Saturday, July 25, 2015

Luka Tolikara

Seruan Buya Dari Ranah Minangkabaw
---------------------
Buya Gusrizal Gazahar

19 Juli pukul 20:34 ·

"Bukan Pemimpin Umat dan Bukan Pula Pemimpin Bangsa"

(Pesan dari Ranah Minang Untuk Penguasa Negeri)

Toleransi yang tuan-tuan minta, telah diberikan oleh umat Islam dalam kurun waktu yang begitu lama.

Tak pernah terhambat lonceng gereja berbunyi di tengah mayoritas negeri ini.

Tak pernah terhalang hio terbakar walaupun dilakukan oleh mereka yang minoritas.

Kalau ada insiden yang terjadi di tengah mayoritas negeri ini, cobalah telusuri akar permasalahannya !

Ketika berbagai aturan diterabas dan mereka masuk ke jantung umat Islam dengan kepalsuan dan kebohongan untuk melakukan pemurtadan, reaksi umat yang tersinggung tak pernah melampaui batas melainkan setelah didiamkan tanpa mendapatkan keadilan.

Para penganut ajaran sesat SLIPS dan lainnnya bisa saja melemparkan tuduhan berbungkus kalimat "berkaca diri" kepada umat Islam.

Tanpa peduli fakta di lapangan, mereka menyalahkan mayoritas sesuai "tradisi nusantara mereka" selama ini.

Namun kami tak akan bergeming dari prinsip karena mereka adalah agen-agen yang melacurkan diri demi kenikmatan duniawi.

Dengan demikian, saya mengajak pemimpin negeri ini untuk "berfikir waras" sebelum tiba masanya kami harus bicara menggerakkan setiap yang diam menjadi gelombang yang tak akan terhadang batu karang.

Bila tuan-tuan tetap dalam "timbangan tak berukuran" selama ini maka kami harus mengatakan panggilan "jihad" yang selama ini tuan-tuan label dengan terorisme.

Cap dan label itu tak akan lagi kami pedulikan demi untuk menjaga kehormatan Islam dan Umat Islam.

Berlaku adillah kalau tuan-tuan pemimpin !

Urusan speaker bila diapungkan malah akan semakin membuat mata kami terbuka bahwa tuan-tuan bukanlah pemimpin bangsa apalagi pemimpin umat.

Kegiatan ibadah yang telah ditetapkan sebagai hari libur nasional, bisa tidak diterima penyelenggaraannya dengan menggunakan alat pengeras suara ?

Toleransi seperti apa yang tuan-tuan minta selama ini dari kami ?

Apakah kami harus menolak dan menghalangi pawai di hari imlek yang mengganggu aktifitas kami dengan terganggunya lalu lintas padahal mereka hanyalah minoritas di tengah kami ?

Apakah kami harus melarang pula suara lonceng gereja berbunyi karena tidak membuat nyaman pendengaran kami kaum muslimin ?

Kalau pun tuan-tuan tidak merasa pemimpin umat, setidaknya bila masih merasa pemimpin bangsa maka berhentilah menerapkan toleransi bagaikan "pisau bermata sebelah" itu...!

Wahai penguasa negeri !

Jangan kalian tutupi persoalan pembakaran masjid di hari kemenangan kami !

Kalau tuan-tuan para penguasa menyelimutinya dengan kebohongan, berarti tuan-tuan bagaikan meninggalkan api dalam sekam yang siap menyala walaupun tertiup angin lalu....

Wahai para pejabat yang seagama dengan perusak suasana kebahagian kami di hari fithri !

Jagalah mulut kalian !

Toleransi kami yang memberi peluang kalian menduduki posisi itu.

Janganlah kalian lukai kami dengan pembelaan membabi buta yang hanya akan menyiramkan asam di atas luka kami.

Terakhir
wahai penguasa negeri !

Penyerangan terhadap masjid kami, merupakan pernyataan permusuhan yang tak bisa kami terima.

Bila anda tidak merasa menjadi bagian dari kami, setidaknya selagi masih merasa bagian dari bangsa ini maka ingatlah !

Umat Islam bila mengalami kondisi penzhaliman seperti ini, akan memiliki alasan yang kuat untuk melakukan tindakan yang berimbang.

Nyawa berbalas nyawa dan harta berbalas harta.

Masalah ini telah sampai ke telinga tuan-tuan dan telah terbuka di hadapan khalayak ramai.

Dalam petuah orang tua kami, "alah basuluah matohari bagalanggang mato urang banyak" dan umat telah mencoba mengetuk hati tuan-tuan.

Sekarang tak ada lagi pilihan bagi tuan-tuan bila tuan-tuan merasa pemimpin umat...

Ingatlah !
Masalah ini jauh lebih berat dari perkara hudud antara kaum muslimin.

Rasulullah  صلى الله عليه و سلم bila berhadapan dengan masalah hudud yang telah diangkat kepada beliau, beliau bersikap seperti dalam hadits berikut ini :

عن عمرو بن شعيب ، عن أبيه ، عن جده ، أن رسول الله - صلى الله عليه وآله وسلم - قال : تعافوا الحدود بينكم فما بلغني من حد فقد وجب " (رواه الحاكم)"

Dari 'Amru Ibn Syu'aib dari ayahnya, dari kakeknya, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: saling memaafkanlah perkara hudud di antara kalian ! Namun apa saja (perkara hudud) yang sampai kepada ku, sungguh ia telah wajib (ditegakkan hukumnya)". (HR. Hakim)...

Ambillah beliau sebagai tauladan bila tuan-tuan merasa pemimpin umat...

Kalau tuan-tuan tidak merasa demikian, setidaknya bila merasa pemimpin bangsa yang masih khawatir negeri ini berkeping-keping, tangkap perusuh itu dan hukum sebagai perusuh yang selama ini sering tuan-tuan alamatkan kepada umat Islam.

Bila tuan-tuan tidak juga merasa demikian, berarti tuan-tuan bukanlah pemimpin umat dan bukan pula pemimpin bangsa...

Jika demikian keadaannya maka kami akan memimpin umat ini untuk membela marwah dan harga diri kami umat Islam yang merupakan tujuan mulia dari diturunkannya Syari'at...

Allahumma fasyhad !

Sunday, July 12, 2015

Bab Iklhas

Taujih Subuh, 25 Ramadhan 1436 H

Suatu hari ketika Syufay al-Ashbahani memasuki kota Madinah, tiba-tiba dia mendapati seseorang yang sedang dikerumuni orang banyak, maka dia pun bertanya, “Siapakah orang ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah Abu Hurairah sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Maka Syufay pun mendekat hingga dia duduk di hadapan Abu Hurairah, yang saat itu dia sedang menyampaikan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para hadirin. Ketika selesai dan hadirin telah meninggalkan tempat, Syufay berkata, “Sebutkanlah untukku sebuah hadits yang engkau dengar langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan amat engkau hafal dan engkau pahami.” Abu Hurairah menjawab, “Baiklah, akan kuceritakan padamu suatu hadits yang aku dengar langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan amat aku pahami.” Saat Abu Hurairah akan menyebutkan hadits itu tiba-tiba beliau tidak sadarkan diri untuk beberapa saat. Ketika siuman dia kembali berkata, “Baiklah, akan kuceritakan padamu suatu hadits yang aku dengar langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan amat aku pahami.” Tiba-tiba Abu Hurairah tidak sadarkan diri lagi untuk beberapa saat. Ketika siuman dia kembali berkata, “Baiklah, akan kuceritakan padamu suatu hadits yang aku dengar langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah ini, saat itu kami hanya berdua dengan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Tiba-tiba Abu Hurairah tidak sadarkan diri lagi untuk beberapa saat. Ketika siuman dia mengusap wajahnya dan berkata, “Baiklah, akan kuceritakan padamu suatu hadits yang aku dengar langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah ini, saat itu kami hanya berdua dengan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Tiba-tiba Abu Hurairah tidak sadarkan diri lagi dalam waktu yang cukup panjang, hingga Syafi pun menyandarkan Abu Hurairah ke tubuhnya, sampai beliau siuman. Ketika sadar beliau berkata, “Suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadaku:

إن الله تبارك و تعالى إذا كان يوم القيامة نزل إلى العباد ليقضي بينهم و كل أمة جاثية فأول من يدعو به رجل جمع القرآن ورجل يقتل في سبيل الله ورجل كثير مال فيقول للقارىء: ألم أعلمك ما أنزلت على رسولي ؟ قال: بلى يا رب, قال: فماذا عملت فيما علمت؟, قال: كنت أقوم به أثناء الليل و آناء النهار, فيقول الله له: كذبت, وتقول الملائكة: كذبت, ويقول الله: بل أردت أن يقال: فلان قارىء فقد قيل. ويؤتى بصاحب المال فيقول الله: ألم أوسع عليك حتى لم أدعك تحتاج إلى أحد؟, قال: بلى, قال: فماذا عملت فيما آتيتك؟, قال: كنت أصل الرحم و أتصدق, فيقول الله: كذبت, وتقول الملائكة: كذبت, فيقول الله: بل أردت أن يقال فلان جواد فقد قيل ذاك. ويؤتى بالذي قتل في سبيل الله فيقال له: فيم قتلت؟, فيقول: أمرت بالجهاد في سبيلك فقاتلت حتى قتلت, فيقول الله: كذبت, وتقول الملائكة: كذبت, و يقول الله عز و جل له: بل أردت أن يقال فلان جريء فقد قيل ذلك, ثم ضرب رسول الله صلى الله عليه وسلم على ركبتي فقال: يا أبا هريرة أولئك الثلاثة أول خلق الله تسعر بهم النار يوم القيامة

“Sesungguhnya pada hari kiamat nanti Allah subhanahu wa ta’ala akan turun kepada para hamba-Nya untuk mengadili mereka, dan saat itu masing-masing dari mereka dalam keadaan berlutut. Lantas yang pertama kali dipanggil oleh-Nya (tiga orang): Seorang yang rajin membaca Al Quran, orang yang berperang di jalan Allah dan orang yang hartanya banyak. Maka Allah pun berkata kepada si Qori’, ‘Bukankah Aku telah mengajarkan padamu apa yang telah Aku turunkan kepada Rasul-Ku?’ Si Qori’ menjawab, ‘Benar ya Allah.’ Allah kembali bertanya, ‘Lantas apa yang telah engkau amalkan dengan ilmu yang engkau miliki?’ Si Qori menjawab, ‘Aku (pergunakan ayat-ayat Al Quran) yang kupunyai untuk dibaca dalam shalat di siang maupun malam hari,’ serta merta Allah berkata, ‘Engkau telah berdusta!’ Para malaikat juga berkata, ‘Engkau dusta!’ Lantas Allah berfirman, ‘Akan tetapi (engkau membaca Al Quran) agar supaya engkau disebut-sebut qori’! Dan (pujian) itu telah engkau dapatkan (di dunia).’ Kemudian didatangkanlah seorang yang kaya raya, lantas Allah berfirman padanya, ‘Bukankah telah Kuluaskan (rizki)mu hingga engkau tidak lagi membutuhkan kepada seseorang?” Dia menyahut, ‘Betul.’ Allah kembali bertanya, ‘Lantas engkau gunakan untuk apa (harta) yang telah Kuberikan padamu?’ Si kaya menjawab, ‘(Harta itu) aku gunakan untuk silaturrahmi dan bersedekah.’ Serta merta Allah berkata, ‘Engkau dusta!’ Para malaikat juga berkata, ‘Engkau dusta!’ Lalu Allah berfirman, ‘Akan tetapi engkau ingin agar dikatakan sebagai orang yang dermawan! Dan (pujian) itu telah engkau dapatkan (di dunia).’ Lantas didatangkan orang yang berperang di jalan Allah, kemudian dikatakan padanya, ‘Apa tujuanmu berperang?’ Orang itu menjawab, ‘(Karena) Engkau memerintahkan untuk berjihad di jalan-Mu, maka aku pun berperang hingga aku terbunuh (di medan perang).’ Serta merta Allah berkata, ‘Engkau dusta!’ Para malaikat juga berkata, ‘Engkau dusta!’ Lalu Allah berfirman, ‘Akan tetap engkau ingin agar dikatakan engkau adalah si pemberani! Dan (pujian) itu telah engkau dapatkan (di dunia).’ Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menepuk lututku sambil berkata, ‘Wahai Abu Hurairah, mereka bertiga adalah makhluk Allah yang pertama kali yang dikobarkan dengannya api neraka di hari kiamat.” (HR. Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shahih-nya IV:115, no: 2482, Ibnu Hibban juga dalam kitab Shahih-nya II:135, no: 408. Al-Hakim dalamal-Mustadrak 1/415 berkata, “Isnadnya shahih” dan disepakati oleh adz-Dzahaby dan Al Albani)

Meskipun masing-masing dari mereka bertiga memiliki amalan yang banyak, akan tetapi justru dimasukkan oleh Allah ke dalam neraka pertama kali, itu semua gara-gara amalan mereka tidak ikhlas karena Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga kita semua termasuk orang-orang yang dikaruniai Allah keikhlasan dalam setiap amalan. Amien.