Thursday, December 27, 2018

Crowdfunding Project Pembebasan Baitul Maqdis

Assalamu'alaikum WrWb.

Pada penutupan SOA Batch#4 ada satu pesan menarik yg sy tangkap dari paparan UBN terkait penghimpunan dana di era milenial, berkali2 sy angkat tangan dan sy tau UBN ingin audiens yg hadir menangkap pesan hidayah itu dan mulai untuk memikirkannya.

Tapi? Crowdfunding, makanan macam apa ini?

Harus ada yg menjelaskan, dan sy akan memulainya dari sini dan berharap UBN memberikan perhatian atas inisiatif sy dan rekan2 RBM Jaktim.

Muqaddimah
Untuk mensupport kebutuhan dakwah akan dana, pada prinsipnya ada banyak cara untuk melakukan penghimpunan dana, umumnya banyak dilakukan oleh Laznas dengan akad yg sdh dikenal umum sbb :
1. Infaq
2. Shodaqoh
3. Zakat
4. Waqaf

Hari ini Amil Zakat,infaq dan shodaqoh dikenal dgn istilah keren yaitu fundriser dimana mereka bertugas menjalankan fungsi sbg layaknya seorang Amil Zakat, infaq dan shodaqoh, melakukan kegiatan funding untuk mensupply program2 dakwah diantaranya :
1. Pembangunan dan renovasi masjid
2. Santunan anak yatim secara berkesinambungan
3. Pembiayaan anak2 putus sekolah dan keluarga kurang mampu
4. Dll

Mimpinya
Di era digital ini seorang fundriser akan kita gantikan tugasnya dgn segala fungsinya termasuk menjamah pendonor/ penderma dari segala segmentasi pasar dan profesi tanpa harus melakukan kanvasing, mengetuk pintu perpintu para dermawan itu dari rumah kerumah atau dari perusahaan ke perusahaan lain

Maka terbitlah gagasan dari UBN bahwa rasanya tak pantas jika disebuah event besar misalnya sekelas Hijrah Fest, booth SOA hanya cuma bisa jual merchandise

 Atau jika didalam penutupan SOA Bacth #4 kemarin,beliau katakan jualan kerupuk di JHCC yg keuntungan nya disisihkan brapa Persen unt perjuangan pembebasan Baitul Maqdis (haloooo?)

Follow Up-nya 
Maka kita bawalah fundriser itu dlm bentuk platform digital berbentuk web, dimana hal tsb yg dimaksud UBN adalah pembiayaan skala besar dlm bentuk project2 amal dgn spirit pembebasan Baitul Maqdis

Penggalangan dana secara massive by online ini dipaparkan didalam laman web yg akan kita create besok, isinya :

1. Projects Pembangunan SOA Camp Center

Dijelaskan dan Tercantum nilai Project misalnya Rp.1,5 Milyar yg di break down sbb:
- berapa dana yg dibutuhkan untuk membangun sebuah gedung yg nantinya digunakan untuk acara Daurah Palestina setiap hari,

-brapa material batu bata yg dibutuhkan, semen, besi, brapa tukang yg harus bekerja untuk property ini terbangun dlm jangka waktu 1 malam (emang istana Roro Jonggrang😜)

Intinya setiap pendonor yg ingin melakukan donasi dpt melihat sampai dgn ongkos2 yg dibutuhkan dlm pembangunan SOA Camp center tsb.

Pendonor dipersilahkan untuk memilih akad donasinya bisa dgn infaq,shodaqoh dan waqaf dlm bentuk paket2 donasi dgn nominal tertentu misalnya 100jt tapi waqaf (kita terbitkan sertifikat waqaf dari Badan Waqaf Indonesia) sbg tanda si pendonor telah mendonasikan dananya sejumlah tsb,

-kita ikutkan dlm program umroh  bersama UBN,

-ziarah ke Baitul maqdis bersama tim SOA,

-umroh dan traveling ke pusat2 peradaban Islam di Eropa dan Turki ( pak Deny ketua RBM Jaktim pasti senyum2 nih)

Ada yg donasi 10jt tapi infaq atau shodaqoh sj, karena tak mau disebut namanya,

Atau ada pendonor yg ingin berinvestasi dgn bagi hasil tertentu dan mereka mengharapkan margin? Bisa kan? Dan boleh tohh😁


2. Project Pembangunan Studio Digital Kampanye Pembebasan Baitul Maqdis

Jika diklik content ini maka akan muncul laman yg menjelaskan :
-brapa kebutuhan dana unt membeli komputer yg sanggup rendering program animasi,

-brapa nominal yg dibutuhkan untuk menggaji sang animator, sang admin yg akan memborbardir sosmed SOA dan platform2 perjuangan Palestina luar dan dalam negeri sampai ditonton oleh seluruh kaum muslimin dibelahan dunia Islam manapun, kalo perlu sampai ke akhirat gaungnya...

Skema pendanaan juga bisa ditawarkan spt diatas

3. Pembangunan Pojok Baitul Maqdis di Pesantren AQC Mega Mendung

4. Program Bea Siswa sampai S3 jurusan animasi video dan content marketing digital, jurusan dakwah dan edukasi serta pengkaderan, teknologi militer dan persenjataan, intelijen serta spionase

5. Program Pencetakan Koin Emas Baitul Maqdis 

Dan begitu selanjutnya...

Agar laman web tsb mendunia,maka kita akan lengkapi program crowdfunding ini dgn 3 bahasa,
-bhs Indonesia,
-Inggris
-Arab

Dengan harapan yg melakukan donasi bukan hanya para agniya dlm negeri, tapi sekelas dunia, corporasi dunia sekelas Nestle di Saudi, Qatar, Turki, yg berpihak kepada kaum muslimin dgn spirit Pembebasan Baitul Maqdis

Sebagai informasi, saat ini crowdfunding hanya dipakai oleh kalangan bisnis dlm melakukan penghimpunan dana sebagai alternatif funding selain lembaga keuangan

Jika RBM crowdfunding berhasil launching, insyaAllah akan menjadi satu2 nya di dunia platform crowdfunding berbasis CSR yg memperjuangkan Pembebasan Baitul Maqdis dan gurunda UBN sbg founder kelas internasional yg memulainya,

Allahu Akbar!!!
Birruuh Biddam Nafdika Ya Aqsha !!!!

Sekian

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi.Wb

H a r y o n o
Alumnus SOA Camp Batch#4
0895 346 246624
RBM Jaktim (Relawan Baitul Maqdis Jaktim)

linkedin.com/in/haryono-misman-ronosetiko-0515239b

GURU KAMI KYAI TSUNAMI

Tsunami Aceh, Gempa Jogja, Gempa Lombok, Tsunami Palu-Donggala, dan sekarang Tsunami Selat Sunda memberi pelajaran besar yang harus kami petik tentang arti sebuah  makna dan tujuan hidup sesungguhnya.
.
Apabila Anda seorang professional atau businessman maka tiba-tiba saja semua milik Anda bisa habis lenyap dalam sekejap.....
.
Apabila Anda punya keluarga bahagia, maka tiba-tiba saja keluarga bisa  hilang......
.
Apabila Anda seorang artis maka semua kebanggaanmu bisa sirna....
.
Lalu apa arti hidup bagi kita sekarang ...?
Untuk apa kita hidup kita hidup ...?
Apakah kita akan berkata lihatlah semua hancur binasa, untuk apa semua ini....?
.
Tidak !
Coba lihat rakyat Aceh, mereka bangkit meski sudah kehilangan segala. Semua kembali cerah.
.
Lihat rakyat Jogja mereka bebenah lagi meski sudah diguncang oleh gempa berkali-kali. Jogja kembali jaya.
.
Lihat Lombok, meski tertatih tapi mereka kembali tegak.
.
Begitu juga rakyat Palu dan Donggala, mereka akan bangkit seperti sediakala.
.
Coba pandang jauh ke timur yaitu Jepang yang selalu dilanda gempa. Mereka justru berjaya meskipun tsunami selalu meluluhlantakkan Negara ini. Tapi Jepang menjadi Bangsa yang terbesar dan terbaik di dunia.
.
Kita semua yang hidup disini,
di salam " Ring of Fire " dengan peringkat paling bahaya tsunami nomor wahid.
.
Kami tidak pernah menyesal ditakdirkan tinggal di Indonesia dan bukan tinggal di negara lain yang lebih aman.
Kami ikhlas...
Engkau telah meilih kami hidup di Tanah penuh pelajaran ini
asalkan Engkau ajarkan hikmah tauhid di hati kami.
.
Kini kami mengerti Kisah Ibrahim,
Kini kami mengerti Kisah Ismail,
Kini kami mengerti Kisah Siti Hajar,
Kini kami mengerti  mengapa Engkau perintahkan kami sujud ke arah Kiblat 17 raka'at setiap hari...
"Laa ilaha ilallah...."
Betapa mahalnya memahami kalimat tauhid ini.....
.
Kami yakin ini bukan sebuah hukuman, tapi Engkau pilih kami agar hidup selalu bergantung dan berlindung hanya kepada Mu.
Kami terima ini dengan deraian airmata dan darah tertumpah wahai Robbi.....
.
Kami yakin Engkau sedang mendidik agar menjadikan kami menjadi Bangsa Taqwa, Bangsa Besar yang beriman dan berjiwa teguh, bermental baja, namun tetap rendah hati sujud  setiap malam. Ini mungkin yang membuat kami menjadi Bangsa berbeda. Bangsa terbaik kelak.
Kabulkan Robbi.....
Agar kematian para korban tidak sia-sia....
.
Kami terima guru kami adalah Kyai Tsunami.
Kami terima Mentor kami adalah Tuan Guru Gempa Bumi.
Sahabat kami adalah Gunung Berapi agar kami selalu sujud kepada Mu wahai Ilahi Robbi.
.
Jadikan kami laksana pohon subur, yang setiap kali tertebas maka akan keluar cabang ranting generasi baru yang lebih cantik dan lebih kuat.
.
Kuatkan hatimu wahai Banten dan Lampung.
Allah bersamamu.
Kami bersamamu.

Arry Ginanjar, 25 Desember 2018

Sunday, December 02, 2018

*Arus Massa Reuni Mengalir sejak malam, bisa lebih besar dari Aksi 212*

🌷🌾🌷🌾🌷🌾

Oleh : Hersubeno Arief.

Kalau melihat arus manusia menuju Monas pada Sabtu malam,  reuni 212  kali ini bisa lebih besar, atau setidaknya sama dengan aksi 212 tahun 2016.

Jalanan di seputar Monas, Jalan Merdeka Utara, Selatan, Barat dan Timur sudah mulai macet, pasca salat maghrib. Padahal pada malam minggu, kawasan Jakarta biasanya relatif lengang. Ratusan mobil pribadi, banyak diantaranya dengan nomor polisi luar Jakarta, berjejal di area parkir.

Arus kafilah dari arah Bekasi, Depok, Bogor,  Tangerang,  Serpong, Serang , dan Rangkas Bitung malam ini pada pukul 22.00 sudah menumpuk di Stasiun Tanah Abang,  Juanda dan Gondangdia. Ketiga  stasiun KRL itu merupakan stasiun terdekat menuju Monas.

Setiap kereta yang tiba dipenuhi massa kafilah. Sangat susah untuk keluar, maupun masuk  pintu stasiun.
Pada aksi 212 tahun 2016, masa baru menyemut di Stasiun Tanah Abang,  Juanda dan Gondangdia setelah salat subuh dan pada pagi hari.

Malam ini di  Monas massa juga sudah banyak yang hadir, sejak sore. Banyak yang berasal dari luar kota. Pada pukul 22.00 petugas memerintahkan para peserta untuk keluar dan boleh kembali lagi pada pukul 02.00 dinihari.

Petugas dari kepolisian dan TNI memenuhi areal di depan Istana. Puluhan truk dan mobil dinas dan pribadi milik petugas memenuhi areal arah belakang panggung utama.

Di depan panggung utama pasukan pengawalan dari berbagai relawan sudah melakukan apel pengamanan dipimpin Panglima FPI Munarman.

Di depan panggung utama berdiri tenda-tenda besar yang disiapkan untuk tamu istimewa. Mereka adalah para penyandang disabilitas, dan tamu undangan non muslim.
"Tahun ini kami menyiapkan tempat khusus yang istimewa, untuk tamu istimewa," kata aktivis Neno Warisman dari seksi acara.

Di Monas tenda-tenda posko berwarna putih berderet-deret. Ada posko panitia dan keamanan relawan,  posko kesehatan, logistik, komunikasi, sampai posko emak-emak yang akan bertugas membersihkan  Monas pasca aksi.

Hotel-hotel dalam radius terdekat empat penjuru semua penuh dibooking peserta reuni. Mereka tidak hanya datang dari berbagai kota di Indonesia dan kota-kota dunia. Mereka  mengaku sudah menunggu-nunggu hari reuni.

Tiyar seorang perempuan Indonesia yang tinggal di Tuscany, Italia mengaku sengaja pulang ke Indonesia untuk menghadiri reuni.  Dia tidak kebagian hotel, padahal sudah memesan sejak sepekan lalu.
Untungnya dia masih punya apartemen di sudut kota Jakarta.

Penuhnya hotel pada akhir pekan di Jakarta merupakan anomali. Biasanya pada akhir pekan hotel di Jakarta relatif lebih kosong dan harganya turun. Warga lebih memilih ke luar kota seperti ke kawasan Puncak, Bogor, atau ke Kota Bandung.

Seperti berbagai Aksi Bela Islam (ABI) dan reuni pada 2017 suasananya mengingatkan kita pada jamaah haji yang berbondong-bondong menuju Arafah dan Mina pada musim haji. Warna putih mendominasi kawasan Monas dan sekitarnya.

Bedanya kafilah tidak melantunkan takbir,  tahmid, dan tahlil. Mereka melantunkan salawat dan puja-pujian kepada Nabi Besar Muhammad SAW. Kebetulan reuni kali ini bersamaan dengan bulan Maulud, bulan kelahiran Muhammad SAW.

Suasananya mulai terasa di sejumlah stasiun awal di Bekasi, Bogor dan Depok. Suasana serupa juga sudah terasa di stasiun Rangkas Bitung, Banten. Penumpang dari Rangkas biasanya bisa duduk. Kali ini harus rela berdiri berdesakan. Wajah-wajah muda ceria, mendominasi kafilah Banten.

Para kafilah tak perlu khawatir soal logistik, karena makanan dan minuman melimpah. Mereka dengan suka cita berbagi. Benar-benar sebuah kebersamaan, keceriaan, kebahagian, sesuai namanya reuni.

Melihat antusiasme kafilah, menarik untuk dipertimbangkan kegiatan ini bisa menjadi agenda tahunan. Semacam festival tahunan terbesar umat Islam Indonesia, dan dunia.

Potensi ekonominya sangat besar. Penuhnya hotel-hotel, diborongnya restaurant oleh para dermawan dan melimpahnya makanan dan minuman, dipastikan menggerakkan ekonomi kota Jakarta.

Belum lagi berbagai pernak-pernik souvenir yang dijual pedagang kaki lima. Mulai dari topi,kaus, syal, sampai bendera tauhid yang dijual di sekitar arena.

Semua itu sangat membantu menggerakkan  ekonomi dan menghidupkan industri perhotelan, makanan dan minuman, garment dan UMKM.

Tidak pada tempatnya polisi, apalagi TNI dikerahkan secara besar-besaran untuk memberi stigma tidak aman.

Kehadiran pasukan dalam jumlah besar akan menimbulkan persepsi Jakarta dan Indonesia tidak aman, dan membuat investor takut masuk ke Indonesia.

Padahal dunia sudah mencatat bahwa hanya di Indonesia umat Islam berkumpul dalam jumlah jutaan, dan tak satupun rumput yang rusak  terinjak.

Sungguh itu merupakan potensi besar yang seharusnya bisa dikapitalisasi oleh pemerintah, sebagai daya tarik dan keistimewaan Indonesia.(end)

🌺🌹🌺🌹🌺🌹

REUNI KEDUA 212

by Zeng Wei Jian

Jokowi-Maruf akan kalah. Indikatornya; show of force reuni 212 mengerdilkan Joko's active soft-kill countermeasures acara Peringatan Maulid Nabi di Masjid Istiqlal.

Acara Joko hanya dihadiri sedikit orang. Kasian. Momentum ada di tangan Umat Islam.

Hard preventive action seperti intimidasi, disinformasi, cekal, deployment tentara & brimob, black propaganda dan lain-lain tidak mampu mematahkan psychomagnetic dan acoustic ghiroh Reuni 212.

Tahun lalu, tengah malam, saya liat persiapan reuni pertama. Tadi malam, saya liat-liat persiapan reuni kedua 212. A History in the making.

Tahun ini begitu masif. Para mujahid datang, seperti gelombong air. Pelan, tapi tak berhenti. Terus mengalir. Dari Malang, Jawa Timur, Madura, Bali dan sebagainya. Saya kira, ada perwakilan dari seluruh provinsi.

Benar saja, Ghiroh Islam itu belum padam. Reuni kedua 212 bahkan lebih masif dari aksi aslinya.

Pergeseran posisi politik dan mental shifting dari KH Maruf Amin, Ngabalin, Kapitra, Denny JA dan Farhat Abbas dikompensasi oleh bertambahnya non muslim ke dalam barisan 212.

Jika dulu hanya ada Lieus Sungkharisma, sekarang ada Ho Kiat, Yap Hong Gie, Martin, Chen Yi Jing alias Chandra Suwono, Sangap Surbakti, Eki Lenon dan sebagainya.

Siang ini, foto drone membungkam Denny JA. Semalam dia masih prediksi "hanya" 30 ribu orang yang akan hadir. Jauh di bawah mass gathering Maha Kumbamela yang dipadati 13 juta umat Hindu di Sungai Gangga.

Semua Jokower galau dan gigit jari. Shock melihat operasi senyap para mujahid.
Tim sebar hoax rezim yang bergaya seolah-olah personil elite Batallion für Operative Information 950 dari Zentrum Operative Information German Bundeswehr mati kutu. Diam seribu bahasa. Mereka terkapar dengan posisi mental feminine submissiveness.

Beri mereka air aqua...!!

THE END

Friday, November 30, 2018

DESEMBER TANGGAL DUA

Desember tanggal dua
Kita akan tumpah di Jakarta
Keresahan kita Tak pernah dimuat berita
Keluhan kita Tak pernah menjangkau istana

Maka
Pada Desember tanggal dua
Kita akan lantangkan suara
Dari Merauke sampai Malaka
Kita akan tumpah di Jakarta

Di Lapangan Raksasa
kita akan bersama sama patungan doa
Agar wirid ini menjadi anak tangga
Mengetuk Sidrotul Muntaha

Maaf jika pada
Desember tanggal dua
ekor shaf kami mencapai Jatinegara
Sajadah kami menyelimuti jalan raya

Karena memang itu saja
Yang Kami punya
Ciamis dan Tasikmalaya
Juga ingin kembali bernostalgia

Begitu juga perahu perahu dari Papua
Leher berkalung sarung sederhana
Mereka merindukan pesta yang sama
Tamasya agung yang kita beri nama
Desember Tanggal Dua.

*Reuni 212 Yang Amat Spesial Bagi Alumni ITB Penulis Kisah Paling Inspiratif Aksi 212*

Siapa yang tidak pernah membaca Kisah Super Inspiratif Aksi212 oleh seorang arsitek Alumni ITB dan tak menitikkan air matanya? Lalu kecintaan jutaan muslim di negri ini pada islam pun makin bertambah?

http://nusantaranews.co/kisah-haru-biru-di-balik-aksi-super-damai-212/

Penulisnya adalah Joni A Koto, seorang pria kelahiran Bukittinggi 44 tahun lalu, profesinya adalah arsitek, developer dan pengamat masalah perkotaan, dia adalah junior Ridwan Kamil di jurusan Arsitektur ITB walau dalam pilihan politik sekarang sudah berbeda.

Bang Jonkot, sapaan akrabnya sejak taubat dari ahokers mulai aktif di kegiatan kegiatan yang cukup strategis, beliau adalah salahsatu perintis Petisi 1000 Alumni ITB Tolak Reklamasi Jakarta bersama rekannya Muslim Armas, Eriyon dan Akhmad Syarbini yang kemudian menjadi bola salju dukungan oleh alumni universitas universitas lain dengan kajian ilmiah dan seksama dan Gub Anies Baswedan pun makin mantap menghentikan Reklamasi Jakarta. Bagi bang Jonkot, Reklamasi Jakarta bukan lagi hal urgent dan penting karena dalam era digital manusia tak akan wajib lagi tinggal di zona perkotaan, dan kota ke depan bukanlah kota kaum eksklusifisme tapi kota yang ditata ulang untuk semua kelas sosial.

Bang Jonkot disela kesibukannya sebagai arsitek dan masterplanner juga aktif bersama GMB ITB membantu Jakarta untuk program seperti Urban Farming, OK OCE, Kali Bersih, Ekowisata Kep.1000 dan lainnya. Beliau juga terakhir aktif di Sahabat PADI ITB bersama Akhmad Syarbini dalam memberi dukungan pada Paslon Capres No 2 Prabowo Sandi.

Bang Jonkot juga mengajak teman temannya alumni ITB untuk tidak apatis dan harus mulai aktif di politik tapi dengan niat benar benar ingin memperbaikin negeri, atau paling tidak peran eksekutif dan legislatif tak jatuh ke tangan orang orang yang tidak memiliki integritas, kapasitas dan skill mumpuni.

Nah, untuk Nostalgia lagi, berikut kisahnya... :

_*ADAKAH SAYA AKAN TAK IKUT LAGI AKSI 212?*_

desember 2016

.... _Saya anggap dunia adalah soal bagaimana hidup dan cari kehidupan. Bagaimana menikmati dan lebih baik dari manusia lain, bagaimana bisa punya status baik, dihargai dengan apa yang dipunya dan sedikit jalan-jalan menikmati dunia. Saya anggap orang yang maju dalam agama itu adalah yang berfikiran luas dan penuh toleransi, saya anggap tak perlulah terlalu fanatis akan sesuatu, tak perlu reaktif akan sesuatu, keep calm, be cool. Janganlah sesekali dan ikut-ikutan jadi orang norak. Ikut kelompok jingkrang-jingkrang dan entah apalah itu namanya._

_Saya tak ikut aksi bela agama ini itu kalian jangan usil, jangan dengan kalian ikut saya tidak, artinya kalian masuk syurga saya tidak.. Saya ini beragama lho, saya ikut berpuasa, saya bersedekah dan beramal. Saya bantu orang-orang, bantu saudara-saudara saya juga. Jangan kalian tanya-tanya soal peran saya ke lingkungan, kalian lihat orang-orang respek pada saya, temanpun aku banyak. Tiap kotak sumbangan saya isi._

_Saya masih heran, apa sih salah seorang Ahok? Dia sudah bantu banyak orang, dia memang rada kasar tapi dia baik aja kok. Saya bisa hargai apa yang sudah dia buat bagi Jakarta. Saya anggap aksi ini itu hanya soal politik. Karena kebetulan ada pilkada. Saya tak mau terbawa-bawa arus seperti teman-teman kantor dll yang tiba-tiba juga mau ikut aksi, saya anggap itu berlebihan dan terlalu cari-cari sensasi. Paling juga mau selfie-selfie._

Sampai satu saat…

_Sore ini (Kamis, 1 Desember 2016) dalam gerimis saat saya ada di jalan, dalam mobil menuju tempat miting, dalam alunan musik barat, saya berpapasan dengan rombongan pejalan kaki. Saya melambat. Mereka berjalan tertib, barisannya panjang sekali, pakai baju putih-putih, rompi hitam dan hanya beralas sendal. Muka mereka letih. Tapi nyata kelihatan tidak ada paksaan sama sekali di wajah-wajah itu. Mereka tetap berjalan teratur, memberi jalan ke kendaraan yang mau melintas, tidak ada yang teriak, berlaku arogan dan aneh-aneh atau bawa aura mirip rombongan pengantar jenazah yang ugal-ugalan._

_Ini aneh, biasanya kalau sudah bertemu orang ramai-ramai di jalan aromanya kita sudah paranoid. Suasana panas dan penuh tanda tanya negatif. Sore ini, di jalan, aku merasa ada kedamaian yang kulihat dan kurasa melihat wajah-wajah dan baju putih mereka yang basah terkena gerimis. Papasan berlalu, aku setel radio lain. Ada berita, rombongan peserta aksi jalan kaki dari Ciamis dan kota-kota lain sudah memasuki kota (Jakarta), ada nama jalan yang mereka lalui. Aku sambungkan semua informasi, ternyata yang aku berpapasan tadi adalah rombongan itu. Aku tertegun._

_Lama aku diam. Otakku serasa terkunci. Analisaku soal bagaimana orang beragama sibuk sekali mencari alasan, tak kutemukan apa pun yang sesuai dengan pemikiranku, apa yang membuat mereka rela melakukan itu semua? Apa kira-kira?. Aku makin sibuk berfikir. Apa menurutku mereka itu berlebihan? Rasanya tidak, aku melihat sendiri muka-muka ikhlas itu. Apa mereka ada tujuan-tujuan politik? Aku rasa tidak. Kebanyakan orang sekarang mencapai tujuan bukan dengan cara-cara itu. Apakah orang-orang dengan tujuan politik yang gerakkan mereka itu? Aku hitung-hitung, dari informasi akan ada jutaan peserta aksi. Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk itu kalau ini tujuan kelompok tertentu. Angkanya fantastis, rasanya mustahil ada yang mau ongkosi karena nilainya sangatlah besar._

_Aku dalam berfikir, dalam mobil, masih dalam gerimis kembali berpapasan dengan kelompok lain, berbaju putih juga, basah kuyup juga. Terlihat di pinggir-pinggir jalan anak-anak sekolah membagikan minuman air mineral ukuran gelas dan sedikit kue-kue warung ke mereka. Sepertinya itu dari uang jajan mereka yang tak seberapa. Aku terdiam makin dalam. Ya Allah, kenapa aku begitu buruk berfikir selama ini? Kenapa hanya hal-hal jelek yang mau aku lihat tentang agamaku. Kenapa dengan cara pandangku soal agamaku?_

_Aku mampir ke masjid, mau sholat Ashar. Aku lihat sendal-sandal jepit lusuh banyak sekali berbaris. Aku ambil wudhu. Kembali, di teras, kali ini aku bertemu rombongan tadi, mungkin yang tercecer. Muka mereka lelah sekali, mereka duduk, ada yang minum, ada yang rebahan, dan lebih banyak yang lagi baca AlQuran._

_Aku sholat sendiri. Tak lama punggungku dicolek dari belakang, tanda minta aku jadi imam, aku cium aroma tubuh-tubuh dan baju basah dari belakang. Aku takbir sujud, ada lagi yang mencolek. Nah, kali ini hatiku yang dicolek. Entah kenapa, hatiku bergetar sekali, aku sujud cukup lama, mereka juga diam. Aku bangkit duduk, aku tak sadar ada air bening mengalir dari sudut mataku. Ya Allah, aku tak pantas jadi imam mereka. Aku belum sehebat, setulus dan seteguh mereka. Bagiku agama hanya hal-hal manis, tentang hidup indah, tentang toleransi, humanis, pluralis, penuh gaya, in style, bla bla bla. Walau ada hinaan ke agamaku aku harus tetap elegan, berfikiran terbuka. Kenapa Kau pertemukan mereka dan aku hari ini ya Allah, kenapa aku Kau jadikan aku imam sholat mereka? Apa yang hendak Kau sampaikan secara pribadi ke aku?_

_Hanya 3 rakaat aku imami mereka, hatiku luluh ya Allah. Mataku merah nahan haru. Mereka colek lagi punggungku, ada anak kecil usia belasan cium tanganku, mukanya kuyu tapi tetap senyum. Agak malu-malu aku peluk dia, dadaku bergetar tercium bau keringatnya, dan itu tak bau sama sekali. Ini bisa jadi dia anakku juga. Apa yang telah kuajarkan anakku soal islam? Apakah dia levelnya sekelas anak kecil ini? Gerimis saja aku suruh anakku berteduh. Dia demam sedikit aku panik. Aku nangis dalam hati. Di baju putihnya ada tulisan nama sekolah, SMP Ciamis. Ratusan kilo dari sini. Kakinnya bengkak karena berjalan sejak dari rumah, dia cerita bapaknya tak bisa ikut karena sakit dan hanya hidup dari membecak. Bapaknya mau bawa becak ke Jakarta bantu nanti kalau ada yang capek, tapi dia larang. Aku dipermalukan berulang-ulang di masjid ini. Aku sudah tak kuat ya Allah. Mereka bangkit, ambil tas-tas dan kresek putih dari sudut masjid, kembali berjalan, meninggalkan aku sendirian di masjid. Rasa-rasanya melihat punggung-punggung putih itu hilang dari pagar masjid aku seperti sudah ditinggal mereka yang menuju surga. Kali ini aku yang norak, aku sujud, lalu aku sholat dua rakaat, air mataku keluar lagi. Kali ini cukup banyak, untung lagi sendirian._

_Sudah jam 5-an, lama aku di masjid, serasa terkunci tubuhku di sini. Meeting dengan klien sepertinya batal. Aku mikir lagi soal ke-Islamanku, soal komitmenku ke Allah, Allah yang telah ciptakan aku, yang memberi ibu bapakku rejeki, sampai aku dewasa dan bangga seperti hari ini. Dimana posisi pembelaanku ke agamaku hari ini? Ada dimana? Imanku sudah aku buat nyasar di mana?_

_Aku naik ke mobil, aku mikir lagi. Kali ini tanpa rasa curiga, kurasa ada sumbat besar yang telah lepas dalam benakku selama ini. Ada satu kata, sederhana sekali tanpa bumbu-bumbu: Ikhlas dalam bela agama itu memamg nyata ada._

_Aku mampir di minimarket, kali ini juga makin ikhlas, makin mantap. Aku beli beberapa dus air mineral, makanan kering, isi dompet aku habiskan penuh emosional. Ini kebangganku yang pertama dalam hidup saat beramal, aku bahagia sekali. Ya Allah ijinkan aku kembali ke jalan-Mu yang lurus, yang lapang, penuh kepasrahan dan kebersihan hati._

_Yaa Allah ijinkan aku besok ikut Shalat Jumat dan berdoa bersama saudara-saudaraku yang sebenarnya. Orang-orang yang sangat ikhlas membela Mu. Besok, tak ada jarak mereka dengan-Mu ya Allah. Aku juga mau begitu, ada diantara mereka, anak kecil yang basah kuyup hari ini. Tak ada penghargaan dari manusia yang kuharap, hanya ingin Kau terima sujudku. Mohon Kau terima dengan sangat_ .. _Bismilahirahmanirahiim.._

*Kisah ini ditjeriteratakan oleh Alumni ITB 93, Joni A Koto. Kini sebagai Arsitek dan Urban planner. Sumber: catatan Fb Maria Prambudhiarty Hsp

Friday, November 09, 2018

BENTUK SYUKUR PKS SETELAH KMS TERPILIH MENJADI SALAH SATU PIMPINAN ULAMA DUNIA.

PENGANTAR:

Ikhwah sekalian,
Baru saja selesai sebuah perhelatan besar yaitu Musyawarah Ulama SE-Dunia di mana KMS kita tercinta AL Habib Dr. Salim Segaf Aljufri terpilih menjadi salah satu wakil.

Adapun Ulama Maroko Syaikh Dr Ahmad Ar-Raisuni (أحمد الريسوني) terpilih sebagai pengganti Syaikh Dr Yusuf Al-Qaradhawi sebagai Ketua Kesatuan Ulama Islam Sedunia (International Union of Muslim Scholars/IUMS) yang berlangsung di Istanbul, Rabu (7/11/2018).

Berikut ini adalah wawancara  beliau yang penuh dengan masukan konstruktif bagi jamaah dan partai kita di Indonesia. Selamat Menyimak:

Pewawancara:
Adakah era jama’ah-jama’ah Islam yang bertabiat universal, semisal Jama’ah Ikhwanul Musimin di Mesir sudah berakhir? Lalu, bagaimana cara mewujudkan transformasi yang lancar kepada jama’ah-jama’ah fungsional yang efektif?

Ahmad Ar-Raisuni:
Betul, ini betul sekali. Jadi, sekarang ini, kita berada di era yang diisyaratkan oleh firman Allah SWT:

وَقَالَ يَابَنِيَّ لَا تَدْخُلُوا مِنْ بَابٍ وَاحِدٍ وَادْخُلُوا مِنْ أَبْوَابٍ مُتَفَرِّقَةٍ ... (يوسف: 67)
Dan Ya’qub berkata: “Hai anak-anakku janganlah kamu (bersama-sama) masuk dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlain-lain … (Q.S. Yusuf: 67).

Sekarang ini, kita berada di era yang diisyaratkan oleh firman Allah:
وَفَجَّرْنَا الْأَرْضَ عُيُونًا فَالْتَقَى الْمَاءُ عَلَى أَمْرٍ قَدْ قُدِرَ (القمر: 12)
Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang sungguh telah ditetapkan. (Q.S. Al-Qamar: 12).

Tentang “bagaimana?” ini adalah pertanyaan yang jawabannya selalu menyesuaikan dimensi ruang dan waktu.

Pewawancara:
Bagaimana anda menilai realitas gerakan Islam dari sudut pandang pembaharuan pemikiran dan harga apa yang mesti dibayar oleh gerakan Islam akibat dominasi para operator atas gerakan Islam itu sendiri?

Ahmad Ar-Raisuni:
Inilah salah satu problem paling pelik yang dihadapi oleh orgnisasi2 Islam, juga organisasi-organisasi politik kepartaian secara umum, di mana kedudukan dan suara tertinggi justru diberikan kepada kelompok “penegak disiplin organisasi”!! yaitu mereka-mereka yang menjadi eksekutor dan orang-orang yang berada di jalur struktur!! Sementara para pemilik ilmu, pemikiran dan yang berpemandangan, malah dipinggirkan atau dimundurkan!!

Dengan demikian, jadilah gerakan Islam itu semisal organisasi kepanduan, yang obsesi awal dan akhirnya adalah penegakan aturan dan kedisiplinan!! Sementara kekosongan ilmu, dan pemikiran yang cetek (dangkal) cukup diisi atau digantikan oleh sebagian mereka yang mempunyai sedikit kemampuan berkhithab (bertaujih) yang dijejali dengan aspek-aspek emosional yang dangkal atau permukaan!!

Inilah celah besar harakah yang riil dan sangat berbahaya! Dan selama para ulama’, pemikir, cendekiawan dan kalangan rasionalis tidak digabungkan di dalam lembaga-lembaga pengambil keputusan dan posisi-posisi pengarah, maka selamanya harakah dan jama’ah Islam akan terus menderita kemarau, kekeringan, kedangkalan dan jumud!!

Pewawancara:
Di antara kritik yang ditujukan kepada para aktivis Islam adalah adanya kecenderungan menggampangkan (simplifikasi) terhadap banyak urusan:

- Jika mereka merasa benar dan berhasil, maka mereka katakan,"Ini adalah wujud dari janji Allah yang akan memberikan kemenangan dan tamkin kepada mereka”.

- Sebaliknya, jika mereka gagal dan tidak mampu mewujudkan cita-cita mereka, maka mereka berkata: Ini adalah mihnah (tribulasi), ibtila (ujian) dan tamhish (proses seleksi dan penyaringan).

Sebuah model simplifikasi yang sangat indah dan gampang. Jadi tidak perlu ngotot-ngototan, kritik, dan ... no problem!

Apa pendapat antum?

Syaikh Ahmad Ar-Raisuni:
Ala kulli hal, ungkapan ini ada benarnya. Faktanya, memang sebagian aktivis Islam berfikir dengan cara seperti ini.
Dan otokritik pada mereka memang sangat lemah, atau bahkan tidak ada sama sekali.

Bahkan, bagi mereka, otokritik dipandang sebagai bentuk ‘adaa-an (perlawanan atau permusuhan), hadman (destruktif), nashran lil ghasil (pembelaan terhadap upaya cuci otak) dan semacamnya.

Cara berpikir seperti ini masih sangat eksis, meskipun sudah ada sedikit perubahan setelah adanya banyak seruan untuk hal ini dan setelah berbagai usaha yang gigih semenjak puluhan tahun yang lalu, sayangnya cara berpikir begitu masih ada. Dan inilah yang sering saya sayangkan terhadap Ikhwan.

Sampai-sampai, mereka-mereka yang keluar dari ikhwan, meskipun mereka adalah para qiyadah-qiyadah besar mereka sendiri, oleh Ikhwan hal ini dipandang sebagai satu bentuk tasaquth (berguguran), atau dha’fan (kelemahan) para qiyadah itu, atau tamhish (proses seleksi dan penyaringan), sementara jama’ah (Ikhwan) tetap tsabat (teguh dan tegar).

Jadi, engkau keukeuh di atas pola pikirmu yang jamid (jumud, statis) selama puluhan tahun, engkau pandang sebagai tsabat (keteguhan dan ketegaran)?!

Bukan, bukan, tsabat itu tidak begitu, tsabat itu tidak berlaku pada urusan-urusan yang bersifat ijtihadi, ini bukanlah tsabat, sebab, urusan-urusan ijtihadi, ente sendiri yang membuat dan membikinnya.

Ini mirip-mirip dengan bangsa Arab zaman dahulu yang membikin-bikin tuhan, lalu mereka memakan tuhan-tuhan bikinan mereka itu!

Hanya saja, bedanya, kita sekarang seperti membuat-buat tuhan, sayangnya, kita tidak mau memakan tuhan-tuhan bikinan kita itu!!!??

Jadi, kita sekarang membuat ijtihad-ijtihad, kita membuat aturan-aturan, kita membuat istilah-istilah dan slogan-slogan, dan kita tidak mampu mengubahnya, seakan ijtihad, aturan, istilah dan slogan itu adalah tuhan-tuhan baru, lalu kita memandang bahwa memegangi semua ini secara keukeuh sebagai sebuah tsabat (keteguhan dan ketegaran), kita memandangnya sebagai satu bentuk shumud (daya tahan)??!!!

Bukan, ini bukan tsabat dan bukan pula shumud!!!

Kita berkewajiban untuk melakukan perubahan!
Kita berkewajiban untuk melakukan muroja’ah (review)!

Kita berkewajiban untuk menyingkirkan debu yang menutupi semua permukaan ini kapan saja!

Hasan al-Banna ... mengingat bahwa puncak argumentasi Ikhwan adalah Hasan al-Banna, Hasan al-Banna telah mewariskan kepada kita satu wirid bernama wirid muhasabah, wirid untuk melakukan audit internal terhadap setiap individu!!

Sekarang ini, kita berkewajiban untuk membuat wirid muhasabah terhadap jama’ah!! Sebab, bagaimana anggota dan personil jama’ah di-muhasabah, sementara jama’ah tidak di-muhasabah ??!!

Jadi, semua lembaga jama’ah perlu di-muhasabah!!
Maktab Irsyad perlu di-muhasabah!!
Lembaga A, lembaga B juga perlu di-muhasabah!!
Majlis Syura perlu di-muhasabah!! Majlis Syura level Nasional perlu di-muhasabah!! Majlis Syura Wilayah perlu di-muhasabah!!
Seluruh qiyadat (pimpinan) perlu di-muhasabah!!
Mursyid perlu di-muhasabah!!
Naib Mursyid perlu di-muhasabah!!

Dan kewajiban muhasabah ini perlu dilakukan secara kontinyu! Kontinyu! Dan muhasabah dalam arti yang sebenarnya, muhasabah haqiqiyah!!

Sunday, October 07, 2018

JALAN IKHWAN YANG DITEPIKAN

Oleh: Yusuf Maulana

Mei 2000 menjadi waktu bersejarah bagi para politikus sekaligus pejuang dakwah Islam yang tergabung dalam Fazilet Partisi. Itulah masa bersejarah dengan digelarnya kongres partai Islamis di Turki tersebut dalam mekanisme kompetisi yang terbuka untuk menentukan pemimpin.
Akan tetapi, Necmettin Erbakan yang masih berada dalam larangan berpolitik tetap menggunakan pengaruhnya, yakni lewat para loyalisnya seperti Recai Kutan dan Oğuzhan Asiltürk. Recai Kutan, dari kalangan tradisionalis (gelenekçiler) diunggulkan sebagai kandidat terkuat yang bakal memimpin Fazilet.

Sementara Erbakan memainkan pengaruhnya dari balik layar, Asiltürk disebut-sebut memainkan tekanan politik kepada pengurus Fazilet tingkat provinsi untuk mendukung Kutan. Tak main-main, sebagaimana diungkap William Hale dan Ergun Özbudun (2010), ancaman yang diajukan Asiltürk pada mereka: memilih Abdullah Gül, pesaing kuat Kutan, akan membahayakan kehidupan mereka di akhirat. Gül merupakan representasi kalangan reformis (yenilikçiler) di Fazilet, sebagai pengganti sahabatnya, Recep Tayyip Erdoğan, yang masih dilarang untuk beraktivitas politik (Rahmat Fiansyah, “Perubahan dari Partai Politik Islamis ke Partai Politik Pos Islamis: Studi Kasus Partai Keadilan dan Pembangunan di Turki”, Skripsi Sarjana Departemen Politik UI, 2012).

Sebagai penantang Kutan, selaku petahana, naiknya Gül menuai reaksi keras Erbakan dan pendukungnya. Kesepakatan untuk menggelar kompetisi terbuka seakan dilupakan. Walhasil, Kutan kembali terpilih sebagai ketua umum Fazilet. Saat yang sama, perpecahan tinggal menanti retak yang sudah menjalar di mana-mana.
Hingga akhirnya partai mereka pun dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi dengan alasan melawan sekularisme yang dianut Turki. Juli 2001, berdiri Saadet Partisi, partai anyar di bawah kendali Kutan dan tentu saja kebesaran nama Erbakan. Sebulan kemudian, Gül dan Erdoğan membentuk Adalet ve Kalkınma Partisi. Inilah penahbisan kalangan yenilikçiler untuk tidak lagi menjadi bagian dari “jamaah” Milli Görüş, Ikhwan cawangan (cabang) Turki.

* * * * * * * * * * * *
14 tahun kemudian, di Kuala Selangor, Malaysia…
Parti Islam Se-Malaysia (PAS) menghelat muktamar ke-60. Kalangan yang mengidentifikasi profesional dan progresif di PAS merasa ada yang ganjil dari putusan politik elit mereka. Sudahlah secara sepihak memutuskan keluar dari barisan pembangkang (oposisi), perhatian menepikan kalangan ini mulai terasa.

Nama-nama Ahmad Awang, Mohamad Sabu, Abdul Ghani, Mujahid Yusof Rawa, Husam Musa, Mohd Anuar Tahir mulai ditepikan dari jajaran struktur PAS. Putusan muktamar partai mereka ini direspons dengan satu pertemuan khusus yang kelak melahirkan satu sejarah baru. Tentu saja di mata elit dan pendukung PAS, nama-nama kalangan ini dianggap pembangkang bahkan pengkhianat yang gagal dalam kontestasi muktamar. Dua arus pemikiran yang bercorak konservatif dan progesif sukar dipersatukan.

Pada 14 Juni 2015, kalangan progresif membuat satu kesepakatan yang dinamakan “Deklarasi Melawati”, merujuk pada tempat pertemuan mereka. Satu partai yang akan mewadahi pemikiran mereka dalam menjayakan Islam di Malaysia mesti ditubuhkan. PAS sudah dianggap bukan lagi kendaraan kondusif, apatah lagi mereka sudah distigma bahkan secara de facto dikeluarkan.

Tanpa butuh waktu lama, sebulan lewat, tepatnya 31 Agustus 2015, berdirilah Parti Amanah Negara. Partai ini dibentuk setelah mengambil alih partai yang ada dalam, yakni Parti Pekerja-pekerja Malaysia. Dalam platform-nya, Parti Amanah Negara berteraskan Islam sebagai perjuangan dengan ciri-ciri progresif, demokratik, moderat, dan berintegritas. Amanah, begitu partai ini biasa disebut, juga secara tegas memilih untuk menjadi oposisi dari penguasa.

Hadirnya Amanah rupanya tetap jadi perhatian para politikus PAS. Bila sebelum ada Amanah, PAS sering mengkritik koalisi partai berkuasa (UMNO), berdirinya Amanah justru mengalihkan sasaran serangan. Amanah, sejak bakal ditubuhkan hingga kini, jadi sasaran kecaman elit dan pendukung PAS.

Sebutan kepada Amanah sebagai partai yang berpahaman liberal pun disematkan di banyak tempat. Ketika elit-elit Amanah membela diri dengan menyebut pendekatan politik dan pemikiran mereka sejalan dengan almarhum Tuan Guru Tok Nik Abdul Aziz Nik Mat, PAS membuat hujjah sebaliknya. Tak jarang saling klaim paling selaras dengan pemikiran Tok Guru berseliweran di ruang publik.
Selepas Pilihan Raya Umum ke-14, cibiran beberapa pendukung PAS bahwa Amanah bakal tenggelam rupanya tidak terbukti. Sementara PAS kian mesra dengan UMNO, Amanah menempatkan lima kadernya dalam jabatan menteri di pemerintahan Mahathir Mohamad usai Pakatan Harapan memenangi PRU.

* * * * * * * * * * * * * * *
Tersebutlah nama Anis Matta bila menyebut kiprah AKP dan Amanah. Nama mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera ini disebut-sebut oleh kalangan muda di pergerakan Tarbiyah memiliki kedekatan, untuk tidak menyebut akses istimewa, dengan jejaring Ikhwan. Tak terkecuali dengan Erdoğan, bahkan saat Anis tak lagi menjabat posisi strategis di PKS. Terlebih dengan para al-akh di Amanah. Nama Anis sudah mendapat tempat tersendiri di kalangan Ikhwan negeri jiran. Namanya tak asing bahkan selepas tidak menjabat sebagai presiden PKS, ia diundang oleh pertubuhan IKRAM, satu gerakan yang memakai manhaj Ikhwan, dalam Konvensyen Maqasid Syariah 2015.

Tema yang dibincang Anis cukup mentereng: Implementasi Maqasid Syariah dalam Koalisi Politik. Acara pada 30 Oktober itu banyak dinilai orang sebagai bagian dari agenda Amanah. Bukan rahasia bila IKRAM dan Amanah itu satu fikrah dan sering dikait-kaitkan sebagai al-akh yang saling menopang. Gagasan yang disampaikan Anis Matta dalam forum itu memang tidak berbeda jauh dengan langkah taktis yang diambil Amanah ketika menghadapi PRU 14. Hasilnya: sukses, bahkan bisa dibilang cukup berjaya.

Hanya saja, satu gundah patut dilayangkan oleh mereka yang kenal Anis Matta: di mana dia? Sementara Erdoğan berhasil mewujudkan skenario sebagai presiden Turki di bawah sistem pemerintahan presidensial, kemudian Mat Sabu dan kawan-kawan sukses menumbangkan status quo nan korup di Malaysia, bagaimana dengan visoner Ikhwan dari Asia Tenggara itu, Anis Matta?

Disengaja ataupun tidak, plot naiknya dua cawangan alias cabang “tak resmi” Ikhwan, AKP di Turki dan Amanah di Malaysia, dicegat oleh kalangan yang tidak suka tampilnya Anis. Siapa mereka? Sebagaimana dalam dua kejadian di dua negara tersebut, justru dari kalangan Ikhwan pula yang melakukannya. Perhatikan, kontestasi terbuka sebagaimana dalam kasus Fazilet saat memilih ketua umum, kini hanya angan belaka diwujudkan di benak pendukung Anis Matta. Betapa tidak, semua jejaring pendukung, bahkan yang sekadar terindikasi, ditepikan. Kesempatan untuk “melawan” dinihilkan sejak awal. Jadi, perebutan secara terbuka bak utopia. Momen peluang untuk “mewarnai” oleh pendukung Anis dalam muktamar PKS, sebagaimana dalam kasus PAS oleh kalangan al-akh progresif, juga sudah diantisipasi.

Cerita-cerita penepian, pembuangan, pemecatan berhamburan di saat PKS semestinya perlu mengonsolidasi diri. Tampaknya pemikir strategi di elit PKS tak mau kejadian ketiga terjadi “cawangan resmi” Ikhwan di Indonesia. Peluang berdialektika tak boleh terjadi, apa pun risiko yang bakal mereka terima dari kader setia Anis maupun—dan terutama—publik di tanah air. Kalkulasi dengan dalil agama sudah disiapkan, yang tentu ini merepotkan potensi untuk terjadi islah.

Dambaan banyak kader PKS ini pun normal lagi manusiawi; siapa sih yang menghendaki konflik para guru mereka diumbar saban hari oleh media massa sekuler?
Di sinilah menarik untuk disimak bagaimana formulasi mengatasi konflik di PKS. Apakah berujung sebagaimana di Turki dan Malaysia, bakal ada wadah baru meski awalnya sekadar sebuah gerakan moral non-partai? Toh pihak yang kuat dan memegang struktur kekuasaan di PKS naga-naganya “mengarahkan”, langsung ataupun tidak, adanya pendirian wadah baru oleh pihak “orang sana”.

Bila demikian, bagaimana Anis dan pendukungnya membuat satu tatanan baru yang membeda dengan status quo. Juga prosedur pemisahan yang aman lagi nyaman tanpa mengusik rasa ukhuwah. Ilustrasinya, para pendukungnya kelak bisa bergandengan tangan di kehidupan sehari-hari dengan para al-akh yang dulu mencelanya. Tak ada cerita penghardikkan dengan dalil, atau saling sindir lebih Ikhwani seperti pernah terjadi di Turki dan Malaysia. Sebabnya, meski sudah berubah wujud sebagai partai politik bahkan mendakwa diri terbuka sekalipun, kalangan harakah kadang kala masih kurang terbuka, toleran dan asertif pada bekas kawan yang dianggap memilih jalan hidup beda—dari urusan politik sampai rumah tangga.

Misalkan Anis Matta tak hendak menuju wadah baru, ini juga menarik. Bagaimana ia membuat formulasi bagi para pendukungnya agar rekonsiliasi yang, kononnya, ditepikan struktur PKS tidak serta-merta berarti penggembosan di bilik suara tatkala pemilu? Bagaimana pula ia menyiapkan peranti agar para pendukungnya tidak terintimidasi tapi sekaligus masih setia mendukung PKS, setidaknya, di bilik suara saban pemilu?

Singkatnya, bagaimana dalam terpaan disakiti, ia dan pendukungnya tetap berjamaah dalam wadah PKS meski mahligai persatuan itu hanya hadirkan luka dan duka “abadi”? Sampai kapan pula Anis Matta menahan diri agar tak seperti Erdoğan ataupun Mat Sabu yang berikan toleransi tempo buat menahan diri? Sampai kapan pula Anis Matta bersabar melihat taktik para Ikhwan di jamaah sudah tak relevan dan tandus memadai dalam mengembangkan dakwah di Nusantara?

#AnisMatta
#ArahBaruIndonesia
#ABI2019

BUKU PUTIH ARAH BARU INDONESIA.

Kalau kita mau husnud dhon dan paham akan fikih politik dengan baik.

Adanya Gerakan Arah Baru Indonesia adalah bukti bahwa Allah sayang kepada dakwah.

Allah gak akan membiarkan dakwah mengecil, terisolir dan masuk peti mati.

Sudah sunnatullah, waktu akan Allah gilirkan diantara manusia, hal ini mutlak gak bisa ditolak oleh siapapun.

Dalam banyak literatur juga ayat, Allah sudah atur dakwah ini dengan baik dengan rencana rencana cerdas dengan ilmu kemaha bijaksanaanNya.

Seorang Muslim Allah perintahkan untuk belajar tanpa henti dan berpikir lalu berijtihad secara maksimal, karena dimanapun adanya sebuah hikmah, maka muslim paling berhak untuk memiliki nya.

Setiap 100 tahun Allah kirim orang - orang atau golongan yang melakukan pembaharuan dalam islam, pembaharuan yang positif. Begitu kata hadits.

Dan Allah selalu menyiapkan generasi islam untuk mengemban amanah dakwah dengan gaya dan pola adaptasi yang sesuai dengan masa nya.

Sama seperti Allah menyiapkan ulama ulama ahli fikih zaman dulu dari kalangan sahabat sahabat nabi yang mulia sampai ke masa masa imam mazhab besar.

Sama seperti Allah menyiapkan ulama ulama ahli tafsir sekelas ibnu abbas, ibnu mas'ud, ubay bin kaab sampai ahli ahli kontemporer.

Sama seperti Allah menyiapkan para pakar hadits selevel Imam Bukhori, Muslim dan para imam pemilik kitab kitab sunan lain dalam dunia hadits.

Sama seperti Allah menyiapkan para pakar politik dan pergerakan islam mulai dari Abduh, Afghani, Ridho, Al Banna, Quthb, Al Maududi, Al Nadawi, Al Qardhawi, dll.

Sama seperti Allah siapkan para khalifah dan para pemimpin islam model unggul dan teladan, mulai dari Khalifah Rosyidah, Umar Bin Abdul Aziz, Harun Ar Rasyid, sampai Zanki, Ayyubi, Baibaris, Sultan Salim, Sultan Abdul Hamid hingga Erdogan.

Semua rencana dan desain ini adalah bagian dari desain Allah swt dalam menjaga dakwah dan agamaNya, itu janji Allah dalam alQuran.

Karena perubahan dan pembaharuan tidak bisa dilakukan oleh satu orang atau satu golongan saja, tapi harus dalam skala kaum, baca tafsir ar ra'du ayat 11.

Dan setiap masa ada orang nya dan setiap orang atau golongan Allah persiapkan sesuai dengan kondisi zaman nya.

Islam ini adalah agama yang dijamin Allah akan mengungguli semua agama dan isme apapun diatas muka bumi ini, ini tertera dalam 3 ayat dalam 3 surat yang berbeda dengan redaksi yang hampir hampir sama, ini hal yang sudah paten dan tidak perlu diragukan lagi.

PR kita hanya tersisa soal mekanisme dan langkah langkah menjadikan islam dan dakwah ini unggul agar elektabilitas dakwah islam tidak rendah apalagi sampai akhirnya nanti mati.

Itu kalau kita mau berbaik sangka dan mau menilai sesuatu dengam ilmu dan dengan logika sunnatullah yang normal.

Tapi kalau terus menerus menilai dengan baper dan suka keder, maka ada 1000 alasan untuk menuduh gerakan Arah Baru Indonesia sebagai gerakan negatif dst dst.

Arah Baru Indonesia adalah sunnatullah dakwah islam politik yang tidak akan bisa dibendung oleh siapapun, karena ini kehendak zaman, ini kehendak sejarah, ini kehendak fikih prioritas dan fikih realitas, ini adalah kehendak fikih politik dan fikih Maqoshid Syariyyah.

1 Muharram 1440H.

Tengku Zulkifli Usman.
Arah Baru Indonesia.

#AnisMatta
#ArahBaruIndonesia
#ABI2019

Melukis Panorama Akhirat Di Atas Kanvas Dunia

by. Anis Matta

Dalam jenak-jenak begini, kita teguhkan hati kita..

Pastikan kembali bahwa awal dan akhir dari semua ini adalah Allah Subhana wa Ta'ala, bahwa kejujuran kepada-Nyalah yang mendorong kita melangkah di jalan ini...
Bahwa kita akan terus berijtihad untuk melakukan jihad terbaik dengan ilham dari Allah Subhana wa Ta'ala...

Bahwa kita mungkin salah tapi keikhlasan, kejujuran dan ijtihad akan menjadi sebab bagi Allah mengilhami kita melangkah serta mengurangi bahkan menghilangkan efek dari kesalahan kita...

Bahwa tidak ada penyesalan, tidak ada keraguan, tidak ada ketakutan sedikitpun yang menyertai langkah kita...

Karena awal dan akhir dari semua ini adalah Allah... Karena kita melangkah setelah istikharah..

1) Pada mulanya yang kita lakukan adalah membuat peta jalan kita sendiri menuju Allah..lalu kita buat peta jalan menuju negara sebagai bagian dari peta jalan kita menuju Allah..

2) Jika kita percaya Allah yang kita tuju maka tidak ada alasan bagi kita untuk khawatir dengan semua upaya pembunuhan karakter di sepanjang jalan itu..perhatikan pesan Allah kepada orang² beriman:

يأيها الذين آمنوا لا تكونوا كالذين آذوا موسي فبرأه الله مما قالوا و كان عند الله وجيها"
QS 33: 69

3) Menjadi terpandang di mata Allah bukan di mata manusia itulah yg kita cari الوجاهة عند الله

4) Cinta dan benci manusia kepada kita adalah cara Allah mengajarkan kita sebuah makna bahwa kita tidak akan pernah bisa mengendalikan hati manusia..dan karenanya berusaha menemukan ridho kita pada diri sendiri dari ridho manusia kepada kita adalah kesia-siaan yg besar

5) Tersenyumlah pada semua yang berusaha membunuh karaktermu..karena di peta jalanmu menuju Allah itu hanya kekerdilan yang tidak akan pernah bisa mencegah ruhmu terbang ke angkasa..

6) Begitu ruhmu terbang tinggi ke angkasa niscaya akan kau saksikan betapa kecilnya bumi manusia ini..apalagi manusia yang menghuninya..

7) Teruslah mengepakkan sayap amalmu..tahta dan harta hanyalah batu tasbih yang akan kau genggam sambil menyebut nama Allah dalam setiap langkahmu meraih ridha-Nya

8) Keikhlasan dan kejujuran bukanlah sebuah pernyataan sikap, tapi adalah getaran yang menandakan bahwa dalam setiap amalmu ada signal yg menghubungkan dunia dan akhiratmu...

9) Hakikat dari semua yg kita kerjakan adalah melukis panorama akhirat di atas kanvas dunia

تلك الدار الآخرة نجعلها للذين لا يريدون علوا في الارض و لا فسادا و العاقبة للمتقين
QS 28:83

#AnisMatta
#ArahBaruIndonesia
#ABI2019

Meluruskan Shaf Arah Baru Indonesia.

Sesunguhnya sebuah narasi besar tidak mungkin dipikul oleh mereka yang bemental dan berjiwa kerdil.

Sesungguhnya sebuah narasi besar politik tidak akan besar jika kita mubazir dalam energi untuk hal hal yang tidak penting.

Sudah saatnya meluruskan shaf, merapatkan barisan, waktu iqomat telah datang, waktu fajar juga sudah dekat.

Sudah saatnya dengan ketegasan tanpa ragu melangkah pasti menuju rumah baru, meninggalkan debat kusir, melepaskan memori masa lalu, menghapus file file lama yang akan menganggu perjalanan.

Sudah saatnya dengan ketegasan tanpa ragu beranjak dari kost kost an lama ke rumah baru yang walaupun masih sederhana, tapi disini kita nyaman dan merasa berarti, memiliki jiwa merdeka dan behagia tanpa pencitraan.

Sudah saatnya meninggalkan semua atribut lama baik secara fisik maupun psikologis, menanggalkan semua yang bisa menganggu jalan pikiran untuk fokus menuju arah baru.

Sudah saatnya memisahkan diri dengan mereka yang masih sibuk dengan amal amal lama yang kita semua tidak awam dengan apa yang mereka lakukan.

Sudah saatnya menapaki jalan baru secara totalitas tanpa ragu untuk membesarkan narasi politik yang memang secara de facto dan de jure berbeda total dengan apa yang mereka ributkan.

Jangan lagi sibuk meyakinkan mereka dengan narasi dan langkah perjuangan yang akan kamu tempuh kedepan, karena hal ini adalah tetap ajaran sesat bagi mereka, waktumu akan mubazir percuma.

Arah Baru Indonesia akan memasuki fase berikutnya, insyaAllah deklarasi demi deklarasi akan terus dipersiapkan di seluruh indonesia, segera move on tingkat tinggi dari obrolan politik warung kopi menuju riset ilmiah yang kredibel, kita butuh banyak energi, maka jangan kotori hati dan buang waktu sia sia.

Jangan lagi meyakinkan mereka mereka yang tidak akan pernah yakin dengan jalan yang kamu putuskan, segera tinggalkan majelis lama secara total tanpa ragu.

Left lah grup grup Wa yang gak perlu, unfriend semua teman teman medsos yang masih nyinyir dengan narasimu, yang masih menggunjing langkahmu, unfriend untuk saling menjaga hati dan perasaan dan agar kamu tidk terjebak meladeni gosip mereka, fokuslah ke negara, fokus lah ke narasi besar.

Berangkatlah tanpa menyisakan dendam, karena hati yang berkarat tidak akan mampu memikul beban berat, bersihkan hati, luruskan niat, baca lagi makna hadits niat dan hadits hadits hijrah maknawi, terus melangkah kedepan, urusan isi hati dan dada itu domain nya Allah, fokus bersihkan hatimu bukan omongan orang lain, angkat koper dan berkemaslah.

Tidak ada kebenaran tanpa kesabaran dan tidak ada kebenaran tanpa totalitas, narasi besar politik ini tidak bisa disambil sampingan, agar tidak terulang narasi lama yang akan menuju kegagalan yang serupa.

Tidak ada sikap netral dalam politik dan tidak ada tempat buat ragu ragu dalam bersikap, kebenaran sifatnya seperti matahari di siang hari yang terang tanpa samar dan jelas tanpa ada syubhat sedikitpun.

Arah Baru Indonesia memasuki tahap demi tahap kerja kerja besar dan serius, maka kalau kamu masih sibuk dengan hal yang berbau lama dan berbau mistis, tanyakan lagi pemahamanmu tentang Arah Baru ini.

Indonesia saat ini dihuni lebih dari 250 juta penduduk, 235 juta diantaranya adalah muslim, sungguh ladang kita didepan mata begitu besar, jangan sibukkan pikiranmu mengurus orang orang kerdil kalangan minoritas yang sudah limit semangat belajar dan semangat berubahnya.

Arah Baru Indonesia melangkah pasti tanpa ragu, tanpa penyesalan, tanpa menoleh ke belakang, politik versi kita adalah pertarungan sengit dan pasar persaingan sempurna bukan kasih sayang dan terus mengharap belas kasihan orang lain.

Segera petakan jalan barumu, segera petakan narasi besarmu, dan segera hijrah dengan segala maknanya dengan mental, jiwa dan semangat baru menuju lapangan hijau dimana rakyat indonesia dengan semangat disana sedang menunggumu.

Tingkatkan kapasitasmu, skill mu, tingkatkan daya baca mu, saling menguatkan dalam sumber daya antara teman seperjuanganmu, fokuslah hal hal yang produktif begini setiap kamu bangun dari tidur, ingat lagi misimu menjadikan negeri ini besar dan negara utama di dunia bukan menjadikan egomu lebih besar diatas kepentingan negara. Negara nomor 1, Organisasi no 2 dan diri sendiri nomor sekian dan terakhir.

Selamat berjuang teman teman semua, tatap masa depan, disana ada keoptimisan dan semangat yang prima, disana ada jiwa jiwa merdeka dan ada antusiasme tinggi khas kaum millenial yang cerdas, cekatan, dan punya aura kemenangan. aura nya  generasi baru indonesia.

Tengku Zulkifli Usman.
Arah Baru Indonesia.

Friday, June 08, 2018

hendak kemana engkau, Ramadhan....

tiba mu sesaat saja, pergimu lama nian
bagaimana bisa hamba tenang berjalan mencicil langkah kaki
jika tak ada kabar.....

tentang ibadah-ibadah yang kukerjakan selama Ramadhan ini...diterimakah?
tentang infaq dan sedekahku....diterimakah oleh Tuhan kita...?
tentang wudhlu yang kubasuhkan setiap saat ke atas kulitku...syahkah?

lalu...adakah kabar bahwa Ramadhan yang akan datang aku masih hidup di atas muka bumi ini?
adakah jaminan masa depan akhiratku sukses disana?
lalu bagaimana nasibnya amalan-amalan buruk yang pernah aku kerjakan dengan sengaja atau tidak
apakah mendapatkan ampunan dari Tuhan kita?

Ramadhan...akan kemanakah engkau pergi?
temani aku menangisi nasib iman-ku yang makin tak menentu setiap hari...
dunia yang menghidupi ku saat ini telah membuatku lupa untuk mengingat bahwa aku pasti pulang kekampung halaman abadiku...akhirat

Ramadhan...syaithan bersiap-siap mengambil ancang-ancang ketika engkau beranjak menuju hari yang fitri...
kami hendak dilumat dalam bahagia memakai baju baru dan hamparan makanan lezat melenakan
seharusnya pakaian kami adalah pakaian taqwa dan makanan lezat kami adalah nasihat agama agar kenyang ruhani ini

Ya Robb jangan kau tambahkan apapun kecuali ketaatan kepadaMu selepas Ramadhan nanti pergi...
Tambahkan Taqwa kami melebih sebelumnya..saat Ramadhan tiba di hari-hari kami kemarin

Ijabah do'a sederhana kami ya Robb..
Engkaulah segalanya bagi kami



Tuesday, June 05, 2018

Radikalisme Bung Karno, FPI, HTI dan PKS



Kalau saya baca komentar-komentar di media sosial (medsos), banyak orang yang menyatakan bahwa organisasi masyarakat (ormas) atau partai seperti Front Pembela Islam (FPI), Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), dan PKS merupakan organisasi Islam radikal yang intoleran, antikebhinekaan dan membahayakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Mereka bilang bahwa Indonesia ini sudah darurat antikebhinekaan karena meluasnya gerakan radikalisme.


Sebenarnya penggunaan istilah radikalisme telah melebar, dipersamakan dengan ekstrimisme. Bung Karno dalam tulisannya “Mentjapai Indonesia Merdeka” (Maret 1933) menyatakan bahwa untuk menuju Indonesia merdeka maka harus dipimpin oleh sebuah partai pelopor. “Di antara obor-obornja pelbagai partai jang masing-masing mengaku mau menjuluhi perdjalanan rakjat, massa lantas melihat hanja satu obor jang terbesar njalanja dan terterang sinarnja, satu obor jang terkemuka djalanja, ja’ni obornja kita punja partai, obornja kita punya radikalisme!”


Bung Karno selanjutnya menyatakan bahwa konstruktivisme kita bukanlah konstruktivisme kaum reformis yang warung-warungan dan kedai-kedaian, tetapi konstruktivismenya radikalisme, yang bersifat radical dynamisch membongkar tiap batu-alas gedung stelsel imperialisme-kapitalisme.


Jadi, gerakan radikalisme dalam pandangan Bung Karno memang merusak atau membongkar, tetapi yang hendak dibongkar adalah bangunan penindasan. Bung Karno mengutip pendapat Liebkencht yang berkata bahwa radikalisme dilahirkan oleh perkawinan antara kesengsaraan massa dengan didikan massa atau perjuangan atau perlawanan massa. Gampangnya, radikalisme tidak hanya diciptakan oleh kesengsaraan umat, tapi umat yang sengsara itu harus dididik untuk radikal mempunyai jiwa untuk melakukan perlawanan kepada penindas atau penjajah.


Berdasarkan pandangan Bung Karno tersebut, bagaimana pendapat Anda? Apakah Bung Karno itu penganut paham radikalisme? Anda bisa saja memulai untuk mendefinisikan sendiri istilah radikalisme itu. Tidak harus mengekor pada pendefinisian yang lainnya. Lalu bagaimana bentuk radikalisme FPI, HTI dan PKS itu?


Siapa saja yang radikal?


Barangkali banyak di antara kalangan terdidik yang melihat FPI dan HTI dari membaca berita-berita atau artikel-artikel. Saya sendiri tidak terlalu kenal FPI dan HTI. Tapi saya mempunyai seorang teman anggota FPI, orang Surabaya yang bekerja di Jakarta sebagai pengusaha. Di Sumenep dahulu seingatku saya juga pernah dikenalkan oleh teman saya kepada pengurus FPI yang duduk ngopi bersama pimpinan Garda Bangsa PKB, kalau tak salah.


Saya juga pernah menjadi salah satu pembicara (nara sumber) di Asrama Haji Surabaya dalam Dalam Halaqah Islam & Peradaban Ke-12 bertema “Penjajahan Energi Di Tengah Ilusi Kemerdekaan” yang diselenggarakan oleh HTI DPD Jatim pada 29 Agustus 2010. HTI sangat gigih menentang liberalisme dan kapitalisme. HTI menanggapi segala masalah masyarakat terkait penghisapan sumber daya alam, biasanya dengan menawarkan satu solusi, yakni khilafah. Apa itu khilafah menurut HTI?


Sebelum saya lebih jauh menjawab radikalisme yang dikaitkan dengan FPI, HTI, FUI dan semacamnya, saya sejenak menawarkan usul agar dalam memahami ide suatu kelompok atau golongan, alangkah lebih baiknya kita lebih dulu berusaha mendalami sendiri dengan bertemu, bertatap muka dan berdiskusi panjang lebar dengan sumber aslinya. Selain itu, cobalah belajar untuk menyingkirkan kebencian lebih dulu. Tapi benci boleh juga jika nggak tahan, asalkan adil dalam berpikir dan bersikap.


Ketika saya akan pulang dalam acara HTI di tahun 2010 tersebut, saya diberi beberapa buku, salah satunya adalah buku Introduction to The System of Islam yang diterbitkan Al-Khalifah Publications, London, UK. Tentu saja sudah berupa buku terjemahan oleh Pustaka Thariqul Izzah.


Jadi, kalau Anda bertanya, sistem khilafah yang bagaimana yang menjadi konsep HTI, setidaknya dapat dibaca dari buku itu. Rupanya HTI mencontoh model khilafah zaman Khalifah Rasyiddin (Khalifah Abubakar, Umar, Utsman dan Ali). Kalau saya tafsirkan dari buku itu, HTI menentang pengangkatan khalifah melalui cara-cara pewarisan jabatan seperti yang terjadi pada kekhalifahan Bani Umayyah dan Bani Abbasyiah serta kesultanan Ottoman. Khalifah (pimpinan umat) haruslah dipilih oleh Majelis Umat (Majelis Rakyat). Ini seperti sistem pemilihan presiden menurut UUD 1945 yang lama di mana Presiden dipilih oleh MPR. Tetapi karena sistem khilafah didasarkan pada tafsir ulama konservatif, maka orang yang dipilih menjadi khalifah adalah muslim, laki-laki, merdeka, berakal, dewasa, adil dan mampu memimpin.


Saya sendiri secara pribadi tidak sependapat dengan HTI bahwa sistem pemerintahan itu haruslah atau wajib dengan sistem khilafah, sebab hingga sekarang saya pun tidak menjumpai satu ayat pun dalam Al-Quran yang mewajibkan bahwa pemimpin umat harus khilafah. Jika berpedoman kepada fiqih, maka hukum Islam itu didasarkan kepada Al-Quran, Hadits, dan Ijma’ para ulama. Guna menentukan wajibnya suatu hukum maka harus ada ayat Al-Quran yang mewajibkannya, tidak sekadar ijma’ ulama yang mana pendapat ulama Islam di seluruh dunia ini tidak seragam. Anda bisa mencari via google artikel internet saya yang berjudul “Sistem Khilafah Hukumnya Wajib?” Saya menguraikan dasar-dasarnya dan menyimpulkan “tidak wajib.”


HTI merupakan partai cabang. Induknya adalah Hizbut Tahrir (HT) yang didirikan oleh Syaikh Taqiyuddin Nabhani (1909 – 1979 M) pada tahun 1952. Syaikh Taqiyuddin lahir di Haifa, Palestina, dan ketika dewasa menempuh pendidikan di Al Azhar dan Darul Ulum di Kairo, Mesir. Dia pernah menjadi hakim di Mahkamah Banding Baitul Maqdis di Palestina dan dosen di Islamic College di Amman Yordania. Saya menuliskan riwayat HT ini dari bersumber buku Gerakan Keagamaan dan Pemikiran: Akar Ideologis dan Penyebarannya, Jilid 1 – 2 yang diterbitkan Al-I’tishom. Tapi dalam membaca buku ini tentu tidak dapat percaya begitu saja pendapat-pendapatnya, melainkan harus mencari referensi lainnya sebagai pembanding.


Pada tahun 1969 pimpinan HT cabang Yordania bernama Syaikh Ahmad Da’ur ditangkap karena tuduhan melakukan percobaan kudeta. Dia divonis hukuman mati, tetapi vonis itu dicabut kembali. Tahun 1984 terdapat sekitar 32 aktivis HT Mesir juga ditangkap diajukan ke pengadilan dengan tuduhan merencanakan kudeta. Tetapi HT tidak pernah mempunyai pasukan militer.


Partai HT merupakan partai Islam yang berhaluan ahlussunah wal Jamaah (sunni). Gerakan HT adalah gerakan keilmuan (tsaqafah). Target dari gerakan itu adalah agar masyarakat Islam mempunyai pemikiran yang sesuai dengan agenda HT. Setelah dinilai mempunyai massa yang banyak maka gerakan berikutnya adalah mengambil-alih kekuasaan tetapi dengan jalan gerakan massa yang meminta bantuan kepada penguasa yang sedang berkuasa, termasuk panglima militer. Oleh sebab itulah HT dan HTI tidak mempunyai pasukan atau laskar yang dilatih secara fisik, karena gerakannya adalah gerakan pemikiran yang mengarah kepada gerakan massa terdidik, bukan gerakan militer.


Pendiri HT pernah berhubungan baik dengan Ikhwanul Muslimin (IM)? Pada mulanya, sebelum mendirikan HT, hubungan Syaikh Taqiyuddin dengan IM adalah baik. Lalu Syaikh Taqiyuddin mendirikan HT tersebut. Pemimpin IM, Sayyid Quthb pernah memberikan saran untuk mempersatukan perjuangan IM dengan HT, tetapi Syaikh Taqiyuddin tetap pada pendiriannya untuk berjuang melalui HT.


Akhirnya IM “berpisah jalan” dengan HT, sebab pada mulanya memang IM menjauhi partai politik dan lembaga-lembaga politik. Gerakan IM bersifat pendidikan dengan agenda internasionalisme, memerdekakan negara dengan cara membersihkan rakyat negara itu dari segala bentuk kekuasaan asing kuffar di bidang politik, ekonomi dan spiritual. Meskipun berprinsip menjauhi politik tetapi IM ternyata mempunyai agenda politik dengan cara membangun masyarakat Islam. Dari berbagai artikel katanya PKS itu adalah partainya orang-orang IM. Saya pernah mempunyai sahabat karib seorang kader PKS yang memberikan buku amalan Imam Hassan Al-Banna, pendiri IM itu. Agenda PKS di Indonesia juga bukan khilafah, tapi memperjuangkan berlakunya syariah, selain memperjuangkan isu-isu urusan pemerintahan pada umumnya. Sama halnya dengan HTI, maka PKS juga tidak mempunyai pasukan paramiliter. Para anggota PKS pada umumnya adalah kaum terdidik.


HT sendiri sebenarnya tidak terlalu eksklusif dalam hubungannya dengan nonmuslim, sebab menurut pendirian asli HT orang-orang nonmuslim boleh menjadi anggota HT, dalam pemerintahan Islam boleh mengangkat orang-orang nonmuslim sebagai panglima.


Nah, oleh karenanya kita belum pernah melihat orang HTI melakukan kekerasan fisik di negara ini, sebab gerakan HTI adalah gerakan keilmuan Islam dalam tafsir HT. Kalau kita hubungkan teori Bung Karno tentang radikalisme suatu partai, barangkali syarat radikalisme dalam HTI itu tidak ada, sebab radikalisme itu mengawinkan antara derita massa dengan pendidikan perlawanan atau perjuangan menentang penindasan. Lha massa HTI sepertinya bukan massa yang menderita. Gerakannya juga tidak revolusif.


Jika radikalisme HTI yang dimaksudkan adalah dalam rangka mengubah NKRI menjadi negara khilafah, itu masih pada level ide. Tentu saja ide bukanlah suatu kejahatan yang dapat dihukum. Guna melawan ide tersebut maka haruslah dilawan dengan ide pula. Alangkah lebih baik jika misalnya ada prakarsa pemerintah membuat acara dialog kebangsaan yang wajib ditayangkan seluruh televisi nasional seminggu sekali, agar rakyat bisa terdidik dalam rangka memahami Pancasila sebagai hasil kesepakatan para pendiri bangsa dari berbagai golongan yang pernah berdebat dalam penyusunan dasar negara Indonesia.


Jadi, bentuk perlawanan ide HTI seharusnya bukan dengan cara membubarkan atau menggagalkan acara mereka dengan tekanan fisik. Kalau cara kekerasan itu yang dipergunakan, apakah pantas gerakan ide dibalas dengan gerakan fisik? Akhirnya gerakan perlawanan ide HTI akan menjadi amuk massa yang disebut Bung Karno sebagai gerakan anarcho-syndicalist. Belum lagi jika ditinjau dari segi hukumnya.


Satu lagi. Perlu diketahui bahwa sistem khilafah itu bersifat internasionalisme, semacam organisasi Katholik dunia dengan pemimpin tertinggi adalah Paus di Vatikan. Hanya bedanya, “khilafah” Katholik ini hanya di soal urusan ritual keagamaan, tidak lagi mencampuri urusan pemerintahan seperti jaman dahulu, sedangkan khilafah Islam lebih pada pemerintahan umat dunia. Lha saat ini belum ada kekhalifahan HT yang didirikan, padahal prioritas HT adalah negara-negara Islam Timur Tengah. Apakah Indonesia akan dijadikan pusat kekhalifahan? Itu hal yang boleh dikata irasional, sebab Indonesia bukan pusat HT. Lagipula, ide khilafah di Indonesia tidak akan berkembang mengingat mazhab fiqih utama Islam yang dianut di Indonesia menentang ide khilafah.


Kalau sampai Indonesia menjadi pusat khilafah atau bagian kekhalifahan, berarti kita gagal mempertahankan Pancasila. Sekarang pun kita juga mesti tahu diri, apakah negara kita ini masih berpegang teguh dengan Pancasila dengan membiarkan setiap rezim negara ini mengobral murah sumber daya alam kepada asing dan partikelir, serta menganut doktrin pasar bebas? Sekarang saja sebenarnya kita sudah gagal mempertahankan hakikat Pancasila. Pancasila hanya masih bertahan berupa bentuk formil negara dan bagi warga yang masih punya sikap saling tolong.


Sekarang, bagaimana dengan FPI? FPI juga ormas yang sering melakukan kegiatan bakti sosial termasuk penghijauan. Warga yang ditolong oleh FPI dalam bakti-bakti sosial tentu tidak pilih-pilih hanya orang Islam. Lha masak mau nolong orang ditanya KTP-nya dulu? Masak di Aceh dalam bencana tsunami dulu pasukan FPI menolong mayat ditanya dulu, “Hai jenazah, kau muslim atau bukan?”


Jika FPI pernah melakukan kekerasan maka jelas itu salah. Jika FPI menghalang-halangi pembangunan gereja, jelas itu juga salah. Dalam negara hukum, pihak yang berwenang melakukan larangan dan paksaan hanyalah negara karena menjalankan perintah hukum. Tapi kalau aksi FPI masih berupa aksi demo damai, maka kiranya itu hal yang biasa saja.


Saya pernah mendengarkan penjelasan bahwa kekerasan yang dilakukan FPI itu sudah di level terakhir ketika pemerintah tidak merespon pengaduan-pengaduan keresahan masyarakat muslim yang melihat kemunkaran seperti misalnya peredaran minuman keras. Kalau hal seperti itu sebenarnya adalah fenomena umum kekecewaan massa. Bahkan ada yang lebih buruk dari itu, misalnya warga masyarakat menghajar pencuri sepatu ramai-ramai. Semua itu termasuk apa yang disebut sebagai anarcho-syndicalist, gerakan amuk-amukan, yang tidak dapat dibenarkan. Tetapi jika hal demikian dikatakan sebagai gerakan kelompok radikal, maka ada kejadian-kejadian serupa yang dilakukan oleh kelompok-kelompok pelajar yang tawuran, para suporter sepak bola yang tawuran. Ada contoh lainnya masyarakat kelompok antisyiah di Sampang yang membakar rumah-rumah warga Syiah yang mereka hingga saat ini ditolak untuk kembali ke desa mereka. Juga tindakan penggusuran-penggusuran kasar yang terjadi di Jakarta itu, apakah harus disebut sebagai tindakan radikalisme?


Apakah radikalisme itu hanya soal orang beragama Islam melakukan kekerasan fisik kepada orang lain? Saya jelas tidak setuju tindakan orang Islam yang melakukan kekerasan kepada orang lain dengan alasan agama. Saya juga tidak setuju dengan anarcho-syndicalist yang dilakukan oleh penguasa dalam menggusur warga masyarakat, padahal ada tata cara hukum yang harus ditempuh, termasuk bagaimana standard HAM diterapkan.


Jika maunya grusa-grusu tanpa mau ambil pusing dengan standard hukum dan HAM, lalu mengapa protes kepada kelompok lain yang juga melakukan kekerasan melanggar hukum? Kan kalian sama saja? Ada aktivis toleransi dan HAM yang bertanya retorik, “Opo tumon, ada orang mengakui demokrat kok bersekutu dengan kaum fasis dan intoleran?” Sekarang pertanyaan saya: “Lha presiden yang kalian dukung itu bagaimana? Siapa saja yang dijadikan sebagai menteri-menteri dan para penasihatnya? Bersih dari orang fasis, pembunuh dan pelanggar HAM? Lha bagaimana pula dengan penggusuran kasar yang sewenang-wenang itu, apa bukan fasisme?” Baiklah silahkan difikirken mendalem!


Artinya begini: kalau mau protes tindakan fasistik itu jangan pilih-pilih. Fasis ini ditolak, dikecam, tapi fasis itu didukung atau diterima karena bersekutu dengan idolanya. Itu yang bikin nggak sehat. Tapi kalau memang Anda tak bisa menolak naluri untuk memihak idola, maka pahamilah bahwa ternyata hidup itu diikuti dengan keberpihakan. Hanya saja, di mana keberpihakanmu kau letakkan?


Selain ada intoleransi dalam beragama, juga ada intoleransi yang begitu hebat terhadap akses hak ekonomi dan sosial, yang itu tidak menjadi perhatian para aktivis pejuang toleransi. Mereka mengecam intoleransi dalam bidang agama, tapi mereka malah mendukung pelaku intoleransi dalam bidang ekonomi dan sosial. Emang situ sehat? Ayo kita lawan segala bentuk intoleransi!


FPI tidak seperti HTI yang mempunyai cita-cita mendirikan khilafah ataupun negara Islam. FPI selain melakukan aksi amar ma’ruf nahi munkar juga mempunyai perjuangan berlakunya syariah di Indonesia. Tapi itu hanya perjuangan ide. Semua juga tergantung lembaga legislatif, bukan tergantung FPI. Kalau Presiden dan DPR tidak mau membuat undang-undang syariah ya bisa apa FPI dan HTI?


Selama ini, bahkan sejak jaman kolonial Belanda, hukum syariah sudah berlaku di Indonesia. Sekarang, hukum ekonomi Islam sudah berlaku penuh di Indonesia. Kalau ada orang Hindu atau Kristen menjadi nasabah Bank Syariah, dan jika mereka bersengketa dengan bank syariah itu, maka diselesaikan menurut hukum syariah hingga bisa di Pengadilan Agama menggunakan dasar Hukum Islam. Jika ada orang Indonesia sekarang anti syariah, ya itu sudah terlambat sejak orang itu belum lahir! Silahkan minta dilahirkan kembali ke jaman kolonial Belanda agar bisa protes kepada Belanda mengapa kok menerapkan syariah Islam bagi pemeluknya.


Mungkin FPI dan PKS juga berjuang agar hukum pidana Islam juga berlaku di Indonesia. Barangkali yang disalahpahami bahwa hukum syariah itu akan menjadikan Indonesia menjadi negara Islam sehingga orang nonmuslim harus patuh kepada hukum Islam. Itu keliru. Hukum syariah hanya berlaku bagi umat Islam. Kecuali jika orang nonmuslim mau menundukkan diri tanpa terpaksa. Jadi tetap tidak menghilangkan kenyataan hukum yang plural. Idealnya begitu.


Berkaitan dengan ide penerapan hukum syariah di Indonesia itu, kalau itu dianggap sebagai gerakan radikalisme, maka Anda sama saja dengan menuduh Sukarno itu seorang radikalis Islam. Mengapa begitu? Bung Karno itu menghendaki agar ajaran Islam itu tidak hanya di bibir saja, tapi juga bisa masuk ke dalam regulasi negara. Maka kaum terdidik yang menganut doktrin pemisahan antara agama dengan negara, kalau membaca ide Bung Karno dalam turut merumuskan Pancasila ini, dia bisa kejang-kejang sebulan.


Mari kita lihat pidato Bung Karno saat pidato di depan sidang BPUPKI tanggal 1 Mei 1945 saat BPUPKI sedang merumuskan dasar negara Pancasila. Bung Karno dalam menawarkan gagasan permusyawaratan perwakilan (yang sekarang menjadi Sila IV Pancasila), dia berkata, “Jikalau memang kita rakyat Islam, marilah kita bekerja sehebat-hebatnya agar supaya sebagian yang terbesar dari pada kursi-kursi badan perwakilan rakyat yang kita adakan diduduki oleh utusan-utusan Islam. Jikalau memang rakyat Indonesia yang bagian besarnya rakyat Islam, dan jika memang Islam di sini sebagai agama yang hidup berkobar-kobar di dalam kalangan rakyat, marilah kita pemimpin-pemimpin menggerakkan segenap rakyat itu agar supaya mengerahkan sebanyak mungkin utusan-utusan Islam ke dalam badan perwakilan ini. Ibaratnya Badan Perwakilan Rakyat 100 orang anggotanya, marilah kita bekerja, bekerja sekeras-kerasnya, agar supaya 60, 70, 80, 90 utusan yang duduk dalam perwakilan rakyat ini orang Islam, pemuka-pemuka Islam. Dengan sendirinya hukum-hukum yang keluar dari badan perwakilan rakyat itu, hukum Islam pula. Malahan saya yakin, jikalau hal yang demikian itu nyata terjadi, barulah boleh dikatakan bahwa agama Islam benar-benar hidup di dalam jiwa rakyat, sehingga 60%, 70%, 80%, 90% utusan adalah orang Islam, pemuka-pemuka Islam, ulama-ulama Islam. Maka saya berkata, baru jikalau demikian, baru jikalau demikian, hiduplah Islam Indonesia, dan bukan hanya Islam yang di atas bibir saja.”


Selanjutnya Bung Karno juga menyatakan bahwa hukum Kristen yang juga dapat berlaku di Indonesia. Dia berkata, “Di dalam perwakilan rakyat saudara-saudara Islam dan saudara-saudara Kristen bekerjalah sehebat-hebatnya. Kalau misalnya orang Kristen ingin bahwa tiap-tiap letter di dalam peraturan-peraturan negara Indonesia harus menurut Injil, bekerjalah mati-matian agar supaya sebagian besar dari pada utusan-utusan yang masuk badan perwakilan Indonesia ialah orang Kristen. Itu adil – fairplay! Tidak ada satu negara boleh dikatakan negara hidup, kalau tidak ada perjuangan di dalamnya.”


Di akhir tulisan ini saya hendak menyampaikan pesan Johan Galtung dalam bukunya Peace By Peaceful Means: Peace and Conflict, Development and Civilization, tentang sifat arbiter dalam demokrasi sebagai jalan untuk mengkompromikan seluruh usaha perebutan kekuasaan dalam negara dan dunia. Jadi harus ada pendamai. Jika tidak, ya hancur semua. Galtung berkata, bahwa Islam, Kristen, liberalisme dan marxisme adalah agama-agama dan ideologi yang masing-masing mengklaim sebagai satu-satunya pembawa kebenaran yang sah dan universalis di masa kini dan masa depan. Barat juga mempunyai keyakinan itu di mana arketipenya adalah ide Yahudi sebagai Orang Terpilih dengan Tanah Yang Dijanjikan Tuhan. Yang bisa memungkinkan untuk perdamaian ya dialog dan konsensus. Mana bisa berdamai antara umat Katholik dan Protestan di Eropa masa lalu tanpa sejarah dialog dan membuat konsensus damai? Mana bisa Indonesia terwujud tanpa konsensus para pendiri negara yang terdiri dari berbagai golongan yang saling bertentangan ide untuk duduk bersama membuat kompromi ide? Tapi bagaimana jika ide-ide itu tak dapat dikompromikan? Ya berjuanglah untuk mendapatkan pengaruh masyarakat guna memenangkan ide, tanpa harus menyerang fisik lawan idemu.


Semakin banyak orang yang berposisi tidak mau berdialog mendengarkan ide-ide yang berlawanan, atau semua pihak menempuh jalan kaku menurut pemikirannya masing-masing, maka yang ada adalah menang versus kalah. Berarti bertarung secara fisik. Apa bisa kita sesama warga negara mau mempertahankan keutuhan Indonesia dengan cara “semua bermusuhan”? Baiklah… Jika memang mau dicoba semuanya berposisi saling melawan dan saling menyerang, silahkan dilanjutkan


Ditulis oleh Subagyo


https://indonesiana.tempo.co/read/110462/2017/04/15/Radikalisme-Bung-Karno--FPI--HTI-dan-PKS#

Saturday, March 17, 2018

☣ *Menimbang Jalan Demokrasi. Titik Temu Jihadis dan Demokratis* 📳

An-Najah.net – *Demokrasi adalah jalan darurat. Bukan jalan normal. Demokrasi tidak lahir dari rahim tauhid, tapi dari rahim paganisme.*

Demokrasi menolak peran Allah dalam menjaga kedaulatan negara. Demokrasi hanya mau menerima peran manusia.

Ia memanjakan manusia, apapun keinginannya akan diakomodasi. Sementara kehendak Allah ditolak, sebaik apapun, jika kehendak mayoritas manusia menolaknya.

Tapi masalahnya, demokrasi menjadi realita kekinian umat Islam yang tak bisa ditolak. Kita mewarisinya dari pendahulu, para pendiri negeri ini.

Menyalahkan para pendahulu, tak ada gunanya karena realita yang ada tak lantas berubah. Cuci tangan dari Demokrasi begitu saja, sama artinya membiarkan musuh Islam kian leluasa mendominasi kekuasaan dan kita tambah tersudut tak punya peran di tengah umat Islam sendiri.

🎦Demokrasi memaksa kita mengambil pilihan dilematis, mau tak mau harus terlibat dalam pertarungan di panggung yang didesain oleh Demokrasi dan dengan aturan main ala Demokrasi.

Kita dipaksa  mengambil hak dengan cara adu banyak suara, tidak boleh pakai kekuatan senjata. Padahal adu suara sangat sulit dimenangkan karena obyeknya masyarakat luas yang rentan dengan tawaran uang.

Ketika suara mayoritas sudah dikantongi sekalipun, kekuasaan belum tentu didapat. Masih harus berhadapan dengan politik dagang sapi; negosiasi kepentingan dengan koalisi yang tidak jelas.

*Kadang minoritas A bergabung dengan minoritas B dan C, bisa mengalahkan mayoritas tunggal yang tidak sampai 50%. Kemenangan dan kekalahan menjadi sangat labil, tak ada pijakan kaki yang kuat.*

Belum lagi soal jeratan aturan main yang bersifat sistemik. Seperti keharusan menerima rumusan HAM yang menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Kita dipaksa oleh Demokrasi untuk tidak mengusung isu agama, sebab pilihan keyakinan bersifat bebas, karenanya agama tertentu tidak boleh mendominasi konstitusi masyarakat.

Dan aturan main Demokrasi yang paling merugikan, tak boleh ada sumber kebenaran tunggal, sesama agama bersifat setara, masing-masing dianggap benar secara relatif.

Padahal kita sedang memperjuangkan kebenaran tunggal dan mutlak yaitu Al-Qur’an. Dalam atura main Demokrasi, kandungan Al-Quran hanya akan menjadi masukan, bukan keharusan diterima yang bersifat sakral. Dengan aturan main ini, kita sudah kalah sebelum berperang.

Pada sisi lain, umat Islam memikul amanat memenangkan Islam dengan kemenangan mutlak atau kemenangan paripurna; musuh Islam lumpuh tak berkutik, dan Islam berdaulat penuh di muka bumi, seluruh bagian syariat dapat dilaksanakan dengan sempurna.

💖Amanat ini hanya bisa ditunaikan dengan jalan jihad; jalan perang yakni meruntuhkan kekuatan kafir hingga rata dengan tanah. Kemenangan ini tak bisa diraih dengan negosiasi dan adu perolehan suara ala Demokrasi karena sifat labil singgasana kemenangan Demokrasi tak akan bisa menopang kemenangan mutlak.

♻Islam harus dimenangkan dengan pijakan kokoh, dan itu hanya ada di balik jalan jihad, bukan demokrasi. Lalu di balik reruntuhan peradaban kafir itu, Islam dibangun dengan kedaulatan penuh.

Dengan demikian, Demokrasi tak bisa dijadikan jalan untuk kemenangan Islam yang paripurna. Tapi masih bisa digunakan untuk memenangkan bagian-bagian tertentu dari Islam, menggunakan ‘senjata’ tuntutan mayoritas rakyat yang beragama Islam.

Meski hanya kemenangn yang labil. Atau setidaknya mengurangi daya cengkeram kebatilan di tengah masyarakat muslim. Atau mengurangi madharat yang bakal menimpa umat Islam.

Dari sisi ini, umat Islam dituntut untuk mendukung upaya-upaya yang dilakukan unsur umat Islam dalam membela Islam melalui jalan Demokrasi.

Bagi para aktifis yang berjuang memenangkan Islam dengan kemenangan paripurna melalui jalan jihad, mereka harus fokus pada pilihan jalannya.

Tapi saat bersamaan ia harus menyediakan hati yang lapang untuk menghormati bahkan mendukung jalan yang ditempuh aktifis lain yang berjuang melalui jalur Demokrasi, sepanjang perjuangannya memang untuk Islam.

*Sebaliknya, bagi aktifis Islam yang bergelut dengan Demokrasi, jangan lupa Demokrasi hanya boleh digunakan dalam rangka membela kepentingan Islam dan umat Islam.*

Selain itu, mereka harus menyediakan dada lapang untuk menghormati dan membela aktifis lain yang fokus membangun kekuatan jihad untuk meruntuhkan singgasana kekafiran.

🖤Persimpangan ini menjadi dilema. Kerap terjadi konflik antara pengusung jihad dengan penumpang Demokrasi. Pengusung jihad menuduh penumpang Demokrasi sebagai sesat bahkan kafir.

Sebaliknya, penumpang Demokrasi mendiskreditkan kaun jihadis bahkan antipati. Mereka menuduhnya sebagai teroris jahat yang merusak citra Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin.

Maka diperlukan arahan yang hati-hati agar semua dilema ini terakomodasi dan melahirkan rekomendasi yang bijak, terarah dan terukur. Bukan hanya dari sisi syar’i tapi juga sisi taktik strategi pemenangan Islam.

Dan rekomendasi ini bisa dipakai oleh kedua kubu sekaligus sebagai upaya mencari titik temu, sinkronisasi da sinergi. Beberapa pertimbangan dalam interaksi dengan demokrasi sebagai berikut:

1⃣Pertama, pada asalnya Demokrasi bertolak belakang dengan Islam. Karenanya seorang aktivis tidak boleh sengaja menempuhnya dalam kondisi normal dengan meninggalkan Islam. Tak boleh terjadi hati kecilnya lebih menyukai Demokrasi dibanding Islam.

2⃣Kedua, secara bangunan konseptual, sistem Demokrasi adalah syirik, kufur dan kontradiktif dengan Islam. Karenanya wajib disalahkan, dihujat dan diruntuhkan dengan kekuatan argumen yang bertumpu pada khazanah ilmu Islam dan keadilan universal.

Kaum jihadis umumnya sudah memainkan peran mendelegitimasi Demokrasi dalam banyak kajian mereka. Namun dari para penumpang Demokrasi belum nampak serangan mereka terhadap bangunan konseptual Demokrasi.

Umumnya justru memoles wajah Demokrasi dan merendahkan Islam dan jalan jihad. Padahal serangan ilmiah ini sama sekali tak kontradiktif dengan keberadaan mereka di gerbong Demokrasi, karena mereka menempuhnya melalui pintu darurat.

3⃣Ketiga, menumpang kendaraan Demokrasi dalam rangka membela Islam dan umat Islam, adalah menggunakan pintu darurat sehingga tidak mengubah sama sekali substansi Demokrasi yang bertolak belakang dengan Islam alias haram.

Sebagai pembanding, orang yang mengkonsumsi babi karena kondisi darurat yakni menyelamatkan nyawa sama sekali tak mengubah substansi babi sebagai barang haram yang harus dibenci dan dijauhi.

4⃣Keempat, menumpang kendaraan Demokrasi dalam mencapai tujuan bersifat sementara. Saat umat Islam sudah berhasil memukul kekuatan kekafiran, dan terbuka peluang untuk membangun kedaulatan bernegara, para penumpag Demokrasi harus legowo melepas Demokrasi, lalu hanya memakai Islam.

Jika momentum seperti itu masih menawarkan Demokrasi, itu artinya tidak mengerti betapa mematikan racun Demokrasi. Dan tidak tahu visi pemenangan Islam yang hakiki.

5⃣Kelima, Demokrasi hanya bisa dipakai untuk memperjuangkan Islam secara parsial. Oleh karenanya, para jihadis harus mengerti bahwa mustahil menitipkan agenda pemenangan Islam yang sempurna melalui kendaraan Demokrasi.

Jangan memberi beban target pencapain ideal atau terlalu berat kepada para penumpang Demokrasi. Sebab jika itu terjadi, akhirnya akan kecewa lalu menghujat secara tidak sehat kepada para aktifis penumpang Demokrasi.

6⃣Keenam, para penumpang Demokrasi wajib menghormati jalan jihad sebagai alat memenangkan Islam yang paripurna. Cita-cita kemenangan Islam paripurna harus pula meresap di benak sanubari para penumpang Demokrasi.

Jangan sampai penumpang Demokrasi salah paham dengan para pengusung jihad dengan menganggapnya sebagai para perusuh yang merusak Islam. Saling memahami peran masing-masing, dan saling mendukung akan melahirkan sinergi yang baik.

7⃣Ketujuh, para penumpang Demokrasi harus sadar, bahwa Demokrasi harus dideligitimasi dan diruntuhkan secara konseptual sebagai konsekuensi batilnya Demokrasi. Mereka tak boleh marah terhadap para dai yang menghujat Demokrasi, sebab mereka sedang menunaikan amanat dakwah.

Toh jika para penumpang Demokrasi mengakui bahwa keberadaan mereka di kendaraan Demokrasi adalah karena tuntutan situasi darurat, umat akan bisa memahami.

8⃣Kedelapan, kisruh dan konflik yang terjadi antara kaum jihadis dengan para penumpang Demokrasi lahir karena masing-masing tak sadar peran. Padahal keduanya dibutuhkan umat dalam rangka memperbaiki keadaan umat dan Islam.

Jalur Demokrasi berguna untuk menghadang penguasaan kaum kafir terhadap umat Islam. Sementara jalur jihad berguna untuk memenangkan Islam yang paripurna dan membasmi kekuatan kufur hingga akar-akarnya.

9⃣Kesembilan, jika ada penumpang Demokrasi yang larut dalam kenikmatan Demokrasi, perlu diingatkan agar kembali pada kesadaran amanat awal. Lakukan upaya ini dengan semangat ukhuwah Islamiyah, bukan kemarahan dan kebencian jahiliyah.

🔟. Kesepuluh, jika ada pengusung jihad yang kelewat semangat hingga menimbulkan kerusakan dan kezaliman, harus pula diingatkan dengan semangat ukhuwah Islamiyah yang sama.

Ingatkan juga kepada semangat awal jihad, sebagai alat meruntuhkan kekuatan kafir, bukan untuk menciptakan ketakutan di internal umat Islam.

Demikianlah upaya mencari titik temu antara dua kubu yang terkesan saling berseteru. Padahal keduanya dibutuhkan oleh umat untuk memperbaiki keadaan dan meraih kemenangan. Wallahu a’lam bis shawab.

🔵Sumber : Majalah An-Najah Edisi 138 Rubrik Kolom. Www.an-najah.net

✒Penulis : @elhakimi 14 – 4 – 2017

🔑Editor : Helmi Alfian