Monday, November 23, 2020

"H-R-S, Dalam Catatan”


Oleh: Dr. Ahmad Musyaddad


Belakangan ini, dunia medsos tanah air gempar dengan pernyataan seorang artis yang dinilai merendahkan seorang tokoh, ulama dan habib. Berita ini menjadi semakin liar, ketika  pernyataan tersebut ditanggapi banyak pihak, tak terkecuali oleh HRS. Sosok ulama dari kalangan habaib yang memiliki pengaruh di tengah gempita konstalasi politik di tanah air. Beliau merespon pernyataan si artis dengan ungkapan yang dinilai oleh beberapa pihak sebagai ungkapan menghina, tak pantas, jorok dan tidak layak diucapkan oleh seorang ulama, terlebih dari kalangan dzurriyah Rasulullah saw.


Dalam coretan ini, saya tidak akan mengomentari ungkapan si artis, sebab memang sudah jelas kontennya, situasinya, siapa yang melontarkannya dan apa motif di balik ungkapan tersebut. Saya juga tidak ingin masuk ke ruang regulasi tentang aturan protokol kesehatan dan pelanggaran yang dilakukan banyak pihak terkait kerumunan dan lainnya, sebab hal ini sudah banyak didiskusikan di forum-forum diskusi yang bermartabat. Saya hanya ingin masuk ke ungkapan HRS dalam menyikapi pernyataan si artis yang dinilai merendahkan itu.


Dari banyak video yang viral kita mendapati banyak pihak bersuara menyesali ungkapan HRS, mulai dari Pangdam Jaya sampai tokoh agama. Video-video tersebut lalu dikomentari oleh banyak pihak dengan komentar-komentar pedas yang menyudutkan Sang Habib. Alasannya, tidak sepatutnya ulama mengeluarkan kata-kata kotor, Islam adalah agama kasih sayang, Nabi saw mengajarkan kepada umatnya untuk berkata-kata yang baik, dan lain sebagainya.


Di sini saya ingin mengajak sahabat sekalian untuk membuka wawasan beragama kita lebih dalam. Apa yang ingin saya sampaikan bukan pembelaan terhadap HRS, tetapi lebih pada memposisikan ulama pada tempatnya. Saya hanya meyakini bahwa sosok HRS saat ini sedang berjuang membela idealisme yang beliau yakini, yaitu menegakkan kebenaran dan melawan ketidakadilan. Saya meyakini, dari interaksi bersama beliau selama ini, bahwa beliau adalah orang yang bertindak dengan ilmu dan didasari oleh nafas keikhlasan. Jikapun ada kekhilafan, maka beliau adalah manusia yang tidak luput dari salah dan khilaf. Wala nuzakki ‘alallahi ahadan..


Jadi begini, inti masalahnya adalah apakah ungkapan yang dilontarkan oleh HRS itu memiliki sandaran dalam referensi keislaman kita? Ini menarik.

Jika kita membaca sirah nabawiyah dengan teliti, kita akan mendapati episode-episode menarik yang dapat kita jadikan ruang memberi uzur kepada ulama seperti HRS dalam melontarkan ungkapan merendahkan kepada seorang artis yang melecehkan ulama dan menghina perjuangan beliau. Salah satunya adalah ungkapan Abu Bakar as-Shiddiq yang dilontarkan di hadapan Nabi saw ketika membentak ‘Urwah bin Mas’ud ats-Tsaqafi saat terjadi peristiwa Hudaibiyah tahun 6 H.


‘Urwah yang saat itu menjadi delegasi kaum kafir Quraisy untuk menemui Rasulullah saw di Hudaibiyah meragukan kesetiaan para sahabat dalam membela Nabi saw dengan melontarkan ungkapan merendahkan. Mendengar ungkapan itu, Abu Bakar angkat bicara. Beliau membentak ‘Urwah bin Mas’ud dengan mengatakan, “Umshush bi bazhri al-laat” (sedotlah olehmu kemaluan berhala Latta). Riwayat tersebut disebutkan oleh Imam Bukhari dalam Shahihnya.  Ini adalah ungkapan paling menyakiti perasaan jika didengar oleh orang arab. Arti dari ungkapan ini pun sangat jorok jika ditangkap oleh telinga orang Indonesia. 


Abu Bakar.. wamaa adraaka man Abu Bakar. Sosok santun yang kebiasaannya menangis di hadapan Rabbnya. Sosok pemurah yang hartanya diinfakkan semua di jalan Allah. Dari lisan beliaulah ungkapan tersebut keluar. Radhiyallahu ‘anhu wa ardhaah. Beliau melontarkan ungkapan itu kepada orang yang pantas mendapatkannya dan dalam situasi dan kondisi yang tidak biasa. Mari kita simak penjelasan para ulama, ketika mensyarah umpatan Abu Bakar as-Shiddiq ini.


Ibnu Hajar dalam Fathul Baari mengatakan, “Ujaran ini adalah dalil bolehnya melontarkan ungkapan jorok dengan maksud memberikan pelajaran kepada orang yang berhak mendapatkannya.” Ibnul Qayyim dalam az-Zaad berujar, “Ini menunjukkan bolehnya menyebut bagian dari aurat dengan terus terang, jika terdapat maslahat pada konteks tersebut.” Adapun Ibnu Taimiyah berkata, “Jika lawan bicara melakukan kezaliman, maka kita tidak diperintahkan untuk menjawabnya dengan ujaran yang baik.” 


Para ulama berpendapat bahwa jika konteks yang dihadapi menghajatkan seseorang harus terus terang mengungkapkan ungkapan buruk demi menghadirkan maslahat dan mencegah kerusakan, maka hal itu tidak mengapa dilakukan. Ini tidak bertentangan dengan sabda Nabi saw, “Seorang mukmin itu tidak menjadi pencaci, pelaknat dan berujar kotor.” Dalilnya adalah firman Allah, “Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang, kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. an-Nisa’: 148) dan dalam konteks Abu Bakar, Nabi saw tidak menegur beliau. Kalaulah yang dilakukan beliau adalah kekeliruan, maka pasti Baginda Nabi saw melarangnya. Tetapi Nabi saw justru membiarkannya sebagai sebuah taqrir (persetujuan). Dan beliau tidak pernah sama sekali menyetujui sesuatu jika hal itu adalah batil.


Nah, pembaca yang budiman, ini hanyalah sekelumit dari wawasan Islam yang tercatat rapi dalam khazanah keilmuan kita. Pada akhirnya, saya serahkan kepada anda apakah konteks Hudaibiyah dapat diqiyaskan kepada perjuangan HRS ataukah tidak. Jawabannya kembali kepada Anda. Yang jelas, jika pembaca menilai bahwa HRS adalah orang yang terzalimi, baik oleh penguasa, aparat atau si artis, maka ayat di atas cukup menjadi pegangan beliau dalam berhujjah. Beda halnya, jika anda tidak menganggap beliau terzalimi. 


Jika ada saudara seiman yang menganggap ujaran beliau adalah sesuatu yang hina, mungkin dia belum banyak membaca catatan sejarah perjuangan Islam. Dan jika ada ulama, kiyai atau habaib yang menganggap beliau tak pantas berujar demikian, mungkin beliau-beliau itu belum merasakan dizalimi sebagaimana kezaliman yang dirasakan oleh HRS. Sebab memang jika dilacak track record beliau, tidak didapati beliau mengungkapkan kata-kata yang buruk, kecuali kepada orang yang dianggap melakukan kezaliman. Dan tentunya kita sepakat, bahwa perkataan yang baik kepada siapapun adalah sesuatu yang lebih dekat kepada maslahat.

 

Tetap bersatu. Katakan yang benar. Jangan buru-buru salahkan ulama. Dan yang terpenting, jaga jarak dengan hati tak boleh berjarak. 


*Mekkah, 06-04-1442 H*

Sunday, November 01, 2020

Ini adalah PESAN dari Ny. MARYAM PETRONIN, Atau SOPHE PETRONIN wanita Kulit putih Perancis yang MASUK Islam, kepada Presiden Prancis MACRON


Tuan Macron




Damai bagi mereka yang mengikuti petunjuk dan, sebagai berikut ... Saya menerima bahwa Anda heran bagaimana Sophie Petronin, seorang wanita Perancis ras kulit putih murni, Kristen Katolik, telah masuk Islam setelah 75 tahun menjadi Kristen dan selama 4 tahun penahanan di antara umat Islam!




Izinkan saya menyederhanakan segalanya untuk Anda, Tuan Macron ...




Ya, saya adalah seorang tawanan Muslim ... tetapi mereka tidak pernah menyentuh saya dengan buruk dan perlakuan mereka terhadap saya adalah penghargaan dan penghormatan. Mereka biasa menawari saya makanan dan minuman dan mempengaruhi saya pada diri mereka sendiri meskipun sumber daya langka .. dan mereka menghormati privasi saya. Tidak ada yang pernah melecehkan saya secara verbal atau fisik, dan mereka tidak menghina agama saya, Yesus atau Perawan Damai atas mereka berdua seperti yang Anda lakukan dengan Nabi Muhammad, saw.

Mereka tidak memaksakan Islam pada saya, tetapi saya melihat dalam akhlak mereka orang-orang yang menyucikan diri dengan air dan berdoa kepada Tuhan shalat lima waktu dan puasa bulan Ramadhan




Tuan Macron ...




Orang Muslim di Mali memang miskin, ya, dan negara mereka miskin. Tidak ada Menara Eiffel dan mereka tidak tahu parfum Prancis kita, tetapi mereka adalah yang paling bersih dari kita dan hati yang paling murni.

Ya, mereka tidak memiliki mobil mewah dan tidak menghuni menara-menara tinggi, tetapi perhatian mereka di atas awan dan iman mereka lebih teguh dari pada pegunungan.




Tuan Macron ...




Pernahkah Anda mendengar pembacaan Al-Qur'an dalam hidup Anda saat mereka membaca Al-Qur'an dalam doa mereka saat fajar dan malam?

Betapa indahnya bacaan bahkan jika Anda tidak mengerti apa yang mereka lantunkan, dan tubuh Anda gemetar dan tubuh Anda gemetar saat Anda mendengarkan mereka melantunkan firman Tuhan, karena mereka menghafalnya dengan hati. Kemudian Anda menyadari dalam pikiran bawah sadar Anda bahwa ini bukanlah ucapan manusia melainkan melodi surgawi yang turun dari langit dan Anda memiliki keinginan kuat untuk mengetahui arti dari apa yang Mereka nyanyikan saat fajar dan di malam hari dari himne surgawi!



Tuan Macron ...




Sudahkah Anda membuat satu sujud dalam hidup Anda untuk Tuhan dan membuat dahi Anda menyentuh tanah dan berbisik kepada Tuhan Anda tentang kekhawatiran Anda dan berterima kasih kepada-Nya atas berkat-Nya seperti yang mereka lakukan? Pernahkah Anda merasakan kedekatan Tuhan dengan Anda dan kedekatan Anda dengan-Nya?




Tuan Macron ...




Wanita mereka hitam seperti arang, tapi hati mereka putih seperti susu. Mereka memakai pakaian sederhana, tetapi di mata laki-laki mereka adalah yang paling cantik, mereka tidak bergaul dengan laki-laki asing, mereka tidak mengganggu mereka, dan salah satu dari mereka tidak memasukkan seorang laki-laki ke dalam rumahnya tanpa kehadiran suaminya. . Mereka tidak minum alkohol, tidak bermain judi, dan tidak berzina!




Tuan Macron ...




Kaum Muslim di sana percaya pada semua nabi, bahkan Nabi Tuhan Yesus yang mereka cintai lebih dari kita.

Dan ibunya, Mary, yang saya namai menurut namanya karena cinta dan penghormatan mereka yang besar terhadapnya dan posisinya.




Tuan Macron ...




Anda mungkin bertanya kepada saya: Bagaimana mereka mencintai Kristus lebih dari kita?

Saya menjawab Anda: Ya, mereka mencintai Tuhan Kristus lebih dari kami karena negara kami menumpahkan darah orang yang tidak bersalah dalam nama Kristus, negara mereka menjadi sunyi dan kekayaan mereka dijarah, jadi kami menikmati barang-barang dari negara-negara Muslim dan kami mengekstraksi upeti dari penguasanya dengan berbagai cara dan kami memaksakan proyek komersial dan konsumen yang tidak berkembang pada mereka dan menyebarkan hasutan di antara mereka dan kemudian menjual senjata untuk membunuh satu sama lain, tetapi kami tetap Kami menganggap mereka teroris ketika mereka menyadari bahwa kami adalah terorisnya, bukan mereka!

Tetapi mereka memperlakukan saya dan sandera lainnya dengan moral Kristus yang kami pelajari di gereja-gereja tetapi kami tidak menerapkannya pada kenyataannya.




Tuan Macron ...




Kesimpulannya ... Saya tidak ingin mendeklarasikan Islam saya di Mali sehingga saya tidak akan dikatakan telah masuk Islam di bawah pedang, dan saya memutuskan untuk mendeklarasikan Islam saya saat saya bebas di tanah Prancis untuk menyampaikan pesan Islam kepada jutaan orang Prancis dan Eropa dengan bagian-bagian Kristen dan ateisnya secara keseluruhan!




Tuan Macron ...




Ini adalah agama Islam yang kalian perangi siang dan malam, ini telah menggerakkan hati saya dan memenuhi pikiran saya ...




Saya tidak lagi melihat Prancis dengan keindahan glamornya

Mali yang paling indah dari yang miskin, sederhana

Saya bahkan memutuskan untuk kembali lagi. Tapi setelah mengajak keluarga dan orang yang saya cintai masuk Islam.

Karena saya ingin mereka merasakan manisnya apa yang telah saya rasakan dari penyembahan kepada satu-satunya Tuhan, yang untuknya tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Pemurah, Yang Maha Penyayang, dan saya ingin mereka kebaikan dunia ini dan akhirat.




Saya juga mengundang Anda untuk masuk Islam dan mengulang akun Anda dengan agama besar ini, yang merupakan pesan dari semua nabi dan rasul dari zaman Adam, melewati Yesus Kristus, dan diakhiri dengan tuan dari Anam * Muhammad * sallallahu alaihi wasallam .atas dia.

Dan damai sejahtera bagi mereka yang mengikuti petunjuk ...




*{Maryam Petronin}*