasional menekan Belanda. Akhirnya pada bulan Juni 1949 disetujui gencatan senjata antara RI dengan Belanda. Kemudian pesawat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membawa Soekarno dan kawan-kawannya kembali ke Yogyakarta. Pertentangan dengan Belanda diselesaikan di meja perundingan. Melalui diskusi yang alot, pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, dengan syarat bentuk negaranya menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS).

Keesokan harinya Soekarno bersama kawan-kawannya kembali ke Jakarta. Dengan segala kemegahannya Soekarno menuju istana, ia segera mengubah namanya menjadi Istana Merdeka. Lapangan luas yang terbentang di depan istana merdeka dinamakannya Lapangan Merdeka. Di kemudian hari di tengah lapangan itu dibangun satu monumen lambang kemegahannya, yang terkenal dengan nama Monumen Nasional (Monas).

RIS tidak bertahan lama, pada tahun 1950 Indonesia kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia dibawah konstitusi Undang-undang Dasar Sementara (UUDS). Sistem pemerintahannya menganut sistem Parlementer dimana pemerintahan di pegang oleh Perdana Menteri, sedangkan kepala negara tetap berada di tangan Soekarno sebagai presiden.

Pada tahun 1955, Indonesia membuat prestasi besar. Di Bandung 29 negeri dari Asia dan Afrika berkumpul menggelar konferensi. Pertemuan ini terkenal dengan nama Konferensi Asia-Afrika, yang menjadi cikal bakal gerakan Non-Blok. Bagi Soekarno sendiri, konferensi itu menjadi aksi internasionalnya yang pertama. Ia berusaha menonjolkan diri sebagai pemimpin negara-negara dunia ketiga di perpolitikan internasional. Ketika ia berpidato di depan sidang umum PBB, sebagai pemimpin dari dunia ketiga ia mendapat sambutan yang luas.

Di tengah karir politiknya yang semakin menanjak tersiar kisah hubungannya dengan Ny. Hartini Suwondo seorang istri pegawai perusahaan minyak. Soekarno menjalin cinta dengan Hartini. Setelah bercerai lebih dulu dengan suaminya, Soekarno mengawini Hartini. Seperti juga nasib rumah tangganya dengan Inggit, Fatmawati memilih untuk meninggalkan istana pindah ke suatu rumah di kemayoran. Fatmawati tidak rela berbagi rumah dengan saingan barunya di istana. Namun saat itu ia tidak bercerai dengan Soekarno, sehingga ia tetap dianggap sebagai ibu negara.

Pada periode itu, pemerintahan tidak bisa menunjukan prestasi yang baik dalam perekonomian. Untuk mengalihkan isu tersebut, Soekarno giat melakukan kampanye pembebasan Irian Barat. Seperti biasa ia mengeluarkan jargon-jargonnya yang keras. Banyak pihak yang bertentangan dengan sikap politiknya. Namun ia tidak menghiraukannya.

Kekukuhannya dalam bertindak menumbuhkan sikap saling bermusuhan. Terbukti dengan dilancarkannya berbagai upaya percobaan pembunuhan terhadapnya. Pada suatu hari Soekarno menghadiri upacara perayaan di sekolah Guntur anaknya. Ketika meninggalkan tempat itu, sekelompok pemuda melemparkan geranat tangan ke kumpulan orang-orang yang mengelilingi Soekarno. Saat itu Soekarno berhasil lolos, namun kejadian itu menyebabkan 11 orang tewas dan lusinan lainnya luka-luka. Selanjutnya ia kerap kali mengalami percobaan pembunuhan, namun selalu lolos dari maut.

Tahun-tahun berikutnya, pemerintah membentuk Badan Konstituante yang berfungsi merumuskan konstitusi republik menggantikan UUDS. Pekerjaan itu menjadi ajang perdebatan sengit dan berlarut-larut. Badan konstituante tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya. Rakyat sudah jenuh dengan perdebatan-perdebatan di konstituante. Dengan dukungan dari Angkatan Darat lewat Jenderal AH. Nasution, Soekarno mengumumkan dekrit presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Dekrit ini menegaskan pembubaran konstituante dan kembalinya konstitusi RI ke UUD 1945. Bagi Soekarno sendiri peristiwa ini menunjukkan bahwa dirinya masih memiliki kekuatan politik. Secara Otomatis dekrit ini mengangkat dirinya menjadi tokoh sentral dalam perpolitikan di Indonesia. Undang-undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang lebih besar dan leluasa kepada presiden. Hal ini sesuai dengan apa yang diinginkannya mengenai sistem demokrasi terpimpin yang ia suarakan sejak tahun lima puluhan.

Para tokoh politik yang tidak setuju dengan dekrit mengambil jalan bertentangan. Sebagian dari mereka membentuk pemerintahan sendiri sambil meminta dukungan rakyat. Di Sumatra terbentuk Pemerintahan Revolusi Republik Indonesia (PRRI), di Sulawesi terbentuk Perlawanan Rakyat Semesta (Permesta). Sejauh ini Soekarno bisa menggagalkan semua pemberontakan terhadap pemerintahannya.

Dalam kehidupan pribadinya, kesenangan Soekarno terhadap perempuan semakin menjadi-jadi. Soekarno mengambil istri lagi, kali ini incarannya Ratna Sari Dewi seorang pelayan bar berkebangsaan Jepang yang sangat menarik, nama aslinya Naoko Nemoto. Dewi dikenalnya ketika ia melakukan kunjungan kenegaraan ke Jepang. Selain itu ia mengawini Hariati, kemudian Yurike Sanger.

Di tahun enam puluhan Soekarno lebih menggiatkan kembali kampanye pembebasan Irian Barat yang sering didengung-dengungkannya. Pada tahun 1963, ia membuka konfrontasi dengan Malaysia yang dianggapnya boneka imperialis di Asia Tenggara. Slogannya “Ganyang Malaysia” menjadi sangat terkenal. Selain itu sebutan-sebutan seperti presiden seumur hidup, pemimpin besar revolusi, panglima tertinggi angkatan bersenjata, penyambung lidah rakyat dan lain-lainnya mulai melekat pada dirinya. Putera Indonesia yang cemerlang dan mempunyai kecerdasan politik tinggi ini terlena dengan kebesaran dan kekuasaannya.

Kejatuhan

Kematangannya dalam berpolitik tidak menjadikan Soekarno lebih bijaksana dari sebelumnya. Dengan sistem demokrasi terpimpin, Soekarno melangkah semakin percaya diri bahkan cenderung angkuh. Banyak kalangan menganggap Soekarno menjadi pemimpin yang otoriter. Namun pendapat seperti itu kurang bisa dibenarkan sepenuhnya. Selama karir kepemimpinan dan politiknya, ia tidak pernah menggunakan tangan besi dalam memerintah. Ia tidak bertindak represif terhadap lawan-lawan politiknya. Ia lebih bertumpu pada keterampilan politiknya yang tinggi. Kalaupun ada beberapa lawan politiknya yang dipenjarakan, agaknya hanya merupakan sebuah keterpaksaan dan bukan strategi yang dirancangnya.

Dengan lincah, ia memposisikan diri sebagai dalang dalam percaturan politik. Ia memanfaatkan kekuatan politik yang saling bertentangan, dimana ia bertindak sebagai pusat keseimbangan yang menetralisir semua kekuatan itu. Posisi sentral seperti itu, ditambah dengan kepercayaan rakyat yang sangat besar kepadanya, menjadikannya seorang pemimpin yang sangat kuat. Di tahun 60-an dimana kekuatan Masyumi sudah melemah, praktis kekuatan berada di tangan militer dalam hal ini Angkatan Darat, PNI dan PKI, dimana Soekarno bertindak sebagai tokoh sentral di antara ketiganya.

Peranan Soekarno diantara kekuatan-kekuatan itu meningkatkan suhu persaingan diantara mereka. Terutama persaingan antara Angkatan Darat dengan PKI, sudah berkembang pada titik yang kritis. Masing-masing mencoba meningkatkan pengaruhnya dalam pemerintahan Soekarno. Tarik menarik kekuasaan itu rupanya mendatangkan malapetaka besar bagi sejarah Republik di kemudian hari.

Jakarta, menjelang pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 serombongan pasukan keluar dari markasnya di Halim. Dengan menggunakan tujuh truk militer, pasukan bergerak ke rumah-rumah para Jenderal. Mereka tergabung dalam pengawal istana Cakrabirawa di bawah komando Kolonel Untung, membawa misi penculikan tujuh jenderal. Enam jenderal berhasil diciduk, sedangkan Jenderal AH Nasution berhasil meloloskan diri. Mereka berdalih bahwa para jenderal yang tergabung dalam “Dewan Jenderal” itu akan melakukan kudeta terhadap pemerintahan Soekarno. Para penculik mengaku tindakannya merupakan pencegahan terhadap kudeta Dewan Jenderal, yang akan dilaksanakan sebelum tanggal 5 Oktober bertepatan dengan hari Angkatan Bersenjata. Tindakannya tidak hanya berhenti sampai penculikan saja, para jenderal tersebut dibunuh dengan cara yang kejam.

Pagi hari saat kejadian itu Soekarno berada dirumah Dewi salah satu istrinya di daerah Slipi. Mendengar berita yang mengejutkan itu, ia bergegas menuju Istana. Keadaan masih tegang, ia mendapat informasi di sekitar Istana Merdeka sudah berkeliaran pasukan tak dikenal. Ia memindahkan tujuannya ke rumah Hariati istrinya yang lain, kemudian dengan alasan keamanan ia meluncur ke Halim.

Setibanya di Halim ia bertemu Sekertaris Jenderal PKI DN. Aidit, Brigadir Jenderal Supardjo, Laksamana Muda Omar Dhani, dan Kolonel Latief. Para tokoh yang berada di Halim gagal mendapatkan dukungan Soekarno terhadap aksi penculikan para jenderal. Sementara itu gerakan yang dipimpin Kolonel Untung telah membangkitkan perlawanan di mana-mana.

Di pihak lain Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD), Mayor Jenderal Soeharto yang tidak dimasukan dalam daftar tujuh jenderal, siap-siap menyusun kekuatan tandingan. Soeharto menghimpun perwira-perwira dan pasukan yang ada di pihaknya. Dengan strateginya siang itu ia sudah memegang kendali Angkatan Darat, dan siap menggempur musuhnya kalau diperlukan.

Di Halim Soekarno masih dalam posisi terjebak dalam kemelut itu. Ia mengumumkan mengambil alih Angkatan Darat dan mengangkat Jenderal Pranoto sebagai penanggung jawab hariannya. Namun perintahnya tidak digubris, Soeharto menganggap pasukan dibawah Kolonel Untung yang melakukan kup. Ia tetap mendesak pasukan yang melakukan kup untuk menyerah. Sore harinya Soekarno meninggalkan Halim menuju istana Bogor. Kemudian keesokan paginya Soeharto sudah bisa menguasai Halim.

Hari-hari selanjutnya Soeharto melakukan penangkapan terhadap orang-orang yang terlibat kup. Peristiwa ini meluas menjadi kebencian terhadap PKI secara keseluruhan. Konflik horizontal mulai timbul, Angkatan Darat melakukan penangkapan dan pembersihan anggota PKI di berbagai daerah. Operasi ini didukung oleh masyarakat sipil dari komponen Islam, dan kelompok lainnya yang termakan propaganda. Peristiwa ini memakan korban jiwa yang sangat besar dalam sejarah Indonesia modern. Tidak ada angka pasti mengenai korban pembantaian, sebagian memperkirakan 200-250 ribu orang, sebagian lagi memperkirakan sekitar satu juta orang.

Soekarno menegaskan agar rakyat menghindari perpecahan dan penghentian pembunuhan massal. Dalam suatu pidatonya di depan wartawan di Istana Bogor ia berseru, “Bangsa kita, saudara-saudara, sekarang ini betul-betul mengalami masa yang gelap. Hitam!” Ia mengutuk pembunuhan kejam atas para Jenderal, namun menghimbau agar rakyat tidak kehilangan akal sehat dan tidak mudah diadu domba.

Awal Januari 1966 mahasiswa yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI), didukung Angkatan Darat mengadakan aksi besar-besaran. Mereka menuntut dibubarkannya PKI, merombak kabinet dan menurunkan harga. Hingga pada tanggal 11 Maret 1966 dengan terpaksa Soekarno menyerahkan mandat kepada Soeharto untuk mengambil tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk memulihkan keamanan dan stabilitas. Bagi Soekarno surat perintah ini berarti akhir karir politiknya.

Surat perintah itu dimanfaatkan Soeharto untuk mengambil langkah pembubaran PKI dan penangkapan terhadap kabinet yang diduga terlibat. Kemudian ia berhasil menyingkirkan orang-orang Soekarno di pemerintahan. Begitu terpukulnya Soekarno dengan keadaan ini. Bukan hanya sebuah kekuasaan yang dirampas dari tangannya, tapi lebih dari itu rasa persatuan yang diperjuangkan dalam konsep-konsep politiknya selama ini hancur luluh.

Kondisi kesehatannya terus memburuk, sedikit demi sedikit kekuasaannya dipreteli. Pengambilan kekuasaannya merupakan penghinaan bagi seorang Soekarno dengan segenap kebesaran di masa lalu. Kepada MPRS ia menyatakan gerakan 30 september ini sebagai kejutan besar, ada tiga hal yang menyebabkan peristiwa ini. Pertama, adanya orang-orang PKI yang keblinger. Kedua, kelicikan kekuatan-kekuatan neo-kolonialisme. Ketiga, “kenyataan adanya orang-orang aneh”. Pada tanggal 12 Maret 1967, MPRS mencabut segala kekuasaan politik dari tangan Presiden Soekarno, kemudian menetapkan Soeharto sebagai pejabat sementara presiden RI.

Soekarno dijatuhkan oleh suatu pristiwa yang sangat rumit, yang masih menyimpan misteri besar di belakangnya. Ratusan ribu bahkan jutaan rakyat tak berdosa menjadi korban. Tidak jelas siapa di balik siapa, dan sepertinya akan terus menjadi tanda tanya.

Hari yang sunyi

Sejak kekuasaanya secara resmi dilucuti, Soekarno tidak pernah menginjakkan kakinya lagi di Istana Merdeka. Ia dijauhkan dari kegiatan-kegitan politik, lebih dari itu ia dijauhkan dari rakyatnya, diasingkan ke paviliun Istana Bogor. Setelah kejatuhannya, Dewi kembali ke negerinya di Jepang dan resmi bercerai di tahun 1970. Hariati juga sudah menceraikannya. Akhirnya Fatmawati juga cerai dari Soekarno. Ia tersisihkan dari hubungan-hubungan anak manusia yang selama ini memberikan semangat kehidupan baginya. Di masa-masa akhir hayatnya tinggal Hartini satu-satunya istrinya yang sah.

Di Istana Bogor Soekarno ditemani Hartini serta kedua anaknya Taufan dan Bayu. Sesekali datang tim dokter yang memeriksa kesehatannya. Didampingi ajudannya, ia sering berkeliling sekedar untuk jalan-jalan. Sering ia mampir ke warung-warung makan di puncak sekedar ingin menikmati masakan Sunda. Di sana ia menemui rakyatnya kembali, ngobrol ngalor-ngidul tentang segala hal. Tak pelak lagi kehadirannya selalu dikerubuti warga yang ingin mendekati mantan pemimpinnya itu. Setiap kali Soekarno bertemu rakyatnya selalu terjadi keramaian. Pemerintah waktu itu tidak menghendakinya. Akhirnya Soekarno dilarang kelayapan lagi untuk selamanya.

Udara Bogor terlalu dingin bagi Soekarno tua, yang sudah sering sakit-sakitan. Soekarno dipindahkan ke Wisma Yasso, tempat tinggal Dewi di daerah Slipi. Di tempat ini juga ia ditemani oleh Hartini. Kalau ia mau keluar dari Wisma Yasso ke Bogor atau sebaliknya, harus seizin Panglima Kodam Jaya dan Panglima Kodam Siliwangi. Prosedur yang sama harus ditempuh bila ia hendak berobat ke dokter.

Sesekali ia meminta anak-anaknya datang mengunjunginya. Selain itu ada beberapa kawan dekat yang sesekali datang menjenguknya. Namun akhirnya pemerintah melarang Soekarno menerima tamu dari mana pun, terkecuali keluarganya. Soekarno bukanlah orang yang suka terhadap keterpencilannya. Menghadapi tekanan seperti itu ia semakin terpuruk dalam kesunyian. Sebagian besar kegiatan yang dilakukannya adalah membaca buku. Di pagi hari ia berjalan-jalan di halaman rumah. Perhatiannya dicurahkan pada hal-hal yang berbau seni. Dengan para pengawalnya ia sering membicarakan kisah-kisah Mahabrata dan Ramayana, maupun tentang lukisan.

1970.

Dalam tahanan rumah penguasa baru negeri, Soekarno wafat. Ia wafat dalam keadaan dinista. Padahal, dialah pendiri negeri bersama sejumlah Bapak Bangsa lainnya. Meski begitu, Soeharto tetap memerintahkan pemakaman kenegaraan untuknya. Meski ia berwasiat untuk dimakamkan di Bogor, di rumah Ratna Sari Dewi Soekarno yang disebut Hing Puri Bima Cakti, Soeharto memerintahkan agar Soekarno dimakamkan di Blitar. Maka jadilah dari Wisma Yaso (kini jadi Museum Sejarah ABRI Satria Mandala) di Jakarta jenazahnya dibawa ke Blitar melalui udara.

Banyak hal yang masih jadi misteri seputar kematiannya. Orde Baru tidak pernah secara resmi menyatakan Soekarno dalam tahanan. Namun jelas dari berbagai buku seperti Sewindu Dekat Bung Karno karya Bambang Widjanarko terungkap kesaksian bahwasanya di akhir hidupnya beliau dilarang menerima tamu tanpa seizin Kodam Jaya. Bahkan seluruh stafnya diganti dan anak-istrinya pun dibatasi kunjungannya. Bacaan dilarang dan tentu saja juga dilarang berkomunikasi dengan siapa pun dengan cara apa pun. Belum lagi isyu bahwa pengobatan yang diterimanya di bawah standar kepatutan medis.
Bagaimanapun caranya Sang Penyambung Lidah Rakyat ini coba ‘diekskomunikasi’kan, toh ia tetap di hati rakyat. Prosesi pemakamannya yang ternyata dihadiri ratusan ribu pelayat -terutama dari rakyat jelata- membuktikan hal itu.

Sumber foto: alumnigmni.org
Pada suatu waktu ia datang menghadiri pesta perkawinan anaknya. Terlihat tubuhnya semakin lemah, bahkan untuk berjalan pun harus dipapah. Menjelang fajar pada hari Minggu 21 Juni 1970 putera Indonesia ini menghembuskan napas terakhirnya di Jakarta. Hanya Hartini, istri keduanya dan Prof. Mahar Mardjono yang menemaninya di saat kepergiannya.

Dalam wasiat terakhirnya ia meminta dikuburkan di rumahnya di Batutulis Bogor. Pemerintah tidak mengabulkan permintaan terakhirnya. Pemerintah enggan membuat tempat ziarah yang terlalu dekat dengan Jakarta. Soekarno dimakamkan di samping makam ibunya di Blitar. Di masa-masa akhirnya, ia pernah berujar kepada salah seorang ajudannya dalam bahasa Belanda, yang artinya “telah kuberikan milikku yang paling besar bagi tanah air dan rakyatku, yaitu kebebasanku!”.


Detik Detik Kematian Sang Presiden


Jakarta, Selasa, 16 Juni 1970. Ruangan intensive care RSPAD Gatot Subroto dipenuhi tentara sejak pagi. Serdadu berseragam dan bersenjata lengkap bersiaga penuh di beberapa titik strategis rumah sakit tersebut. Tak kalah banyaknya, petugas keamanan berpakaian preman juga hilir mudik di koridor rumah sakit hingga pelataran parkir.


Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.


Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.


Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa, dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.


Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu


Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang paling dicintainya ini.


“Pak, Pak, ini Ega…”


Senyap.


Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi.


Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar.


Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.


Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia coma. Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.


Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah.


“Hatta.., kau di sini..?”


Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.


“Ya, bagaimana keadaanmu, No ?”


Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.


Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal. “Hoe gaat het met jou…?” Bagaimana keadaanmu?


Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.


Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil. Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut menangis.


Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani.


“No…” Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.


Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini. Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.


Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.


Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka. Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.


Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit. Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.


Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi.
Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. Kini untuk selamanya.
Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan.
Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah tiada.
Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi: Soekarno telah meninggal.

Isu di bunuh secara perlahan



Banyak Keyakinan orang banyak bahwa Bung Karno dibunuh secara perlahan mungkin bisa dilihat dari cara pengobatan proklamator RI ini yang segalanya diatur secara ketat dan represif oleh Presiden Soeharto. Bung Karno ketika sakit ditahan di Wisma Yasso (Yasso adalah nama saudara laki-laki Dewi Soekarno) di Jl. Gatot Subroto. Penahanan ini membuatnya amat menderita lahir dan bathin. Anak-anaknya pun tidak dapat bebas mengunjunginya.



Banyak resep tim dokternya, yang dipimpin dr. Mahar Mardjono, yang tidak dapat ditukar dengan obat. Ada tumpukan resep di sebuah sudut di tempat penahanan Bung Karno. Resep-resep untuk mengambil obat di situ tidak pernah ditukarkan dengan obat. Bung Karno memang dibiarkan sakit dan mungkin dengan begitu diharapkan oleh penguasa baru tersebut agar bisa mempercepat kematiannya.



Permintaan dari tim dokter Bung Karno untuk mendatangkan alat-alat kesehatan dari Cina pun dilarang oleh Presiden Soeharto. “Bahkan untuk sekadar menebus obat dan mengobati gigi yang sakit, harus seizin dia, ” demikian Rachmawati Soekarnoputeri pernah bercerita.



Kata Kata Bijak Soekarno
Kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu ! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, dari pada makan bestik tetapi budak. [Pidato HUT Proklamasi, 1963]
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)
Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.
Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.
Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.
Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan
Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.
Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia
Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya
Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.

Pemerintah menganugerahkan Bung Karno sebagai Pahlawan Proklamasi. Soekarno (Bung Karno) memang Pahlawan Indonesia yang gagah berani “Jasa dan tentang mu tak akan terlupakan hingga hancur Bumi”. Adakah Soekarno (Bung Karno) lainnya di ERA sekarang ini ?




Selamat Jalan Bung Karno-ku, Jasamu teramat besar bagi kami, Bangsa Indonesia. Semoga Engkau damai di alam sana, dan Semoga Engkau Khusnul khatimah. Amiin

Monday, June 01, 2015

Munajad by Ust. Abdullah Gymnastiar

Ya Allah,..Duhai zat yang mendetakkan jantung ini,
Duhai zat yang selalu memberikan makan kepada hamba-hambanya yang lapar,
Duhai yang memberikan air yang sejuk di kala kami dahaga,
Duhai yang mengaruniakan kantuk di kala kami lelah,
Duhai yang selalu menjaga dan mengurus kami kala kami tertidur,
Hanya Engkaulah Yang Maha Agung.. hanya Engkaulah Yang Maha Kuasa..

Ya Allah, betapapun kami menghianatiMu setiap waktu tapi tiada suatu saat pun terputus Engkau memberi nikmat kepada kami,

Ya Allah jadikanlah hari ini menjadi hari ampunan bagi segala kebusukan kami.
Penghapus bagi seluruh dosa-dosa kami, hari dimana Engkau singkapkan tabir dari hati kami, hari dimana Engkau gantikan segala kegelapan dengan cahaya ilahiyahMu di qolbu ini.

Ya Afuw ya ghafur..
ampuni kami… Engkau Yang maha mengerti tentang kami..
tubuh kami kotor penuh dosa, hidup kami berseliMut aib.. kini kami berada di hadapanMu… Ampuni yaa Allah sebusuk apapun masa lalu yang pernah kami lalui .. Ampuni sebanyak apapun dosa-dosa yang meluMuri tubuh ini.. Hapuskan yaa Allah sekelam apapun masa lalu kami..
Ya Allah.. Duhai zat Yang maha Pengampun .. kami datang padaMu…

Ya Allah, kami ingin hidup kami berubah, gantikan segala kebusukan kami menjadi kesucian dalam pandanganMu. gantikan segala kegelapan dengan cahayaMu.. gantikan segala kedzaliman kami menjadi hidayah taufikMu.. gantikan Ya Allah… Ampuni dan selamatkan kami, ibu bapak kami yaa Allah, anak-anak kami, dari segala bala hidup ini..

Ya Allah, kami ingin merasakan indahnya hidup dekat denganMu,
Kami ingin hari-hari yang tersisa ini menjadi hari-hari yang selalu akrab bersamaMu, kami lelah jauh dariMu ya Allah , kami tidak ingin terpuruk dan terhina karena tenggelam dalam kesesatan.
Berikan kepada kami keMudahan, untuk mengenalMu Ya Allah,.
Berikan kepada kami jalan untuk mendekat kepadaMu,.
Jadikan kami orang-orang yang selalu merasakan kehangatan dan kasih sayangMu.

Ya Allah jadikan sujud kami menjadi sujud yang penuh nikmat KepadaMu,.
Jadikan shedaqah kami menjadi jalan yang membuat kami akrab denganMu,.
Jadikan amal-amal kami sebagai amal-amal yang tulus hanya karenaMu,.
Ya Allah jangan biarkan kesibukkan dunia membutakan hati kami,...
Jangan biarkan pangkat dan jabatan, menjeruMuskan kami,...
Jangan biarkan hawa nafsu membuat kami terperosok dalam maksiat,..

Ampuni Ya Allah..kami para suami yang telah mendzalimi istri-istri kami.. juga ampuni para istri yang kurang dapat melayani keluarganya. Ampuni jikalau kami salah mendidik keluarga dan anak-anak kami Ya Allah..
Utuhkan kami di dunia.. utuhkan kami di surgaMu
Ya Allah.. Selamatkan anak-anak kami, Muliakan akhlaknya .. kuatkan imannya.., berilah mereka yang lebih baik daripada yang kami dapatkan, jadikan mereka hamba-hamba yang Kau banggakan di singgasanaMu yg tinggi itu.

Duhai Allah yang maha Agung
Karuniakanlah kepada kami keindahan Akhlak,
Kelembutan hati, kesejukan qalbu
Pancarkan dari diri kami, keindahan agamaMu ya Allah
Pancarkan dari pribadi diri kami, keagungan agamaMu ya Allah
Jadikan, kehadiran kami di manapun menjadi cahaya bagi ummatMu,
Jadikan, kehadiran kami di manapun menjadi penyejuk bagi ummatMu,
menjadi penggelora semangat bagi hamba-hambaMu..

Ya Allah cegahlah kami dari segala godaan yang menggelincirkan
Lindungilah kami dari tipu daya setan yang menyesatkan
Lindungi kami dari segala sifat Munafiq, ya Allah
Lindungi kami dari segala keMusyrikan
dan lindungi kami dari perbuatan apa pun yang akan menjadi contoh buruk bagi ummatMu

Ya Allah Engkau adalah tujuan kami
Engkau adalah tumpuan harapan kami
Engkau adalah dambaan hati kami
Karuniakan kami kesempatan memperbaiki diri, Ya Allah
Ya Allah jadikanlah kami para pemimpin yang dapat menjadi
contoh kebaikan dan kemuliaan bagi sebanyak-banyaknya umatMu..

Ya Allah, berikan ketaqwaan kepada jiwa-jiwa kami dan sucikanlah kami.
Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya.
Engkau Pencipta dan Pelindungnya
Ya Allah, perbaiki hubungan antar kami
Rukunkan antar hati kami
Tunjuki kami jalan keselamatan
Selamatkan kami dari kegelapan dg cahaya rububiyahMu
ya Allah.. Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba yang beriman
Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian

Ya Allah, wahai yang memudahkan segala yang sukar
Wahai yang menyambung segala yang patah
Wahai yang menemani semua yang tersendiri
Wahai yang mengamankan semua yang takut
Wahai penguat segala yang lemah
Mudah bagiMu melancarkan segala yang susah
Engkau Maha Tahu dan melihatnya

Ya Allah, wahai zat yang Maha Mendengar, sayangilah kami, Berkahi sisa uMur kami ini,
Jadikan uMur yang tersisa ini membawa maslahat bagi orang tua kami, bagi keluarga kami, dan bagi sebanyak-banyakNya umat Mu di bumi ini,

Ya Allah hanya engkaulah Tempat kembali kami.. hanya engkaulah Yang Maha Tahu sisa uMur kami.. berikan kesempatan bagi kami Ya Allah… mempersembahkan yang terbaik bagi keluarga kami, masyarakat kami, bangsa kami, dan utamanya bagi agamaMu yang lurus..

Ya Allah, limpahkanlah Hidayah dan TaufikMu yaa Allah… jadikan kami hamba-hamba yg shalih hingga akhir hayat kami.. Jadikan akhir hayatnya khusnul khatimah.. Lapangkan kubur kami kelak, Jadikan kami ahli surgaMu..

Rintihan Suci Manusia Malam

Tuhan Yang Mahapemurah, Yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia dan mengajarinya pandai berbicara”. (QS. Al-Rahman: 1-4).


Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad.

Kita semua pernah mengalami guncangan hidup. Ada saat-saat ketika kita terdesak pada tembok yang kokoh. Kita merasa segala daya kita telah tiada, seluruh kemampuan telah terputus. Pada saat itu, kita datang menghampiri yang Mahakasih lagi Mahakuasa. Bukankah Nabi Musa pernah bertanya, “Ya Allah, di mana aku harus mencari-Mu?”, lalu Allah menjawab, “Carilah Aku di antara orang-orang yang hancur hatinya!”. Pada saat kita hancur, kita serasa dekat dengan Dia. Sayangnya, ketika hati kita dipenuhi keharuan, mulut kita tergagap, lidah kita tidak sanggup mencari kata-kata yang secara tepat melukiskan perasaan kita.Keterampilan berbahasa (linguistic skill) yang kita miliki hanya mengantarkan kita untuk menggambarkan hal-hal yang remeh-temeh. Di hadapan yang Mahakasih, kemampuan mengotak-atik kata tidaklah cukup untuk mengambarkan perih derita yang kita rasakan. Untuk doa yang khusyuk, memang, disamping gelora hati diperlukan kefasihan.

Adalah Zainal Abidin manusia suci yang pernah hidup pada babakan tarikh pembataian keluaraga suci Nabi. Ia digoncang prahara yang besar. Sanak saudaranya dibunuh, sahabat-sahabatnya dianiaya, dan dirinya juga senantiasa diancam maut. Ajaibnya, duka yang sangat mendalam itu tidak memperdalam dendam kepada siapa pun. Hatinya yang hancur karena derita panjang yang dialaminya membuat ia sangat sensitif pada penderitaan orang lain. Hatinya yang lembut karena berbagai musibat telah mengantarkannya pada puncak kefasihan dan kesempurnaan yang juga mewarnai doa-doa yang disampaikannya.

Izin aku menuturkan sedikit dari kisah kefasihan manusia malam itu sebagaimana yang telah dituliskan oleh pecintanya sepanjang sejarah. Di suatu malam, di bawah naungan langit Madinah yang teduh, di atas hamparan padang pasir yang tak berujung, ia ditemukan sedang sujud di atas batu kasar. Terdengar isak tangis yang memilukan seraya mengulang-ulang seribu kali: la ilaha illallah, haqqan haqqa. La ilaha illallah ta’abbudan wa riqqa. La ilaha illallah imanan wa shidqa.(Tidak ada tuhan kecuali Allah yang sebenar-benarnya. Tidak ada tuhan kecuali Allah kepada-Nya merunduk dan menghamba. Tidak ada tuhan kecuali Allah, dengan keimanan dan ketulusan). Malam itu tak ada seorang pun berada di situ kecuali Thawus Al-Yamani, yang menceritakan peristiwa itu kepada kita. Thawus mendengar Abid itu merintih pilu :

Tuhanku gemintang langitMu telah tenggelam
Semua mata mahlukMu telah tertidur
tapi pintuMu terbuka lebar buat pemohon kasihMu
aku datang menghadapMu, memohon ampunanMu
kasihi daku perlihatkan padaku wajah kakekku Muhammad saw.
pada mahkamah Hari Kiamat.

(kemudian ia menangis)
Wahai yang tak tersembunyi bagiNya
Berita orang-orang yang menyampaikan pengaduan
Wahai Dia yang tak memerlukan kesaksian para saksi
untuk mengetahui kisah mereka
Wahai Dia yang pertolonganNya
Dekat dengan orang-orang yang teraniaya
Wahai Dia yang bantuanNya jauh dari orang-orang yang menganiaya
Engkau tahu, ya Ilahi, apa yang aku derita
Karena perbuatan Fulan bin Fulan yang telah Kau larang
Karena merampas hakku yang telah Kau haramkan
Dia tak berterima kasih dengan apa yang Kau berikan

(dengan isakan tangis menyayat hati, ia memelas)
Ya Allah, sampaikan salawat kepada Muhammad dan keluarganya
Dengan kekuatanMu tahanlah orang zalim dan musuhku
untuk tidak menzalimiku,
Dengan kekuasaanMu, tumpulkan pedangnya dariku
Sibukkan dia dengan urusan di sekitarnya,
sehingga lemah menghadapi musuhnya.

Ya Allah, sampaikan salawat kepada Muhammad dan keluarganya
Jangan mudahkan baginya menzalimi aku
Berikan padaku bantuan menghadapinya
Jagalah aku supaya tidak berbuat seperti yang dilakukannya
Jangan tempatkan aku dalam keadaan yang dialaminya

(kemudian ia merintih mengiba lagi)
Ya Allah,
Berilah ganti kepadaku dari kezalimannya atasku
dengan ampunanMu
Balaslah aku karena perbuatan jeleknya padaku
dengan kasih sayangMu
Segala derita tidak seberapa dibandingkan murkaMu
Segala kepahitan tidak ada artinya dibandingkan marahMu
Ya Allah,
Sebagaimana Engkau membuatku benci dizalimi
Jagalah diriku untuk tidak berbuat zalim.