Friday, November 30, 2018

DESEMBER TANGGAL DUA

Desember tanggal dua
Kita akan tumpah di Jakarta
Keresahan kita Tak pernah dimuat berita
Keluhan kita Tak pernah menjangkau istana

Maka
Pada Desember tanggal dua
Kita akan lantangkan suara
Dari Merauke sampai Malaka
Kita akan tumpah di Jakarta

Di Lapangan Raksasa
kita akan bersama sama patungan doa
Agar wirid ini menjadi anak tangga
Mengetuk Sidrotul Muntaha

Maaf jika pada
Desember tanggal dua
ekor shaf kami mencapai Jatinegara
Sajadah kami menyelimuti jalan raya

Karena memang itu saja
Yang Kami punya
Ciamis dan Tasikmalaya
Juga ingin kembali bernostalgia

Begitu juga perahu perahu dari Papua
Leher berkalung sarung sederhana
Mereka merindukan pesta yang sama
Tamasya agung yang kita beri nama
Desember Tanggal Dua.

*Reuni 212 Yang Amat Spesial Bagi Alumni ITB Penulis Kisah Paling Inspiratif Aksi 212*

Siapa yang tidak pernah membaca Kisah Super Inspiratif Aksi212 oleh seorang arsitek Alumni ITB dan tak menitikkan air matanya? Lalu kecintaan jutaan muslim di negri ini pada islam pun makin bertambah?

http://nusantaranews.co/kisah-haru-biru-di-balik-aksi-super-damai-212/

Penulisnya adalah Joni A Koto, seorang pria kelahiran Bukittinggi 44 tahun lalu, profesinya adalah arsitek, developer dan pengamat masalah perkotaan, dia adalah junior Ridwan Kamil di jurusan Arsitektur ITB walau dalam pilihan politik sekarang sudah berbeda.

Bang Jonkot, sapaan akrabnya sejak taubat dari ahokers mulai aktif di kegiatan kegiatan yang cukup strategis, beliau adalah salahsatu perintis Petisi 1000 Alumni ITB Tolak Reklamasi Jakarta bersama rekannya Muslim Armas, Eriyon dan Akhmad Syarbini yang kemudian menjadi bola salju dukungan oleh alumni universitas universitas lain dengan kajian ilmiah dan seksama dan Gub Anies Baswedan pun makin mantap menghentikan Reklamasi Jakarta. Bagi bang Jonkot, Reklamasi Jakarta bukan lagi hal urgent dan penting karena dalam era digital manusia tak akan wajib lagi tinggal di zona perkotaan, dan kota ke depan bukanlah kota kaum eksklusifisme tapi kota yang ditata ulang untuk semua kelas sosial.

Bang Jonkot disela kesibukannya sebagai arsitek dan masterplanner juga aktif bersama GMB ITB membantu Jakarta untuk program seperti Urban Farming, OK OCE, Kali Bersih, Ekowisata Kep.1000 dan lainnya. Beliau juga terakhir aktif di Sahabat PADI ITB bersama Akhmad Syarbini dalam memberi dukungan pada Paslon Capres No 2 Prabowo Sandi.

Bang Jonkot juga mengajak teman temannya alumni ITB untuk tidak apatis dan harus mulai aktif di politik tapi dengan niat benar benar ingin memperbaikin negeri, atau paling tidak peran eksekutif dan legislatif tak jatuh ke tangan orang orang yang tidak memiliki integritas, kapasitas dan skill mumpuni.

Nah, untuk Nostalgia lagi, berikut kisahnya... :

_*ADAKAH SAYA AKAN TAK IKUT LAGI AKSI 212?*_

desember 2016

.... _Saya anggap dunia adalah soal bagaimana hidup dan cari kehidupan. Bagaimana menikmati dan lebih baik dari manusia lain, bagaimana bisa punya status baik, dihargai dengan apa yang dipunya dan sedikit jalan-jalan menikmati dunia. Saya anggap orang yang maju dalam agama itu adalah yang berfikiran luas dan penuh toleransi, saya anggap tak perlulah terlalu fanatis akan sesuatu, tak perlu reaktif akan sesuatu, keep calm, be cool. Janganlah sesekali dan ikut-ikutan jadi orang norak. Ikut kelompok jingkrang-jingkrang dan entah apalah itu namanya._

_Saya tak ikut aksi bela agama ini itu kalian jangan usil, jangan dengan kalian ikut saya tidak, artinya kalian masuk syurga saya tidak.. Saya ini beragama lho, saya ikut berpuasa, saya bersedekah dan beramal. Saya bantu orang-orang, bantu saudara-saudara saya juga. Jangan kalian tanya-tanya soal peran saya ke lingkungan, kalian lihat orang-orang respek pada saya, temanpun aku banyak. Tiap kotak sumbangan saya isi._

_Saya masih heran, apa sih salah seorang Ahok? Dia sudah bantu banyak orang, dia memang rada kasar tapi dia baik aja kok. Saya bisa hargai apa yang sudah dia buat bagi Jakarta. Saya anggap aksi ini itu hanya soal politik. Karena kebetulan ada pilkada. Saya tak mau terbawa-bawa arus seperti teman-teman kantor dll yang tiba-tiba juga mau ikut aksi, saya anggap itu berlebihan dan terlalu cari-cari sensasi. Paling juga mau selfie-selfie._

Sampai satu saat…

_Sore ini (Kamis, 1 Desember 2016) dalam gerimis saat saya ada di jalan, dalam mobil menuju tempat miting, dalam alunan musik barat, saya berpapasan dengan rombongan pejalan kaki. Saya melambat. Mereka berjalan tertib, barisannya panjang sekali, pakai baju putih-putih, rompi hitam dan hanya beralas sendal. Muka mereka letih. Tapi nyata kelihatan tidak ada paksaan sama sekali di wajah-wajah itu. Mereka tetap berjalan teratur, memberi jalan ke kendaraan yang mau melintas, tidak ada yang teriak, berlaku arogan dan aneh-aneh atau bawa aura mirip rombongan pengantar jenazah yang ugal-ugalan._

_Ini aneh, biasanya kalau sudah bertemu orang ramai-ramai di jalan aromanya kita sudah paranoid. Suasana panas dan penuh tanda tanya negatif. Sore ini, di jalan, aku merasa ada kedamaian yang kulihat dan kurasa melihat wajah-wajah dan baju putih mereka yang basah terkena gerimis. Papasan berlalu, aku setel radio lain. Ada berita, rombongan peserta aksi jalan kaki dari Ciamis dan kota-kota lain sudah memasuki kota (Jakarta), ada nama jalan yang mereka lalui. Aku sambungkan semua informasi, ternyata yang aku berpapasan tadi adalah rombongan itu. Aku tertegun._

_Lama aku diam. Otakku serasa terkunci. Analisaku soal bagaimana orang beragama sibuk sekali mencari alasan, tak kutemukan apa pun yang sesuai dengan pemikiranku, apa yang membuat mereka rela melakukan itu semua? Apa kira-kira?. Aku makin sibuk berfikir. Apa menurutku mereka itu berlebihan? Rasanya tidak, aku melihat sendiri muka-muka ikhlas itu. Apa mereka ada tujuan-tujuan politik? Aku rasa tidak. Kebanyakan orang sekarang mencapai tujuan bukan dengan cara-cara itu. Apakah orang-orang dengan tujuan politik yang gerakkan mereka itu? Aku hitung-hitung, dari informasi akan ada jutaan peserta aksi. Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk itu kalau ini tujuan kelompok tertentu. Angkanya fantastis, rasanya mustahil ada yang mau ongkosi karena nilainya sangatlah besar._

_Aku dalam berfikir, dalam mobil, masih dalam gerimis kembali berpapasan dengan kelompok lain, berbaju putih juga, basah kuyup juga. Terlihat di pinggir-pinggir jalan anak-anak sekolah membagikan minuman air mineral ukuran gelas dan sedikit kue-kue warung ke mereka. Sepertinya itu dari uang jajan mereka yang tak seberapa. Aku terdiam makin dalam. Ya Allah, kenapa aku begitu buruk berfikir selama ini? Kenapa hanya hal-hal jelek yang mau aku lihat tentang agamaku. Kenapa dengan cara pandangku soal agamaku?_

_Aku mampir ke masjid, mau sholat Ashar. Aku lihat sendal-sandal jepit lusuh banyak sekali berbaris. Aku ambil wudhu. Kembali, di teras, kali ini aku bertemu rombongan tadi, mungkin yang tercecer. Muka mereka lelah sekali, mereka duduk, ada yang minum, ada yang rebahan, dan lebih banyak yang lagi baca AlQuran._

_Aku sholat sendiri. Tak lama punggungku dicolek dari belakang, tanda minta aku jadi imam, aku cium aroma tubuh-tubuh dan baju basah dari belakang. Aku takbir sujud, ada lagi yang mencolek. Nah, kali ini hatiku yang dicolek. Entah kenapa, hatiku bergetar sekali, aku sujud cukup lama, mereka juga diam. Aku bangkit duduk, aku tak sadar ada air bening mengalir dari sudut mataku. Ya Allah, aku tak pantas jadi imam mereka. Aku belum sehebat, setulus dan seteguh mereka. Bagiku agama hanya hal-hal manis, tentang hidup indah, tentang toleransi, humanis, pluralis, penuh gaya, in style, bla bla bla. Walau ada hinaan ke agamaku aku harus tetap elegan, berfikiran terbuka. Kenapa Kau pertemukan mereka dan aku hari ini ya Allah, kenapa aku Kau jadikan aku imam sholat mereka? Apa yang hendak Kau sampaikan secara pribadi ke aku?_

_Hanya 3 rakaat aku imami mereka, hatiku luluh ya Allah. Mataku merah nahan haru. Mereka colek lagi punggungku, ada anak kecil usia belasan cium tanganku, mukanya kuyu tapi tetap senyum. Agak malu-malu aku peluk dia, dadaku bergetar tercium bau keringatnya, dan itu tak bau sama sekali. Ini bisa jadi dia anakku juga. Apa yang telah kuajarkan anakku soal islam? Apakah dia levelnya sekelas anak kecil ini? Gerimis saja aku suruh anakku berteduh. Dia demam sedikit aku panik. Aku nangis dalam hati. Di baju putihnya ada tulisan nama sekolah, SMP Ciamis. Ratusan kilo dari sini. Kakinnya bengkak karena berjalan sejak dari rumah, dia cerita bapaknya tak bisa ikut karena sakit dan hanya hidup dari membecak. Bapaknya mau bawa becak ke Jakarta bantu nanti kalau ada yang capek, tapi dia larang. Aku dipermalukan berulang-ulang di masjid ini. Aku sudah tak kuat ya Allah. Mereka bangkit, ambil tas-tas dan kresek putih dari sudut masjid, kembali berjalan, meninggalkan aku sendirian di masjid. Rasa-rasanya melihat punggung-punggung putih itu hilang dari pagar masjid aku seperti sudah ditinggal mereka yang menuju surga. Kali ini aku yang norak, aku sujud, lalu aku sholat dua rakaat, air mataku keluar lagi. Kali ini cukup banyak, untung lagi sendirian._

_Sudah jam 5-an, lama aku di masjid, serasa terkunci tubuhku di sini. Meeting dengan klien sepertinya batal. Aku mikir lagi soal ke-Islamanku, soal komitmenku ke Allah, Allah yang telah ciptakan aku, yang memberi ibu bapakku rejeki, sampai aku dewasa dan bangga seperti hari ini. Dimana posisi pembelaanku ke agamaku hari ini? Ada dimana? Imanku sudah aku buat nyasar di mana?_

_Aku naik ke mobil, aku mikir lagi. Kali ini tanpa rasa curiga, kurasa ada sumbat besar yang telah lepas dalam benakku selama ini. Ada satu kata, sederhana sekali tanpa bumbu-bumbu: Ikhlas dalam bela agama itu memamg nyata ada._

_Aku mampir di minimarket, kali ini juga makin ikhlas, makin mantap. Aku beli beberapa dus air mineral, makanan kering, isi dompet aku habiskan penuh emosional. Ini kebangganku yang pertama dalam hidup saat beramal, aku bahagia sekali. Ya Allah ijinkan aku kembali ke jalan-Mu yang lurus, yang lapang, penuh kepasrahan dan kebersihan hati._

_Yaa Allah ijinkan aku besok ikut Shalat Jumat dan berdoa bersama saudara-saudaraku yang sebenarnya. Orang-orang yang sangat ikhlas membela Mu. Besok, tak ada jarak mereka dengan-Mu ya Allah. Aku juga mau begitu, ada diantara mereka, anak kecil yang basah kuyup hari ini. Tak ada penghargaan dari manusia yang kuharap, hanya ingin Kau terima sujudku. Mohon Kau terima dengan sangat_ .. _Bismilahirahmanirahiim.._

*Kisah ini ditjeriteratakan oleh Alumni ITB 93, Joni A Koto. Kini sebagai Arsitek dan Urban planner. Sumber: catatan Fb Maria Prambudhiarty Hsp

Friday, November 09, 2018

BENTUK SYUKUR PKS SETELAH KMS TERPILIH MENJADI SALAH SATU PIMPINAN ULAMA DUNIA.

PENGANTAR:

Ikhwah sekalian,
Baru saja selesai sebuah perhelatan besar yaitu Musyawarah Ulama SE-Dunia di mana KMS kita tercinta AL Habib Dr. Salim Segaf Aljufri terpilih menjadi salah satu wakil.

Adapun Ulama Maroko Syaikh Dr Ahmad Ar-Raisuni (أحمد الريسوني) terpilih sebagai pengganti Syaikh Dr Yusuf Al-Qaradhawi sebagai Ketua Kesatuan Ulama Islam Sedunia (International Union of Muslim Scholars/IUMS) yang berlangsung di Istanbul, Rabu (7/11/2018).

Berikut ini adalah wawancara  beliau yang penuh dengan masukan konstruktif bagi jamaah dan partai kita di Indonesia. Selamat Menyimak:

Pewawancara:
Adakah era jama’ah-jama’ah Islam yang bertabiat universal, semisal Jama’ah Ikhwanul Musimin di Mesir sudah berakhir? Lalu, bagaimana cara mewujudkan transformasi yang lancar kepada jama’ah-jama’ah fungsional yang efektif?

Ahmad Ar-Raisuni:
Betul, ini betul sekali. Jadi, sekarang ini, kita berada di era yang diisyaratkan oleh firman Allah SWT:

وَقَالَ يَابَنِيَّ لَا تَدْخُلُوا مِنْ بَابٍ وَاحِدٍ وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوَابٍ مُتَفَرِّقَةٍ ... (يوسف: 67)
Dan Ya’qub berkata: “Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain … (Q.S. Yusuf: 67).

Sekarang ini, kita berada di era yang diisyaratkan oleh firman Allah:
وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى الْمَاءُ عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ (القمر: 12)
Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. (Q.S. Al-Qamar: 12).

Tentang “bagaimana?” ini adalah pertanyaan yang jawabannya selalu menyesuaikan dimensi ruang dan waktu.

Pewawancara:
Bagaimana anda menilai realitas gerakan Islam dari sudut pandang pembaharuan pemikiran dan harga apa yang mesti dibayar oleh gerakan Islam akibat dominasi para operator atas gerakan Islam itu sendiri?

Ahmad Ar-Raisuni:
Inilah salah satu problem paling pelik yang dihadapi oleh orgnisasi2 Islam, juga organisasi-organisasi politik kepartaian secara umum, di mana kedudukan dan suara tertinggi justru diberikan kepada kelompok “penegak disiplin organisasi”!! yaitu mereka-mereka yang menjadi eksekutor dan orang-orang yang berada di jalur struktur!! Sementara para pemilik ilmu, pemikiran dan yang berpemandangan, malah dipinggirkan atau dimundurkan!!

Dengan demikian, jadilah gerakan Islam itu semisal organisasi kepanduan, yang obsesi awal dan akhirnya adalah penegakan aturan dan kedisiplinan!! Sementara kekosongan ilmu, dan pemikiran yang cetek (dangkal) cukup diisi atau digantikan oleh sebagian mereka yang mempunyai sedikit kemampuan berkhithab (bertaujih) yang dijejali dengan aspek-aspek emosional yang dangkal atau permukaan!!

Inilah celah besar harakah yang riil dan sangat berbahaya! Dan selama para ulama’, pemikir, cendekiawan dan kalangan rasionalis tidak digabungkan di dalam lembaga-lembaga pengambil keputusan dan posisi-posisi pengarah, maka selamanya harakah dan jama’ah Islam akan terus menderita kemarau, kekeringan, kedangkalan dan jumud!!

Pewawancara:
Di antara kritik yang ditujukan kepada para aktivis Islam adalah adanya kecenderungan menggampangkan (simplifikasi) terhadap banyak urusan:

- Jika mereka merasa benar dan berhasil, maka mereka katakan,"Ini adalah wujud dari janji Allah yang akan memberikan kemenangan dan tamkin kepada mereka”.

- Sebaliknya, jika mereka gagal dan tidak mampu mewujudkan cita-cita mereka, maka mereka berkata: Ini adalah mihnah (tribulasi), ibtila (ujian) dan tamhish (proses seleksi dan penyaringan).

Sebuah model simplifikasi yang sangat indah dan gampang. Jadi tidak perlu ngotot-ngototan, kritik, dan ... no problem!

Apa pendapat antum?

Syaikh Ahmad Ar-Raisuni:
Ala kulli hal, ungkapan ini ada benarnya. Faktanya, memang sebagian aktivis Islam berfikir dengan cara seperti ini.
Dan otokritik pada mereka memang sangat lemah, atau bahkan tidak ada sama sekali.

Bahkan, bagi mereka, otokritik dipandang sebagai bentuk ‘adaa-an (perlawanan atau permusuhan), hadman (destruktif), nashran lil ghasil (pembelaan terhadap upaya cuci otak) dan semacamnya.

Cara berpikir seperti ini masih sangat eksis, meskipun sudah ada sedikit perubahan setelah adanya banyak seruan untuk hal ini dan setelah berbagai usaha yang gigih semenjak puluhan tahun yang lalu, sayangnya cara berpikir begitu masih ada. Dan inilah yang sering saya sayangkan terhadap Ikhwan.

Sampai-sampai, mereka-mereka yang keluar dari ikhwan, meskipun mereka adalah para qiyadah-qiyadah besar mereka sendiri, oleh Ikhwan hal ini dipandang sebagai satu bentuk tasaquth (berguguran), atau dha’fan (kelemahan) para qiyadah itu, atau tamhish (proses seleksi dan penyaringan), sementara jama’ah (Ikhwan) tetap tsabat (teguh dan tegar).

Jadi, engkau keukeuh di atas pola pikirmu yang jamid (jumud, statis) selama puluhan tahun, engkau pandang sebagai tsabat (keteguhan dan ketegaran)?!

Bukan, bukan, tsabat itu tidak begitu, tsabat itu tidak berlaku pada urusan-urusan yang bersifat ijtihadi, ini bukanlah tsabat, sebab, urusan-urusan ijtihadi, ente sendiri yang membuat dan membikinnya.

Ini mirip-mirip dengan bangsa Arab zaman dahulu yang membikin-bikin tuhan, lalu mereka memakan tuhan-tuhan bikinan mereka itu!

Hanya saja, bedanya, kita sekarang seperti membuat-buat tuhan, sayangnya, kita tidak mau memakan tuhan-tuhan bikinan kita itu!!!??

Jadi, kita sekarang membuat ijtihad-ijtihad, kita membuat aturan-aturan, kita membuat istilah-istilah dan slogan-slogan, dan kita tidak mampu mengubahnya, seakan ijtihad, aturan, istilah dan slogan itu adalah tuhan-tuhan baru, lalu kita memandang bahwa memegangi semua ini secara keukeuh sebagai sebuah tsabat (keteguhan dan ketegaran), kita memandangnya sebagai satu bentuk shumud (daya tahan)??!!!

Bukan, ini bukan tsabat dan bukan pula shumud!!!

Kita berkewajiban untuk melakukan perubahan!
Kita berkewajiban untuk melakukan muroja’ah (review)!

Kita berkewajiban untuk menyingkirkan debu yang menutupi semua permukaan ini kapan saja!

Hasan al-Banna ... mengingat bahwa puncak argumentasi Ikhwan adalah Hasan al-Banna, Hasan al-Banna telah mewariskan kepada kita satu wirid bernama wirid muhasabah, wirid untuk melakukan audit internal terhadap setiap individu!!

Sekarang ini, kita berkewajiban untuk membuat wirid muhasabah terhadap jama’ah!! Sebab, bagaimana anggota dan personil jama’ah di-muhasabah, sementara jama’ah tidak di-muhasabah ??!!

Jadi, semua lembaga jama’ah perlu di-muhasabah!!
Maktab Irsyad perlu di-muhasabah!!
Lembaga A, lembaga B juga perlu di-muhasabah!!
Majlis Syura perlu di-muhasabah!! Majlis Syura level Nasional perlu di-muhasabah!! Majlis Syura Wilayah perlu di-muhasabah!!
Seluruh qiyadat (pimpinan) perlu di-muhasabah!!
Mursyid perlu di-muhasabah!!
Naib Mursyid perlu di-muhasabah!!

Dan kewajiban muhasabah ini perlu dilakukan secara kontinyu! Kontinyu! Dan muhasabah dalam arti yang sebenarnya, muhasabah haqiqiyah!!