Thursday, September 16, 2021

Kejatuhan Partai Partai Islam Ikhwanul Muslimin di Dunia.

Maksimal masa jabatan Erdogan hanya bisa sampai 2028, jika 2023 nanti kembali terpilih sebagai presiden dalam periode kedua dalam sistem konstitusi baru.

Turki dibawah beliau mampu menjadi salah satu kekuatan utama dunia dalam berbagai bidang, yang dicapai hanya dalam waktu yang terhitung singkat. 19thn.

Turki sekarang bukan hanya sebagai kiblat GeoPolitik dunia Islam internasional, tapi juga menjadi game changer di kawasan juga dunia.

Disaat banyak partai Islam haluan konservatif roboh di berbagai negara, AKP yang didirikan Erdogan dengan narasi besar yang dibawa 19tahun lalu sekarang berbuah manis.

Hampir semua partai Islam konservatif di dunia Islam saat ini hancur hancuran. Terakhir kekalahan partai keadilan di Maroko yang sangat menyedihkan.

Partai keadilan Mesir, partai keadilan Maroko,  Yaman, Libya, dst. Semua perolehan suara mereka hancur hancuran.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa partai AKP Turki berbeda jauh dengan partai partai Islam konservatif di dunia Islam pada umumnya.

AKP bukanlah partai Islam, tapi partai modern yang lahir untuk bekerja menyesuaikan masalah negara. Bukan untuk berdebat soal idelogi apakah saya Ikhwanul muslimin atau bukan seperti yang sering diperdebatkan oleh kalangan konservatif lainnya.

Debat ideologis biasanya menarik bagi kalangan aktivis, tapi hal ini sudah menunjukkan kegagalan di berbagai negara. Yang tersisa hanya heroisme kosong tanpa isi.

Di titik inilah saya selalu memberikan pemahaman kepada semua kader partai Gelora, bahwa merubah mindset sebagai aktivis ke mindset politisi itu sangat mendesak dilakukan dalam skala nasional.

Partai partai yang terhubung dengan Ikhwanul muslimin di dunia saat ini semua berjatuhan, karena disamping narasi politik yang lemah, juga leadership yang tidak punya kapasitas skala negara.

Di berbagai negara Islam saat ini, partai partai Islam konservatif cenderung decline dan hanya soal waktu, di Indonesia juga akan mengalami hal yang sama.

Kalau partai keadilan Maroko saja yang sudah pernah berkuasa, memiliki 125 kursi di parlemen, sekarang hanya sisa 12 kursi dan gagal lolos ke parlemen. Apalagi partai konservatif yang belum pernah berkuasa?

Polanya hampir sama, semua partai Islam konservatif tadi menganut sistem tertutup dan tidak totally Blending dengan negara, ditambah ambisi para pimpinan nya untuk saling sikut. Akhirnya Partai hancur.

Dalam kasus partai keadilan Maroko, kekalahan menyakitkan mereka sebagai incumbent pada dasarnya bukan soal karena mereka setuju menjalin hubungan dengan Israel semata. Itu hanya triggering factor.

Tapi faktor utama kejatuhan mereka adalah kekisruhan internal antara elit partai. Terutama antara Abdelillah Ben Kirane dengan Sa'aduddin Al Utsmani yang sudah dimulai sejak 2016.

Ditambah dengan faktor penting lainnya soal kepasitas mereka yang lemah dalam mengelola negara. Maroko di bawah partai keadilan sangat hancur. Plus leadership Sa'duddin Al Utsmani sebagai PM sekaligus kader Partai keadilan sangat buruk.

PM Maroko itu dua hari jelang pemilu disana malah sempat diusir warga saat dia kampanye, karena dianggap biang kehancuran Maroko selama ini. dan terbukti, PM sendiri kalah di dapil nya sendiri saat pemilu kemarin.

Partai Islam konservatif yang terafiliasi dengan Ikhwanul muslimin saat ini bukan hanya hancur, tapi juga suram masa depannya untuk bangkit lagi apabila terus mempertahankan gaya lama.

Di Indonesia, partai Islam konservatif yang terhubung dengan Ikhwanul muslimin baik langsung atau tidak adalah Partai Keadilan Sejahtera. Sama seperti partai keadilan di Maroko dan partai Islam di berbagai negara lain.

Kemungkinan nasib Partai Keadilan Sejahtera juga akan sama dengan partai keadilan Maroko, jika saya membaca banyak hasil analisa para pakar politik dunia Islam dari Qatar, Turki, Mesir, dll yang ditulis pasca kekalahan menyakitkan partai keadilan di Maroko. Ini hanya soal waktu kata mereka.

Bagi sebagian aktivis, heroisme dan fanatisme jauh lebih penting daripada isi dan substansi. Hal ini dikarenakan cara membaca peta politik yang berbeda. Aktivis cenderung berpolitik dengan rasa bukan dengan rasionalitas.

Aktivis cenderung lebih suka yang berbau heroik dan berapi api, disaat yang sama suka mematikan akal untuk ijtihad agar lebih relevan dan lebih tangible.

Kehancuran berbagai partai Islam konservatif di berbagai negara Islam harus menjadi fokus dalam upaya memperbaiki platform sebuah narasi politik kedepannya. Bahwa tidak ada alasan mempertahankan sesuatu yang sakit.

Di Maroko baru baru ini, kekalahan islamis disana bukan hanya menyedihkan, tapi mengarah kepada pembubaran partai itu sendiri karena selain kalah pemilu, partai konservatif ini juga mengalami kekalahan mental yang parah di tataran pimpinan nya.

Satu satunya partai politik yang kokoh di negara Islam saat ini hanya AKP di Turki. Makanya Secara otomatis Turki menjadi kiblat negara negara Islam di dunia.

Heroisme tanpa isi biasanya hanya akan menimbulkan penyesalan di akhir. Sebelum terjadi, memang orang sering menganggap remeh. Tidak mau peduli terhadap masukan, karena merasa sudah paling bagus, paling islami, paling militan. Dst.

Kalau partai keadilan Mesir saja yang punya kader 20juta lebih hanya habis dalam waktu 6bulan dan jadi pesakitan. Apalagi partai konservatif lain yang hanya punya satu dua juta Kader yang hanya unggul disisi kuantitas semata tanpa kualitas dan real power.

Ijtihad partai Gelora adalah ijtihad merintis jalan baru yang dianggap paling relevan dengan kebutuhan Indonesia dan segala tantangannya di masa depannya. 

Partai Gelora tidak ada kaitannya sama sekali dengan haluan Mazhab transnasional yang berafiliasi ke luar negeri. Langsung atau tidak.

Oleh sebab itu, semua kader partai Gelora di seluruh Indonesia perlu memiliki pemahaman yang baik, bahwa keterbukaan dan kolaborasi narasi partai dengan narasi bangsa adalah final tanpa bisa di tawar.

Bahwa perjalanan ini adalah perjalanan panjang dan marathon. Dengan semua platform partai yang sudah disusun dengan rapi. Target menjadikan Indonesia sebagai kekuatan utama dunia sekaligus menjadi kiblat baru dunia Islam kedepannya adalan harapan juga tantangan besar. 

Jalan itu terlihat jauh, tapi hitungan kita, kita mampu sampai di garis finish dengan happy ending InsyaAllah.

Tengku Zulkifli Usman✓
Pengamat GeoPolitik Internasional & Fungsionaris DPN Partai Gelora Indonesia.