Tuesday, December 30, 2014

Inilah di antara tulisan terbaik Syekh Ali Thanthawi Mesir Rahimahullah

Pada saat engkau mati, janganlah kau bersedih. Jangan pedulikan jasadmu yang sudah mulai layu, karena kaum muslimin akan mengurus jasadmu.
Mereka akan melucuti pakaianmu, memandikanmu dan mengkafanimu lalu membawamu ke tempatmu yang baru, kuburan.

Akan banyak orang yang mengantarkan jenazahmu bahkan mereka akan meninggalkan pekerjaannya untuk ikut menguburkanmu. Dan mungkin banyak yang sudah tidak lagi memikirkan nasihatmu pada suatu hari.....

Barang barangmu akan dikemas; kunci kuncimu, kitab, koper, sepatu dan pakaianmu. Jika keluargamu setuju barang2 itu akan disedekahkan agar bermnfaat untukmu.

Yakinlah; dunia dan alam semesta tidak akan bersedih dg kepergianmu.
Ekonomi akan tetap berlangsung!
Posisi pekerjaanmu akan diisi orang lain.
Hartamu menjadi harta halal bagi ahli warismu. Sedangkan kamu yg akan dihisab dan diperhitungkan untuk yang kecil dan yang besar dari hartamu!

Kesedihan atasmu ada 3;
Orang yg mengenalmu sekilas akan mengatakan, kasihan.
Kawan2mu  akan bersedih beberapa jam atau beberapa hari lalu mereka kembali seperti sediakala dan tertawa tawa!
Di rumah ada kesedihan yg mendalam! Keluargamu akan bersedih seminggu dua minggu, sebulan dua bulan, dan mungkin hingga setahun??
Selanjutnya mereka meletakkanmu dalam arsip kenangan!

Demikianlah "Kisahmu telah berakhir di tengah2 manusia".
Dan kisahmu yang sesungguhnya baru dimulai, Akhirat!!
Telah musnah kemuliaan, harta, kesehatan, dan anak.
Telah engkau tinggalkan rumah, istana dan suami/istri tercinta.
Kini hidup yg sesungguhnya telah dimulai.

Pertanyaannya adalah:
Apa persiapanmu untuk kuburmu dan Akhiratmu??
Hakikat ini memerlukan perenungan.

Menjalankan kewajiban kewajiban,
hal-hal yg disunnahkan,
sedekah rahasia,
merahasiakan amal shalih,
shalat malam,
Semoga saja engkau selamat.

Andai engkau mengingatkan manusia dengan tulisan ini insyaAllah pengaruhnya akan engkau temui dlam timbangan kebaikanmu didalam akhirat.

Sunday, July 20, 2014

Kenapa Kita Jadi "Sakit" begini??

Curahan hati pendukung dan timses jokowi yg slalu dicaci maki dan dihujat....

BAGAIMANA CARANYA KAMI CURANG ??!
Exit poll kalah, menuduh curang!.
Quick count kalah, menuduh curang!.
Real count kalah, menuduh curang!.
Rekap KPU kalah, menuduh curang!.
Pemilu di pusat pemerintahan ibu kota Jakarta kalah, minta diulang!.
Sudah diulang di 16 TPS Jakarta, tetapkalah di Jakarta. Dan minta lagipemilu ulang di 5600 TPS Jakarta.

Kemudian Mendesak meminta seluruh pemilu diulang!.
Kemudian meminta keputusan KPU ditunda!.
Memangnya kau raja yang harus dipatuhi semua keinginannya??!
Memangnya tugas rakyat hanya mencoblos??!
Memangnya pemerintah hanya sekedar orang suruhan kalian??!
Memangnya trilyunan rupiah dana negara hanya untuk mengabulkan ambisi kalian saja??!
Mengaku tak mungkin kalah ribuan kali.
Media kalian semuanya menyiarkan klaim kemenangan hasil perhitungkan suara.
Kalianpun sudah mengumumkan kemenangan ke banyak media luar negeri, bahkan sudah pula show off power dengan syukuran sebelum pengumuman resmi.
Baru baru ini media kalian juga sudah mengedarkan video pengakuan kekalahan Jokowi??
Lalu mengapa masih merasa perlu mengumpulkan 2000 advokat??!
Masih merasa perlu mendesak untuk pemilu ulang??!

Bagaimana caranya kami curang??!
Padahal partai penguasa negeri ini ada bersama kalian.
Dua pertiga partai besar mendukung di belakang kalian.
Parlemen kami dikuasai orang orang kalian.
Golongan orang kaya dan ekstrimis agama ada di pihak kalian.
Ormas ormas, aliansi bisnis, aliansi dagang, aliansi profesi, bahkan ibu ibu pengajian-pun sudah dalam genggaman kalian.

Petinggi negara, dari eselon tertinggi sampai pak RT berada di pihak kalian.
Enam puluh persen Gubernur dan kepala daerah seluruh Indonesia, yang menjadi penyelenggara pemilu di daerah kekuasaan masing masing, itu pun berasal dari partai dalam koalisi kalian.
Aparat yang biasanya menjaga kamipun, menjual kesetiaan pada kalian.
Uang kalian begituberlimpah! itupun juga tak pernah habis.
Mampu berpromosi bertahun tahun, dan selama periode kampanye mampu setiap 5 menit sekali beriklan di prime time beberapastasiun televisi.

Kalian mampu membayari puluhan acara seremonial deklarasi, mengundang syukuran dan silaturahmi di hotel hotel berbintang, menyediakan ratusan ribu seragam putih berbodir garuda merah dan box makanan bagi simpatisan kalian.
Sedangkan simpatisan kami membawa bekal makanan berbuka sendiri sendiri, dan hampir tak pernah berseragam, kecuali seragam kotak lusuh yang dibeli kala pemilihan gubernur dahulu.
Kalian begitu tinggi di atas, begitu memiliki segalanya.
In term of networking, power and money, we are nothing against you.
Para elite politik, elite sosial, elite entreperneur ada di pihak kalian.
Dan semua leader, semua orang cerdas dan semualaki laki jantan di Indonesia sudah kalian klaim memihak kalian seluruhnya.
Sedang kami hanya memiliki hati rakyat.

Lalu bagaimana caranya kami curang???
Pada masa kampanye kemarin kalian begitu masif menyudutkan Jokowi.
Jika Jokowi membangun koalisi tanpa syarat, kalian bilang mustahil tanpa bagi bagi kursi.
Sementara Prabowo yang menjamin menteri utama, kalian anggap wajar sebagai bagian dari kerja sama.
Jokowi buka tiga Rekening sumbangan, kalian katakan Jokowi itu pengemis.
Tapi ketika Prabowo buka rekening sumbangan, kalian katakan itu murni gotong royong.

Lalu Jokowi harus bagaimana??!
Jokowi kalah pidato, kalian katakan ndeso, lembek dan tidak pantes jadi Presiden.
Tapi kalau Prabowo kalah debat, kalian katakan “Jokowi curang,pasti soalnya bocor duluan”
Jokowi ketemu Dubes, kalian katakan antek asing.
Tapi jika Prabowo ketemu Dubes, kalian katakan “Itu hanya silaturahim”.

Lalu Jokowi harus bagaimana??!
Jokowi naik pesawat sekali saja, kaliankatakan “pasti yang biayai cukong”, padahal namanya keluar kota tidak mungkin naik becak.
Sementara ketika Prabowo kemana-mana naik Jet dan Helikopter, kalian tidak pernah mempersoalkan.
Jokowi Sholat, kalian katakan Jokowi jual agama, bahkan Jokowi jadi imam pun dianggap tidak tau tatacara sholat.
Sementara jika foto Prabowo sholat, kalian bilang “Ini contoh pemimpin yang islami”, padahal Prabowo sendiri tidak pernah jadi imam sholat (mungkin tidak hafal bacaan sholat).

Lalu Jokowi harus bagaimana?? atau kalian yang harus bagaimana??!
Kalian degan lantang katakan ibu Jokowi Nasrani.
Padahal jelas jelas ibu dan saudara Prabowo yang Kristen kalian diam saja dan itu dianggap sebagai keluarga yang menghormati perbedaan.
Jokowi Sholat Jumat, kalian katakan “pencitraan”.
Tapi jika prabowo yg faktanya tidak sholat Jumat, malah kalian katakan “wajar musafir boleh dirukhsoh”.

Lalu Jokowi harus bagaimana?? atau kalian yang harus bagaimana??!
Jokowi dan Megawati bertemu degann Dubes Amerika, kalian katakan “Antek asing”.
Tapi kalau Hasyim adik Prabowo mengemis dukungan Amerika kalian bilang
“Wajar kita harus menjalin komunikasi yang baik”.
Jokowi bawa istri sendiri, kalian katakan pamer dan sok romantis.
Tapi kalau Prabowo cipika-cipiki degan mantan istrinya (padahal hubungannya sudah tidak halal lagi) kalian anggap wajar.

Lalu Jokowi harus bagaimana?? atau kalian yang harus bagaimana??!
Pada saat 7 lembaga survei memenangkan Jokowi, kalian katakan itu karena ada afiliasi dan dibayar jokowi.
Tapi kalau 4 lembaga Survei yang memenangkan Prabowo, kalian katakan “itu yang paling benar” Lalu Jokowiharus bagaimana?? atau kalianyang harus bagaimana??!
Lalu sekarang jokowi menang via KPU kalian katakan curang.

Lalu Jokowi harus bagaimana?? atau kalian yang harus bagaimana??!
Yang jujurpasti menang!!
Karena diridhoi Tuhan Yang Maha Kuasa.
Yang Culas pasti jadi pecundang!
Sekarang terserah kalian mau mengakui kekalahan atau tidak,sudah tidak penting lagi bagi kami para relawan untuk kemenangan hati nurani rakyat Indonesia.

Wednesday, July 02, 2014

Taujih Ramadhan @Banda Aceh 02 Juli 2014



Rekan-rekan marilah kita bermuhasabah terhadap semua amalan kita, perbuatan kita dan tingkah laku kita selama ini karena seorang sahabat nabi yang juga khulafaurasyidin Umar Ibnul Khatab R.A, pernah berkata “Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu, hisablah dirimu terlebih dahulu sebelum kita dihisab (nanti di hari akhir oleh Allah).
-          Suatu kali Rosulullah SAW pernah menaiki mimbar untuk berkhutbah. Saat menginjak anak tangga pertama beliau mengucapkan AMIN, begitu pula dengan anak tangga kedua dan ketiga. Lalu para sahabat seusai shalat bertanya pada beliau mengapa beliau mengucapkan AMIN.
Beliau menjawab bahwa Malaikat Jibril datang dan berkata “Kecewa dan merugi seseorang yang bila namamu disebut dan dia tidak mengucap shalawat atasmu. Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya tetapi dia tidak sampai bisa masuk ke syurga. Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup pada bulan Ramadhan tetapi tidak terampuni dosa-dosanya  (HR Ahmad).
-          Sahabat…marilah kita merenungi perjalanan hidup kita dari Ramadhan ke Ramadhan…berapa banyak dari kita hanya sanggup jadi penonton ketika rekannya sibuk bertadarus, sibuk dalam aktivitas yang memurnikan ketaatan sementara kita hanya bisa berikrar dan berjanji  dalam hati-hati kita berkali dan berulang-ulang untuk bisa lebih banyak ibadah dalam Ramadhan kali ini tapi hanya tinggal niat saja di hati. Kita tak sanggup jadi pemberontak bagi hawa nafsu kita sendiri, berapa banyak waktu terbuang dan kita tinggalkan sementara hal tersebut bisa berbuah beberapa ayat Al-Qur’an ketika kita eja satu-satu hingga satu juz sehari, berapa banyak tasbih yang kita rangkai untuk mengundang kemurahan Allah di bulan Ramadhan ini…
-          Berapa banyak dari kita ketika Ramadhan menjelang hanya punya daftar makanan apa yang belum kita cicipi untuk berbuka, penganan apa yang belum kita beli untuk memenuhi hawa nafsu berbuka puasa kita, sementara ketika waktu azan tiba tak satupun makanan itu berguna untuk ibadah kita bahkan membuat kita malas beribadah dan akhirnya terlewatkan dengan tidur kekenyangan dan kelelahan makan daripada ber ibadah tarawih dan bertadarus.  
-          Rekan-rekan dan sahabat yang saya cintai,  mari kita merenungkan hal yang sebenarnya adalah perihal dan kepentingan Allah dan bukan kepentingan kita, dan sebaliknya ada hal yg sebenarnya itu adalah untuk kepentingan kita tapi kita menyangka Allah butuh hal itu.
-          Berapa banyak dari kita yang merasa harus mengumpulkan pahala yang banyak karena untuk kepentingan Allah, kita merasa Allah perlu disembah dan Allah akan berkurang keagunganNya karena kita kurang taat padaNya, ingatlah sahabat, rekan-rekanku, bahwa Allah tak perlu kita..Allah tak perlu amal ibadah kita yang sedikit dan penuh riya’ itu, Allah tak kan pernah mati karena kita tak memberinya makanan berupa ibadah..Allah tak perlu kita dan benar-benar tak memerlukan kita….
-          Berapa banyak dari kita yang melaksanakan amal ibadah karena ada kepentingan didalamnya, kita mengerjakan sholat dhuha agar banyak rejeki, kita mengerjakan sholat malam hanya ingin  curhat dalam do’a kepadaNya, kita berinfaq sepuluh ribu karena berharap dibalas ribuan bahkan ratusan juta rupiah yang kembali ke rekening kita entah dari mana, padahal kita bukan berdagang sama Allah kita bukan barter barang sama Allah, bukankah kewajiban kita untuk menyembah Allah semata karena Dia Robb yang menciptakan kita dan memberikan kita hidup, bukankah seharusnya kita memurnikan rasa syukur kita kepadaNya dengan tulus ikhlas dengan beribadah tanpa pamrih…Allah punya hak untuk disembah karena dia Robb yang mencipta dan menguasai seluruh alam termasuk diri kita.
-          Dalam hal berdo’a berapa banyak dari kita yang berdo’a melampaui batas, kita kadang tak sadar ketika berdo’a seakan akan amalan yang kita miliki telah cukup, kita merasa cukup karena mampu sholat semalam suntuk, kita merasa banyak amal karena uang yg telah kita infaqkan banyak sepenuh dompet,  bahkan kita merasa sangat beriman padahal perilaku buruk yang kita tunjukkan kepada teman, kita anggap sebagai toleransi, semua membuat kita jumawa ketika berdo’a pada Allah, kita seenaknya saja meminta ini itu pada Allah, minta jabatan padahal kita kerja lebih banyak mengeluh dari pada berkontribusi, minta rejeki yang berkah yang halal yang banyak padahal kita banyak menipu dan memanfaatkan orang hingga orang tersebut tak sadar kita manfaatkan, minta anak2 sholeh dan sholehah padahal kita gak bisa jadi orang tua yang bijak dan sholeh, kita meminta ini itu seakan-akan Allah adalah suruhan kita yang harus mengabulkan semua ingin kita…
-          Berapa banyak dari kita yang berucap Bismillah ketika memulai suatu pekerjaan tetapi pekerjaan kita tak ada manfaatnya buat Allah, padahal pekerjaan kita tidak ada sangkut pautnya dengan Allah, kita merasa mengikuti sunnah nabi ketika memulai pekerjaan dengan Bismillah karena nabi memulai segala pekerjaan yang didalamnya ada kepentingan dakwah dan kemashlahatan Islam serta kaum muslimin, sedangkan kita memulai Bismillah untuk kepentingan kita sendiri, untuk urusan perut kita sendiri untuk urusan nafkah sendiri yang jauh dari memikirkan kepentingan ummat dan kejayaan Islam.
-          Begitu juga ketika kita memanjatkan do’a kepada Allah, kebanyakan dari kita hanya berdo’a untuk urusan kita sendiri, minta diberi kekayaan, berdo’a meminta diberi jabatan, minta jodoh yang cantik molek spt selebritis, yg gantengnya seperti boy band dan banyak lagi, minta rejeki yang banyak yang halal yang berkah tujuh turunan, padahal nabi tak pernah berdo’a semacam itu malahan Nabi berdo’a untuk kemaslahatan ummatnya, kita lupa mendo’akan saudara-saudara kita yang tengah menderita di belahan dunia lain, di Palestina, di Suriah, di Mesir dan dinegeri-negeri Islam yang kini tengah bergejolak, kita sibuk meminta kemakmuran untuk urusan pribadi kita dan lupa berdo’a untuk saudara-saudara kita yang sedang menderita, di dzolimi dan meregang nyawa karena dibantai musuh2 nya.
-          Berapa banyak dari kita ketika mendengar ummat Islam dalam posisi yang rugi dan terpojok lalu cuci tangan dan mengatakan itu bukan jama’ah kami atau bukan bagian dari kami dan bukan golongan kami, padahal yang kita dengar adalah saudara muslim kita sendiri yang perlu dukungan penuh dari kita, sampai hari ini kita masih ingat ketika ummat Islam dituduh teroris oleh Negara Barat semata-mata karena ummat Islam berjuang mempertahankan marwahnya di negeri-negeri mereka, mempertahankan harga dirinya yang di injak-injak oleh musuh2nya yang sebenarnya adalah musuh-musuh kita juga, alangkah mudahnya kita membela kepentingan orang-orang Nasrani dan Yahudi bahkan kita juga gampang membela kepentingan syaithan dan golongannya dan berkhianat terhadap kaum muslimin dan Islam secara keseluruhan.
-          Lalu muslim seperti apa kita yang tak sanggup mendukung PERDA Syariah misalnya, tak sanggup istiqommah mendukung komunitas-komunitas yang berbendera Islam padahal komunitas itu berlandaskan Islam dan mengikrarkan diri sebagai bagian dari ummat Islam tapi kita berpaling muka. Kapan kah kita harus beroposisi terus terhadap perjuangan kaum muslimin diatas muka bumi ini jika kita tak pernah merasa bagian dari perjuangan dakwah, ingatlah hadist yang mengatakan jika kita tak pernah terbersit sedikitpun untuk berjihad maka bisa jadi kita mati dalam salah satu cabang kejahiliyahan, lalu jika kita tak punya niat  bahkan tak punya rasa untuk membela dalam hati atas setiap usaha dan perjuangan kaum mislimin, lalu muslim seperti apakah kita?
-          Sahabat-sahabatku mari kita Ingat akan hadist yang mengatakan jika kita tak pernah memikirkan kepentingan ummat ini, tak mau tahu tentang nasib ummat ini, maka kata nabi, kita bukanlah bagian dari ummatnya nabi…falaisa minni.
-          Sahabatku…pernah kah kita memikirkan dosa-dosa yang pernah kita kerjakan? Memang Allah pasti mengampuni setiap dosa yang kita kerjakan jika kita meminta ampun, itulah sifat maghfiroh Allah kepada hambaNya, tetapi sahabatku yakinkah suatu saat nanti Allah tak membuka aib kita ketika pengadilan hari akhir digelar di padang Mahsyar? Bisakah kita memastikan Allah telah melupakan dosa-dosa yang telah diampuniNya? Bisa jadi karena kita sombong karena merasa di ampuni, dosa-dosa itu hadir satu-satu dalam layar besar rekaman sejarah hidup kita yang diputar nanti dihadapan kita kemudian dosa-dosa itu menuntut balas atas kesombongannya dihadapan kita .
-          Rekan-rekan siapakah yang bisa menjamin bahwa dosa-dosa itu benar-benar diampuni Allah, adakah underlyingnya, adakah endorsementnya dari Allah berupa catatan hitam di atas putih bahkan bermaterai atau pula berakad dihadapan notaris untuk memastikan dosa-dosa yg kita kerjakan  itu tidak dibeberkan Allah di padang Mahsyar besok, padahal kita sudah berlinang air mata untuk minta dimaafkan oleh Allah? Tidak ada sahabatku, tidak ada yang bisa menjaminnya, maka mari kita sama-sama berhati-hati menjalani hidup ini…
-          Kita dan pribadi kita tak kurang hanyalah seorang hina yang tercipta dari yang hina, keluar dari yang hina dan mengeluarkan sesuatu yang hina dan kembali keperut bumi tanpa membawa apapaun kecuali bekal amalan yang beratnya juga tak seberapa.
Demikianlah sahabat semoga menjadi pengingat bagi diri saya sendiri dan bagi rekan-rekan yang bisa menyimak dan menitipkannya kedalam hati,semoga bermanfaat dunia akhirat, amin

Tuesday, May 27, 2014

Sang Pembebas

Aku anak manusia yang dilahirkan merdeka,
Tumpah darahku adalah seluruh bumi Alloh yang ditakdirkan kami menjadi khalifahnya..
Negeriku adalah negeri-negeri yang semua nama Alloh banyak disebut di pagi hari, siang, sore, malam bahkan ketika subuh menjelang

Saudara saudara sebangsaku adalah seluruh kaum muslimin yang masih mengucap syahadat, meng-agungkan Robb semesta alam, dan bernabi terakhir Muhammad ibnu Abdullah...mewarisi Al Qur'an mulia dan meniru semua sunnah nabiyullah...
Teman-temanku adalah para ulama zuhud dan semua mujahid Islam yang ikhlas berjuang hingga tegaknya Kalimatullah..hingga diburu diseluruh padang pasir, negeri-negeri tropis, bersalju dan negeri-negeri yang menganggap mereka teroris dan dituduh sekretarian berakhlaq bar-bar oleh musuh-musuhnya..

Negeriku bukanlah negeri yang terkotak-kotak dalam bangsa-bangsa berbataskan demografi, dan aku bukanlah anak bangsa yang ber-ideologikan paham buatan manusia...
Jiwaku didekap dalam lingkungan yang membuatku tak berani berkata tidak,
tidak terhadap kemusyrikan, tidak terhadap kebodohan manusia yang dijajah nafsu syahwat ditemani iblis seharian dan dibina serta diajari bersopan santun terhadap nasionalisme...dan aku menderita dalam patriotisme semu atas nama sang saka merah putih...

Pahlawan-pahlawanku adalah para sahabat nabi, para anbiya yang menjunjung keimanan pada Alloh hingga wafat dan dikuburkan entah dimana...mereka semua adalah Shalahuddin Al Ayubi, sang pembebas Muhammad Al Fatih, Jamaluddin Al Afghani, Hasan Al Banna, Sayyid Qutb, Muhammad Natsir, Erdogan dan Muhammad Murshi....

Tapi hari ini negeriku terjajah...terjajah dan terbodohi karena tak sanggup konsisten terhadap ajaran nabi, malu bersyahadat dan malu mengucap Assalamu'laikum, ragu untuk berpihak kepada kaum muslimin dan menghindari panji tauhid Laa Ilaaha Ilallah.

Dan negeriku merindukan pembebas...entah dia dimana kini....dan aku masih menunggu kabarnya hingga hari ini....

Dari Sahabat Tsauban dalam riwayat yg hasan, bersabda Nabi Muhammad SAW;
“Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur, lantas mereka membunuh kamu dengan suatu pembunuhan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu.” Kemudian Beliau SAW menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu bersabda: “Maka jika kamu melihatnya, berbai’atlah walaupun dengan merangkak di alas salju, karena dia adalah khalifah Allah Al-Mahdi".







Wednesday, May 21, 2014

Professing Faith



Aku menjadi saksi perjalanan ummat ini, sejak tersadarkan belasan tahun yang lalu, sejak menuntut ilmu dibangku SMA sampai saat ini, aku masih memiliki ideologi pergerakan, ideologi perlawanan terhadap semua hal yang mendzolimi ummat Islam sampai hari ini.

Bermula dari pengajian yang digelar ekstra kulikuler Majelis Ta'lim SMAN 31 dimana kakak-kakak alumniku membukakan mataku bahwa aku adalah bagian dari perjalanan besar ummat Islam, aku bukan segelintir manusia yang tanpa arti, hanya lahir, sekolah, kuliah, bekerja, menikah, tua dan mati.

Bergabung dengan jama'ah dakwah, membuka kesadaran anak-anak muda generasiku bahwa Islam itu mulia, dan kita adalah bagian yang akan dan telah dititipi amanah oleh Rosulullah SAW untuk memuliakan Islam dengan dakwah dan jihad serta kesungguhan kita menjalani hidup dalam keridhoan-Nya. Beraqidah dan berideologi harakah, mengambil jalan Robbani dalam berperilaku dan berakhlaq Islam meniru dan membumikan sunnah-sunnah Rosul semampu kita, dan berniat mati dijalanNya, Ist Mut Kariman Aw Mut Syahidan....

Bahkan ketika aku secara tak sadar ditakdirkan Allloh bergabung ke dalam salah satu ciri-ciri zaman yang menggambarkan bahwa Shohwah Islamiah itu nyata. Kebangkitan Islam itu menyentuh takdirku...lalu aku berazzam untuk menjadi penjaga marwah kaum muslimin dibidang ekonomi dengan bekerja sebagai bankers syariah di Bank Muamalat Indonesia, menjadikan kedzoliman riba sebagai musuh yang harus dilawan dan menggiring ummat ini untuk bertransaksi dan bermuamalah secara halal dengan berhijrah secara ekonomi.

Selama 14 tahun pengabdianku di ranah ekonomi syariah, tak pernah luput aku mengikrarkan kepada setiap insan yang berhitmat di institusi Islam ini, bahwa "Seharusnya kita berazzam untuk mewakafkan diri kita untuk kebangkitan Islam dan kaum muslimin, bahwa berangkatnya kita ke kantor tempat bekerja bukan semata mencari nafkah untuk kepentingan pribadi, tetapi berangkatnya kita adalah bagian dari komitmen untuk mendukung ummat Islam secara ekonomi, sehingga langkah-langkah kita menuju nasabah, ketikan jari-jari kita di keyboard komputer, tatapan mata kita di depan monitor adalah ijtihad dan jihad kita dibidang ekonomi, tak jauh beda dengan niat para mujahidin ditiap centi garis terdepan pertempuran dalam membela kehormatan ummat dan Dien ini".

Hari ini disaat orang-orang sibuk mengurusi nasibnya yang sebenarnya telah Allah tuliskan di lauhul mahfuz, khawatir tentang rezekinya, khawatir tentang harta dan perniagaan yang dijalaninya, khawatir terhadap keadaannya didunia yang kekurangan harta, kekurangan rezeki, dan segala macam kekhawatiran yang membuat kita semakin sibuk dengan urusan dunia kita, tanpa tahu kemana tujuan hidup bermuara, diantara mereka yang tertipu dengan megahnya dunia dan dengan naifnya melupakan jihad serta pembalasan hari akhirat juga janji-janji Alloh didalam Qur'an mulia, melupakan nasib kaum muslimin dan lupa pada wasiat Rosulullah untuk peduli dan selalu mendo'akan kaum muslimin, padahal Rosulullah pernah berkata bahwa " Barangsiapa yang tidak pernah memikirkan nasib saudara-saudaranya sesama kaum muslimin maka dia bukanlah bagian dari ummat ini".

Diantara bodoh dan jahiliyahnya ummat ini, disana dibelahan dunia yang jauhnya ribuan kilometer para ulama dan seluruh kaum muslimin tengah menantikan nubuwah Islam yang terakhir.
Nubuwah itulah yang menjadikan kemuliaan kita sebagai kaum muslimin muncul kembali sehingga kita tidak hanya menjadi penonton dijagad dunia ini, atau kita tidak hanya di goroki oleh musuh-musuh kita dibelahan bumi manapun, yang membuat kita terhina dan terlunta-lunta padahal kita hidup dibumi Alloh dan kita sebagai khalifah yang seharusnya mewarisi, untuk memakmurkan bumi Alloh hingga setiap jengkal tanah dibumi ini seperti layaknya syurga.

Aku menjadi saksi tahun demi tahun, bulan demi bulan, minggu demi minggu dan hari demi hari perjalanan ummat ini, diantara kita ada yang mengolok-olok, mentertawakan kenyataan hidup bahwa kita bukan siapa-siapa dan kita bukan apa-apa hanya memerankan kehidupan monoton dari lahir, dewasa, tua lalu mati, tanpa memiliki izzah serta Al Wala' Wal Barra' terhadap ummat ini, sehingga menafikan segala yang beraroma jihad dan tak pernah berpihak terhadap perjuangan kaum muslimin dibelahan bumi lain.

Sebagian lagi ada yang bercita-cita mulia memakmurkn ummat dengan bergabung dengan jama'ah politik untuk menyakinkan bahwa harapan itu masih ada, dan kaum muslimin harus merebutnya. Politik yang bersumber kepada kekuasaan elit eksekutif harus memiliki niat tulus atas pengabdian dan kerja nyata berbuah pahala akhirat dan melepaskan diri dari tanggung jawab ketika ditanya bukti bahwa kita adalah ummat Islam, bahwa kita adalah ummat Rosul mulia yang punya empati atas perjuangan kaum muslimin. Sekedar melepaskan diri ketika ditanya oleh Alloh apa bukti bahwa kita bagian dari ummat Muhammad ketika nanti di padang mahsyar.

Belasan tahun yang lalu, aku menjadi saksi kemenangan kaum muslimin di Afghanistan, bumi para Mullah itu bersimbah darah mempertahankan keyakinan bahwa mereka beraqidah Islam dan layak memiliki negara yang diatur oleh syariat Islam, kemudian dengan berlalunya waktu seiring dengan kepentingan politik dan kekuasaan yang berbeda Afghanistan hari ini bukan apa-apa terpuruk di kaki tentara-tentara Amerika serta berbagai kepentingan pemimpin politiknya dan terlupakan.

Belasan tahun yang lalu aku juga menjadi saksi genocide Serbia atas muslim Kosovo dan Bosnia Herzegovina, aku hadir meneriakkan takbir untuk menyambut seruan munasarah di setiap kesempatan disela-sela menuntut ilmuku di SMA, lalu setiap berita ku ikuti sampai Macedonia bebas dari Rusia dan Rakyat Chencnya mengelu-elukan pahlawan mereka bernama Samil Basayev yang syahid terbunuh oleh tentara merah Rusia ditengah medan pertempuran setelah berhari-hari di bombardir.

Aku juga menjadi saksi perjuangan kaum muslimin dibelahan dunia lain, selalu mendo'akan kemenangan mereka disetiap pertempuran, Kashmir, Moro, Pattani, dan tak lupa bumi Alloh yang hari ini masih di kangkangi oleh Zionis Yahudi, Al Aqha tercinta...

Hari ini pun aku menjadi saksi penyembelihan ummat Islam di kaki tangan rezim Basyar Al Assad di Suriah, aku masih sanggup berteriak takbir yang sama dan mendo'akan mujahidin Suriah agar mereka mampu meruntuhkan hegemoni rezim Assad La'natullah, mendirikan benih kekhalifahan terakhir yang disitir dalam hadist-hadist shahih Rosulullah. Mudah-mudahan hal tersebut memunculkan nubuwah Islam yang terakhir atas penantian ulama dan ummat Islam akhir zaman dengan diba'iatnya Al Mahdi di pintu Ka'bah. Nubuwah ini dipimpin oleh Al Mahdi berdampingan dengan Isa Ibnu Maryam membunuh Dajjal di pintu Lod dimana hal tersebut adalah perjalanan terakhir ummat Islam di atas muka bumi ini sebelum kiamat kubro meluluh lantakkan dan pengadilan akhir digelar oleh Allah SWT.

Kesaksian ku ini akan kubawa kehadapan Alloh suatu saat nanti ketika aku bertemu denganNya...
Kan kuceritan bahwa aku mencintai seluruh kaum muslimin yang berjihad disetiap medan pertempuran manapun untuk kepentingan dan kejayaan kaum muslimin, walaupun aku hanya bisa menonton dari rumahku...dan sekejab berharap menjadi bagian daripadanya, entah terjadi atau pun tidak...

Masih berharap terjadi suatu saat nanti, langkah kaki ini di debu pertempuran Fii Sabilillah hanya berharap menjawab hadits Rosul bahwa jika kita tidak mempunyai niat berjihad maka mati kita berada dalam salah satu cabang kejahiliyahan, nauzubillah...

Aku berharap kesaksianku mengantarkan aku kedalam cita-cita itu....
Its Mut Kariman Aw Mut Syahidan....
Kabulkan Yaa Robb...

Tuesday, May 20, 2014

Kapan Kita Jumpa, Yaa Robb?



ya Allah ya Robbana,kapan kita berjumpa..

aku rindu semua yg Kau janjikan untukku

sejak Kau lepas aku ke tulang sulbi ayahku,kemudian lahir dari rahim ibuku,

Kau selalu mendampingiku

Melewati hari2 dihidupku yg penuh bahagia dan kegembiraan,

Kau juga tak pernah jauh dariku disaat aku sedang menjalani ujian2 hidup yg asalnya pun dari Mu

ya Robb aku merindukan pertemuan kita,sudilah kiranya aku menatap wajah Mu yg selama ini aku rindukan

Bersusah payah diriku dibelantara dunia menggapai segala karunia dari Mu,

ridho Mu kuburu sampai jatuh bangun,

Kutapaki langkahku hanya ingin agar Kau senang dan tersenyum padaku

nanti saat kita jumpa

Robbi jangan kau palingkan wajahMu saat aku bersuka cita menatapMu,

Karena maksiat2 dan dosa yg pernah kukerjakan,aku hanya manusia biasa yg tak maksum spt kekasihMu Muhammad bin Abdillah,

Aku jg bukan makhluk Mu yg begitu suci layaknya malaikat2 Mu yg selalu sujud di ujung arasyMu




Robb,aku lah makhluk terlemah yg mengiba maghfirah Mu,

Aku berpasrah karena Kau menyuruhku unt berserah diri

Kau lah Robb ku yg mengadakanku berdiri

Saat Kau berkehendak aku berdiri di atas kakiku sendiri

atau

Aku bersandar pada apa yg kau kirimkan agar aku dpt beristirahat dan melepas lelah menggapai ampunanMu

Robb kukirimkan syair2 ini karena aku merindukan perjumpaan kita..

Ridhoi lah aku wahai Robb agar aku khusnul khatimah saat menjumpai Mu

tak masalah bagiku,apakah kau hadiahkan neraka atau syurga padaku,

Asalkan aku dpt menatap wajah Mu...

Sunday, May 18, 2014

"Di Sini Kita Memulai di Al-Aqsha Kita Berjumpa"



Pengurus DDII, Magelang, Jawa Tengah, ustadz Fuad Al Hazimi memaparkan bahwa musuh-musuh Islam terutama Yahudi dan Nasrani akan senantiasa berambisi menguasai umat Islam.



Maka sangat tepat jika empat belas abad yang lalu, sahabat Amr bin Ash telah mengingatkan kaum Muslimin.



واعلموا أنكم في رباط إلي يوم القيامة لكثرة الأعداء حولكم وتشوف قلوبهم إليكم وإلي داركم



“Ketahuilah bahwa kalian saat ini kalian sedang berada dalam ribath hingga hari kiamat karena banyaknya musuh yang menegapung kalian dan karena besarnya ambisi di hati mereka untuk menguasai kalian dan negeri kalian”



Ustadz Fuad Al Hazimi menegaskan, bahwa dalam pelajaran sejarah pun para penjajah mengemban 3 misi untuk menguasai Indonesia.



“Dalam pelajaran sejarah pun kita tahu, bahwa Gold, Gospel and Glory . Gold, kuasai emasnya maksudnya kekayaan alamnya. Glory, kuasai mereka baik itu demi kejayaan kerajaan atau apa pun. Gospel, misi suci kristenisasi,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam kuliah shubuh di masjid jami’ Al-Ukhuwah, Palem Semi, Tangerang, pada Ahad (9/12/2012).


...Ketahuilah bahwa kalian saat ini kalian sedang berada dalam ribath hingga hari kiamat karena banyaknya musuh yang menegapung kalian



Lebih jauh, ustadz Fuad Al Hazimi mengutip tulisan Fathi Yakan dalam kitab Alam Islami bahwa kerusakan yang menimpa kaum Muslimin adalah konsporasi musuh-musuh Islam.



“Termasuk sebab kerusakan umat adalah konspirasi musuh, yang sudah bermula sejak pertama kali Islam muncul. Dan belum berhenti hingga saat ini bahkkan bertambah dari waktu ke waktu.



Musuh telah mencurahkan segala kemampuan sepanjang masa dan masih tetap berlangsung dengan mencurahkan segala kemampuan untuk memerangi agama dan para Ahli agama. Pembicaraan taentng konspirasi sangat panjang tapi berujung kepada kemenangan Islam,“ urainya dalam slide presentasi power point.



Adanya konspirasi musuh Islam untuk merusak kaum muslimin juga telah Allah sampaikan dalam Al-Qur’an.



وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ



Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (Q.S. Al-Baqarah: 217)



Terkait konspirasi musuh-musuh Islam itu, ustadz Fuad menjelaskan bahwa realitanya bisa kita saksikan perselingkuhan antara Yahudi dan Nasrani, mereka menggunakan kristenisasi, kolonialisme, liberalisme serta orientalisme yang sekarang masuk melalui JIL.


...Pada tahun 638 M di masa Khalifah Umar Bin Khattab Palestina berhasil direbut oleh panglima Amr bin Ash Radhiyallohu ‘anhu dari Romawi dan sejak saat itu Palestina adalah wakaf bagi umat Islam



Lebih jelas lagi, dalam tataran dunia Islam global, kita bisa melihat bagaimana Yahudi yang kini telah menjajah Palestina dan menguasai kiblat pertama kaum Muslimin. Padahal Palestina adalah wakaf abadi umat Islam.



“Pada tahun 638 M di masa Khalifah Umar Bin Khattab Palestina berhasil direbut oleh panglima Amr bin Ash Radhiyallohu ‘anhu dari Romawi dan sejak saat itu Palestina adalah wakaf bagi umat Islam dan menjadi wilayah Islam secara penuh,” kata mantan Imam Masjid Al Hijrah, Sydney, NSW, Australia itu.



Ustadz Fuad Al Hazimi melanjutkan, Perang Salib kedelapan (1270 M) adalah Perang Salib terakhir yang dilakukan kaum Salib untuk merebut palestina dan Al Quds dari tangan kaum muslimin. Namun mereka gagal total.



“Dengan demikian sejak masa Khalifah Umar Bin Khattab, dan dikokohkan lagi pada saat Sholahuddin Al Ayyubi membebaskan Al Aqsha dari pasukan Salib (Kristen) maka Palestina menjadi wilayah umat Islam. Sedangkan bangsa Yahudi saat masih tersebar di berbagai penjuru dunia menjadi bangsa jajahan atau bangsa budak dan dibantai di mana-mana,” imbuhnya.



Meski demikian, sejak runtuhnya khilafah Utsmaniyah pada tahun 1924, Yahudi dan Nasrani kembali leluasa menghancurkan umat Islam hingga terpecah menjadi beberapa negara di bawah kekuasaan para penjajah. Sampai pada tahun 1948 akhirnya Yahudi mendeklarasikan negara agama Israel Raya di atas tanah jajahan mereka milik kaum Muslimin, Palestina.



Jenderal Allenby ketika merebut Yerusalem ia kemudian menginjakkan kakinya di atas makam Salahuddin Al-Ayyubi dan dengan lantang berkata, "Hai Saladin, hari ini telah kubalaskan dendam kaumku dan telah berakhir Perang Salib dengan kemenangan kami!"


...Dari apa yang saya baca, justru Yahudi yang meyakini kebangkitan Islam berawal dari Syam dan itu sudah dekat



Sayangnya, kata ustadz Fuad Al-Hazimi, kaum Muslimin masih saja terlena padahal perang salib sejatinya hingga kini terus berlangsung.



“Sayangnya kaum muslimin tidak pernah mengajarkan kepada anak-anak mereka bahwa this is crusade (ini adalah perang salib). Dan hari pertama sejak runtuhnya WTC di AS, pagi harinya George W. Bush langsung mengatakan This Crusade is not take a while (Perang Salib ini akan memakan waktu yang tidak sedikit),” tegas alumi Pondok Pesantren Gontor tersebut.



Kemudian, semenjak wilayah Suriah bergejolak dan bersamaan dengan agresi militer Israel ke Gaza beberapa waktu lalu, kaum Yahudi sebenarnya merasa terancam.



“Dari apa yang saya baca, justru Yahudi yang meyakini kebangkitan Islam berawal dari Syam dan itu sudah dekat. Syam itu meliputi; Suriah, Yordania, Libanon dan Palestina. Kalau wilayah ini semua bergolak itu akan menjadi ancaman bagi bangsa Yahudi,” tuturnya.



Oleh sebab itu, sebenarnya kaum Yahudi sudah sejak lama mereduksi perjuangan umat Islam untuk menguasai kembali Al-Quds di Palestina.



“Maka salah satu cara untuk mereduksi kaum Muslimin dari kekuatannya maka dihembuskan isu bahwa konflik Palestina-Israel adalah masalah tanah dan bukan isu agama, bahkan propaganda itu melalui corong ulama. Itulah salah satu konspirasi untuk menjauhkan umat dari isu utama yaitu kebangkitan Islam yang berawal dari Al-Quds,” paparnya.


...Syaikh Anwar Al Awlaqi mengatakan from here we begin and in Al-Aqsha we will meet (dari sini kita memulai di Al-Aqsha kita akan berjumpa). Ini bukanlah sekedar slogan, ini adalah bagian untuk melaksanakan nubuwwah Rasulullah



Maka, ustadz Fuad Al Hazimi menyerukan apa yang pernah disampaikan oleh Asy Syahid (insya Allah) Syaikh Anwar Al Awlaqi.



“Syaikh Anwar Al Awlaqi mengatakan from here we begin and in Al-Aqsha we will meet (dari sini kita memulai di Al-Aqsha kita akan berjumpa). Ini bukanlah sekedar slogan, ini adalah bagian untuk melaksanakan nubuwwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,” ucapnya.



Sungguh ironis, menurut ustadz Fuad, kaum Yahudi begitu meyakini bahwa mereka bermula dari Argentina dan di Palestina bersua, dari Angola berawal di Palestina berjumpa.



“hal itu begitu diyakini oleh Yahudi namun mengapa kaum muslimin sekarang begitu takut untuk mengatakan:



من هنا نبدأ وفي الأقصى نلتقي



Dari sini kita bermula di Al-Aqsha kita berjumpa,” tandasnya.



Ia menilai, kepedulian terhadap kaum Muslimin di negeri Syam pelan-pelan akan dihilangkan dari pikiran kaum muslimin. Seolah mereka mengatakan; “kalian bangsa Indonesia urusilah urusan kalian, di sini banyak orang terlantar untuk apa pergi ke Suriah?”



Padahal Khalifah Al Mu’tashim Billah, ketika ada seorang wanita yang dipenjara di Konstantinipel, dengan jarak kurang lebih 3000 Km, lalu dia tulis surat dengan mengatakan; “kepada anjing Romawi, kalau kalian tidak bebaskan wanita muslimah itu akan aku kirimkan tentara yang panjangnya dari depan istanaku sampai Amuria.” Akhirnya wanita itu pun dibebaskan.


...Sekarang berapa banyak para janda di Palestina yang suaminya terbunuh, berapa banyak anak-anak menjadi yatim. Sementara kaum Muslimin hanya diam



Pada kenyataan, masih banyak kaum Muslimin yang tidak peduli terhadap saudaranya di Palestina.



“Sekarang berapa banyak para janda di Palestina yang suaminya terbunuh, berapa banyak anak-anak menjadi yatim. Sementara kaum Muslimin hanya diam, tidak menyempatkan sedetik pun untuk berdoa:



اللهم انصر المسلمين في فلسطين



Ya Allah tolonglah kaum muslimin di Palestina.



Yang terfikir hanya doa-doa tentang pribadinya saja; Allahummarzuqna rizqan halalan thayyiban (Ya Allah berikanlah kami rezeki yang halal dan baik),”



Terakhir ustadz Fuad mengingatkan bahwa membela kaum muslimin di Syam yakni Palestina dan Suriah adalah kewajiban kaum muslimin, sebab jika penduduk Syam telah rusak maka tak ada lagi kebaikan bagi kaum muslimin di negeri lainnya.



Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:



إِذَا فَسَدَ أَهْلُ الشَّامِ فَلاَ خَيْرَ فِيكُمْ



Apabila penduduk Syam telah rusak maka tidak ada lagi kebaikan pada diri kalian. (H.R. Ahmad). [Ahmed Widad]

- See more at: http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2012/12/10/22295/bukan-sekedar-slogan#sthash.xffHMohs.dpuf

Tuesday, January 14, 2014

Mengenang Pembantaian Shabra dan Syatila


Pembantaian Shabra dan Syatila terjadi pada September 1982, di Beirut, Lebanon, yang saat itu diduduki oleh Israel. Pembantaian ini dilakukan oleh para milisi Kristen Maronit Lebanon atas para pengungsi Palestina di kamp-kamp pengungsi Shabra dan Syatila. Pasukan-pasukan Maronit berada langsung di bawah komando Elie Hobeika yang belakangan menjadi anggota parlemen Lebanon, dan

pada tahun 1990-an juga menjadi seorang menteri di kabinet Lebanon.

Sepanjang peristiwa ini, kamp-kamp ini dikepung oleh tentara-tentara Israel, dan para milisi itu dikirim oleh Israel untuk mencari anggota-anggota PLO. Sejauh mana Israel bersalah dalam pembantaian ini banyak diperdebatkan, dan Israel menyangkal bahwa pihaknya bertanggungjawab langsung. Namun temuan-temuan membuktikan bahwa orang-orang Israel, antara lain Ariel Sharon, secara tidak langsung bertanggungjawab.




Latar Belakang

Sejak 1975 hingga 1990, Lebanon terlibat dalam perang saudara antara kelompok-kelompok yang bersaingan, dan didukung oleh sejumlah negara tetangga. Orang-orang Kristen Maronit, yang dipimpin oleh partai Falangis dan milisi, mula-mula bersekutu dengan Suriah, dan kemudian dengan Israel, yang mendukung mereka dengan senjata dan latihan untuk memerangi fraksi PLO (Organisasi Pembebasan Palestina). Sementara itu, fraksi-fraksi yang lainnya bersekutu dengan Suriah, Iran dan negara-negara lain di wilayah itu. Selain itu, sejak 1978 Israel telah melatih, mempersenjatai, memasok dan menyediakan seragam bagi Tentara Kristen Lebanon Selatan, yang dipimpin oleh Saad Haddad.

Pertempuran dan pembantaian antara kelompok-kelompok ini mengakibatkan korban hingga ribuan orang. Beberapa pembantaian yang terjadi selama periode ini termasuk Pembantaian Karantina (Januari 1976) oleh pihak Falangis terhadap para pengungsi Palestina, pembantaian Damour (Januari 1976) oleh PLO terhadap orang-orang Maronit dan Pembantaian Tel el-Zaatar (Agustus 1976) oleh Falangis terhadap pengungsi-pengungsi Palestina. Dua penyerbuan besar atas Lebanon oleh Israel (1978 dan 1982) mengakibatkan tewasnya 20.000 orang, kebanyakan kaum sipil Lebanon dan Palestina. Jumlah keseluruhan korban di Lebanon selama masa perang saudara ini diperkirakan sampai 100.000 orang.

Shabra adalah nama dari sebuah pemukiman miskin di pinggiran selatan Beirut Barat, yang bersebelahan dengan kamp pengungsi UNRWA Syatila yang dibangun untuk para pengungsi Palestina pada 1949. Selama bertahun-tahun penduduk dari kedua wilayah ini menjadi semakin bercampur, sehingga istilah “kamp Shabra dan Syatila” menjadi biasa. Penduduknya membengkak oleh karena pengungsi-pengungsi Palestina dan Syi’ah dari selatan yang melarinkan diri dari perang.

PLO telah menggunakan Lebanon selatan sebagai pangkalan untuk penyerangan-penyerangan mereka atas Israel, dan sebagai balasan Israel mengebomi posisi-posisi di Lebanon selatan. Upaya-upaya pembunuhan atas Duta besar Israel, Shlomo Argov di London pada 4 Juni menjadi sebuah alasan peperangan (meskipun pada akhirnya ternyata ini dilakukan oleh sebuah kelompok yang memusuhi PLO, Abu Nidal) dan mengubah saling permusuhan ini menjadi perang besar-besaran. Pada 6 Juni 1982, Israel menyerang Lebanon dengan 60.000 pasukan dalam suatu tindakan yang dikutuk oleh Dewan Keamanan PBB. Dua bulan kemudian, di bawah suatu kesepakatan gencatan senjata yang disponsori AS yang ditandatangani pada akhir Agustus, PLO setuju untuk menyerahkan Lebanon kepada pengawasan internasional, dan Israel setuju untuk tidak menyerang lebih jauh ke Beirut, dan menjamin keamanan warga sipil Palestina yang tertinggal di kamp-kamp pengungsi.

Pada 23 Agustus 1982, Bachir Gemayel, yang sangat populer di antara kaum Maronit, terpilih menjadi Presiden Lebanon oleh Dewan Nasional. Israel telah mengandalkan Gemayel dan pasukan-pasukannya sebagai suatu kekuatan tandingan terhadap PLO.

Pada 1 September, evakuasi para pejuang PLO dari Beirut selesai. Dua hari kemudian, Israel mengerahkan angkatan bersenjatanya di sekitar kamp-kamp pengungsi. Hal ini jelas merupakan pelanggaran atas kesepakatan gencatan senjata, tetapi Israel tidak diminta mengundurkan diri oleh tentara-tentara pengawas internasional yang mengawasi penarikan mundur PLO dan menjamin keamanan para pengungsi Palestinayang tertinggal pada 11 September, setelah penarikan yang lebih awal dari pasukan-pasukan AS.

Hari berikutnya Ariel Sharon, menteri pertahanan Israel pada waktu itu, mengklaim bahwa 2.000 pejuang PLO masih berada di Beirut. Klaim ini dibantah oleh pihak Palestina. Perdana Menteri Israel Menachem Begin membawa Gemayel ke Nahariya dan dengan keras mendesaknya untuk menandatangani perjanjian damai dengan Israel. Menurut sejumlah sumber, ia pun menuntut diterimanya kehadiran militer di Lebanon selatan di bawah pengawasan Mayor Saad Haddad (seorang pendukung Israel), dan tindakan dari Gemayel untuk memindahkan para pejuang Palestina yang menurut Israel masih bersembunyi di kamp-kamp pengungsi, termasuk Shabra dan Syatila.

Namun, kaum Falangis, yang sebelumnya bersatu sebagai sekutu Israel yang dapat diandalkan, kini terpecah karena berkembangnya aliansi dengan Suriah, yang menentang Israel. Gemayel kini harus mengimbangi kepentingan-kepentingan dari banyak fraksi yang bersaing di Lebanon. Selain itu, menurut sejumlah laporan saksi mata, ia secara pribadi merasa tersinggung atas apa yang dilihatnya sebagai sikap yang sok dari Begin atas dirinya. Ia menolak tuntutan-tuntutan Israel untuk menandatangani perjanjian itu ataupun memberikan kuasa untuk dilakukannya operasi militer di kamp-kamp pengungsi.

Pada 14 September 1982, Gemayel dibunuh dalam sebuah ledakan hebat yang menghancurkan markas besarnya. Para pemimpin Palestina dan Muslim menyangkal bahwa mereka bertanggung jawab. Namun Ariel Sharon mempersalahkan orang-orang Palesina, sehingga membangkitkan kemarahan kaum Falangis terhadap mereka.

Hari berikutnya, 15 September, tentara Israel menduduki kembali Beirut Barat, membunuh 88 orang dan melukai 254 orang. Tindakan Israel ini melanggar perjanjiannya dengan AS untuk tidak menduduki Beirut Barat. AS pun telah memberikan jaminan tertulis bahwa AS akan menjamin perlindungan warga Muslim di Beirut Barat. Pendudukan Israel juga melanggar perjanjian perdamaiannya dengan tentara-tentara Muslim di Beirut dan dengan Suriah.

Menachem Begin membenarkan pendudukan Israel sebagai “hal yang perlu untuk mencegah langkah-langkah balasan oleh orang-orang Kristen terhadap orang Palestina” dan untuk “menjaga keamanan dan kestabilan setelah pembunuhan Gemayel.” Namun, beberapa hari kemudian, Sharon mengatakan kepada Knesset, parlemen Israel: “Masuknya kita ke Beirut Barat dimaksudkan untuk memerangi infrastruktur yang ditinggalkan oleh para teroris.”

Tentara Israel kemudian melucuti senjata para milisi yang tidak pro Israel maupun warga sipil di Beirut Barat, semampu mereka, sementara membiarkan para milisi Falangis Kristen di Beirut Timur tetap bersenjata lengkap.

Peristiwa Pembantaian

Ariel Sharon kemudian mengundang satuan-satuan milisi Falangis Lebanon untuk memasuki kamp-kamp pengungsi Shabra dan Syatila untuk membersihkannya dari para teroris. Di bawah rencana Israel, tentara-tentara Israel akan mengontrol daerah sekeliling kamp-kamp pengungsian itu dan memberikan dukungan logistik sementara milisi Falangis memasuki kamp-kamp itu, mencari para pejuang PLO dan menyerahkannya kepada pasukan-pasukan Israel.

Namun pada akhirnya tidak seorangpun yang diserahkan kepada pasukan-pasukan Israel. Tak ada pertempuran ataupun senjata yang ditemukan di kamp-kamp itu. Dokumen-dokumen yang diajukan kepada tuntutan atas kejahatan-kejahatan perang di Belgia terhadap Ariel Sharon konon memperlihatkan bahwa kalim mengenai kehadiran para pejuang PLO di kamp-kamp itu hanyalah sebuah cerita rekaan yang disiapkan oleh Israel.

Perintah Sharon kepada para milisi Falangis menekankan bahwa militer Israel berkuasa atas seluruh pasukan di daerah itu. Militer Israel telah sepenuhnya mengepung dan menyegel kamp-kamp itu dan mendirikan pos-pos pengintaian di atap gedung-gedung tinggi di sekitarnya pada 15 September. Hari berikutnya Israel mengumumkan bahwa mereka telah mengendalikan semua posisi penting di Beirut. Militer Israel bertemu sepanjang hari dengan pucuk pimpinan Falangis untuk mengatur rincian operasi. Selama dua malam berikutnya, sejak senja hingga larut malam, militer Israel menembakkan cahaya-cahaya suar di atas kamp-kamp itu.

Pada malam 16 September, 1982, para milisi Falangis di bawah komando Elie Hobeika, memasuki kamp-kamp itu. Selama 36 hingga 48 jam berikutnya, para milisi Falangis membantai para penghuni kamp pengungsian itu, sementara militer Israel menjaga pintu-pintu keluar dan terus-menerus menembakkan suar di malam hari.

Sebuah satuan yang terdiri atas 150 milisi Falangis (termasuk sejumlah pasukan SLA, menurut Saad Haddad, seperti yang dikutip oleh Robert Fisk, dan juga sumber-sumber lainnya) dikumpulkan pada pk. 4 sore. Para milisi ini dipersenjatai dengan senapan, pisau, dan kapak dan memasuki kamp-kamp itu pada pk. 18.00. Seorang perwira Falangis melaporkan 300 pembunuhan, termasuk korban sipil, kepada pos komando Israel pada pk. 20.00, dan lebih jauh melaporkan bahwa pembunuhan-pembunuhan ini berlanjut sepanjang malam. Sebagian dari laporan-laporan ini diteruskan kepada pemerintah Israel di Yerusalem, dan dibaca oleh sejumlah pejabat senior Israel.

Pada satu kesempatan, seorang anggota milisi mengirimkan lewat berita pertanyaan kepada komandannya Hobeika tentang apa yang harus dilakukannya dengan kaum perempuan dan anak-anak di kamp pengungsian itu, dan terdengar oleh seorang perwira Israel yang mendengar jawaban Hobeika bahwa “Ini adalah kali terakhir anda mengajukan pertanyaan seperti itu kepada saya, anda tahu benar apa yang harus dilakukan.” Para tentara Falangis kedengaran tertawa di belakang.

Sang perwira Israel melaporkan hal ini kepada atasannya, Jenderal Yaron, yang memperingatkan Hobeika agar tidak melukai warga sipil, tetapi tidak mengambil langkah lebih jauh. Letnan Avi Grabowsky dikutip oleh Komisi Kahan bahwa ia melihat (pada hari Jumat itu) pembunuhan atas lima orang perempuan dan anak-anak. Ia berbicara kepada komandan batalyonnya tentang hal ini; ia menjawab “Kita tahu, memang kita tidak menyukainya, dan kita tidak ikut campur.” Pasukan-pasukan Israel yang mengepung kamp-kamp itu bermasa bodoh terhadap para pengungsi yang melarikan diri dari pembantaian itu, seperti yang difilmkan oleh seorang kamerawan Visnews.

Para milisi Falangis secara teratur kembali ke satuan-satuan Israel dan diberikan makanan, air, dan amunisi selama pembantaian itu berlangsung. Belakangan sore itu, terjadilah rapat antara Kepala Staf Israel dengan staf Falangis. Menurut laporan Komisi Kahan (berdasarkan laporan seorang agen Mossad), Kepala Staf itu menyimpulkan bahwa kaum Falangis harus “melanjutkan aksi, menyapu bersih kamp-kamp yang kosong di selatan Fakahani sampai besok pk. 5 pagi; pada saat itu mereka harus menghentikan aksi mereka karena adanya tekanan dari Amerika. Ia mengklaim bahwa ia “tidak merasa bahwa sesuatu yang tidak lazim telah terjadi atau akan terjadi di kamp-kamp itu.” Pada rapat itu, ia pun setuju untuk memberikan milisi itu sebuah buldozer, yang konon dimaksudkan untuk merubuhkan bangunan-bangunan.

Pada hari Jumat, 18 September, sementara kamp-kamp itu masih disegel, beberapa pengamat independen berhasil masuk. Di antara mereka adalah seorang wartawan Norwegia, diplomat Norwegia, Ane-Karine Arvesen, yang mengamati kaum Falangis pada operasi-operasi pembersihan mereka, yang menyingkirkan mayat-mayat dari rumah-rumah yang dihancurkan di kamp Syatila.” [Harbo, 1982]

Pasukan-pasukan Falangis tidak meninggalkan kamp-kamp itu pada pk. 5.00 pagi hari Sabtu, seperti yang diperintahkan. Mereka memaksa mereka yang masih tersisa untuk berbaris keluar dari kamp, dan secara acak membunuhi mereka, sementara yang lainnya dikirim ke stadion untuk diinterogasi. Hal ini berlangsung sehari penuh. Milisi akhirnya meninggalkan kamp pada pk. 8.00 pagi pada 18 September. Wartawan-wartawan asing pertama yang diizinkan masuk ke kamp pada pk. 9.00 pagi menemukan ratusan jenazah yang berserakan di seluruh kamp itu, banyak di antaranya yang terpotong-potong. Berita resmi pertama tentang pembantaian ini disiarkan sekitar tengah hari.

Jumlah korban sebenarnya diperdebatkan. Ada kesepakatan umum bahwa jumlah yang pasti sulit ditentukan, karena kondisi yang kacau pada saat dan setelah pembantaian, penguburan, dan penghitungan awal para korban. Selain itu, malah ini juga sangat sensitif secara politis bahkan hingga hari ini. Diperkirakan bahwa sekurang-kurangnya seperempat dari para korban adalah orang Lebanon dan sisanya Palestina. Berikut ini adalah klaim-klaim utama yang disusun berdasarkan jumlah korban:
Surat dari kepala utusan Palang Merah kepada Menteri Pertahanan Lebanon, yang dikutip dalam laporan Komisi Kahan sebagai “bukti 153″, menyatakan bahwa wakil-wakil Palang Merah telah menghitung 328 mayat; tetapi komisi ini mencatat bahwa “namun demikian angka ini tidak mencakup semua mayat…”
Komisi Kahan mengatakan bahwa, menurut “sebuah dokumen yang tiba di tangan kami (bukti 151), jumlah korban keseluruhan yang tubuhnya ditemukan sejak 18.9.82 hingga 30.9.82 adalah 460″. Komisi ini mengklaim bahwa angka ini terdiri dari “jumlah mayat yang dihitung oleh Palang Merah Lebanon, Palang Merah Internasional, Pertahanan Sipil Lebanon, korps medis dari tentara Lebaon, dan oleh keluarga para korban.”
Angka yang diberikan Israel, berdasarkan intelijen Angkatan Pertahanan Israel (IDF), menyebutkan 700-800 mayat. Menurut pandangan Komisi Kahan, “ini mungkin sekali angka yang paling dekat dengan realitas.”
Menurut BBC, “sekurang-kurangnya 800″ orang Palestina meninggal.
Bayan Nuwayhed al-Hout dalam bukunya Shabra and Syatila: September 1982 (Pluto, 2004) menyebutkan jumlah minimum 1.300 nama korban berdasarkan perbandingan terinci dari 17 daftar korban dan bukti-bukti pendukung lainnya dan memperkirakan jumlah yang bahkan lebih tinggi lagi.
Robert Fisk, salah seorang wartawan pertama yang mengunjungi tempat kejadian, mengutip (tanpa membenarkan) para perwira Falangis yang mengatakan bahwa “2.000 ‘teroris’ – perempuan maupun laki-laki – telah terbunuh di Chatila.” Bulan Sabit Merah Palestina menyebutkan angka lebih dari 2.000 orang (Schiff and Ya’ari 1984).
Dalam bukunya yang diterbitkan segera setelah pembantaian itu, wartawan Israel, Amnon Kapeliouk dari Le Monde Diplomatique, menyimpulkan sekitar 2.000 jenazah yang disingkirkan setelah pembantaian itu menurut sumber-sumber resmi dan Palang Merah dan “perkiraan yang kasar sekali” menduga 1.000-1.500 korban lainnya yang disingirkan oleh para Falangis itu sendiri. Angka keseluruhannya yaitu 3.000-3.500 ini yang sering dikutip oleh orang Palestina.

Pembantaian ini membangkitkan kemarahan di seluruh dunia. Pada 16 Desember 1982, Sidang Umum PBB mengutuk pembantaian ini dan menyatakannya sebagai suatu tindakan genosida. Namun tidak ada tindakan, baik nasional maupun internasional, yang dilakukan terhadap komandan Falangis, Elie Hobeika, yang terbunuh oleh sebuah bom di Beirut pada 2002.

Peranan Israel

Dalam pernyataan-pernyataan awalnya, pemerintah Israel mula-mla menyatakan bahwa para kritikus yang menganggap bahwa Pasukan Bela Diri Israel (IDF) bertanggungjawab atas kejadian-kejadian di Shabra dan Syatila telah melakukan “tuduhan berdarah terhadap negara Yahudi dan pemerintahnya”. Namun demikian, sementara berita tentang pembantaian itu menyebar ke seluruh dunia, kontroversi itu makin berkembang dan pada 25 September, 300.000 orang Israel berdemonstrasi di Tel Aviv menuntut jawaban.

Pada 28 September, pemerintah Israel memutuskan untuk membentuk sebuah Komisi Penyelidik, yang dipimpin oleh bekas Hakim Agung Kahan. Laporan itu mencakup bukti-bukti dari para personel pasukan Israel, maupun para tokoh politik dan perwira Falangis. Dalam laporan itu, yang diterbitkan pada musim semi 1983, Komisi Kahan menyatakanb bahwa tidak terbukti bahwa satuan-satuan Israel ikut serta langsung dalam pembantaian itu dan bahwa semua itu adalah “tanggung jawab langsung kaum Falangis.” Namun demikian, Komisi itu mencatat pula bahwa personel militer Israel sadar bahwa pembantaian itu berlangsung tanpa mengambil langkah-langkah serius untuk menghentikannya, dan bahwa laporan-laporan mengenai pembantaian yang berlangsung itu disampaikan kepada para perwira senior Israel dan bahkan kepada seorang menteri di kabinet Israel. Karena itu, Komisi menyimpulkan bahwa Israel ikut “bertanggung jawab secara tidak langsung”. Di antara mereka yang dianggap “bertanggung jawab secara tidak langsung”, komisi itu menyimpulkan bahwa Ariel Sharon bertanggung jawab “secara pribadi”, dan mengusulkan agar ia dipecat dari kedudukannya sebagai menteri pertahanan. Komisi juga merekomendasikan pemecatan Direktur Intelijen Militer Yehoshua Saguy, dan penurunan pangkat atas Komandan Divisi Amos Yaron sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Rekomendasi-rekomendasi ini dilaksanakan. Meskipun Komisi Kahan menyimpulkan bahwa Sharon tidak boleh mengemban jabatan publik lagi, belakangan ia menjadi Perdana Menteri Israel.

Para kritikus laporan komisi itu menunjukkan kenyataan bahwa Israel melakukan investigasi atas dirinya sendiri dan berpendapat bahwa laporan itu merupakan upaya untuk membersihkan nama Israel. Misalnya, Noam Chomsky mengatakan:

“Laporan Komisi Kahan ini adalah upaya pembersihan nama yang memalukan; lihat Fateful Triangle, chapter 6, and Shimon Lehrer, Ha’ikar Hehaser (“The Missing Crucial-Point”; Amit, Jerusalem, 1983). Dalam analisis kritis yang cermat terhadap kejadian-kejadian sekitar pembantaian itu dan laporan Komisi Kahan, Lehrer memperlihatkan bahwa kesimpulan-kesimpulannya tidak dapat dipertahankan dan berpendapat bahwa, di bawah hukum Israel, Menteri Pertahanan dan Kepala Staf mestinya diganjar hukuman penjara selama 20 tahun atas pembunuhan terencana. Sementara dikritik tajam di Israel, di AS, laporan Komisi Kahan itu digambarkan, tanpa analisis, sebagai laporan yang paling mengesankan dan bahkan hampir menakjubkan.“

Sebagian komentator, seperti Noam Chomsky dan Robert Fisk, menyatakan bahwa Israel mestinya dapat mencegah pembantaian itu. Lebih jauh, mereka meragukan bahwa di kamp-kamp itu memang ada anggota PLO, karena (1) Komisi Kahan mengklaim bahwa pasukan Israel hanya mengirim 150 orang Falangis untuk memerangi anggota PLO yang konon jumlahnya 2.000 orang. Ini tentu suatu keputusan militer yang tidak realistik dan buruk. (2) kaum Falangis hanya menderita dua korban, sebuah hasil yang tidak mungkin terjadi dalam sebuah pertempuran yang berlangsung selama 36 jam antara 150 orang militan melawan 2.000 pasukan PLO yang berpengalaman. [FT].

Para pembela Israel menunjukkan bahwa Israel tidak pernah mengklaim bahwa semua anggota PLO (dan bukan para militan Fatah) itu bersenjata atau berusaha menyusun suatu pertahanan. Selain itu, pada beberapa kesempatan sebelumnya, kaum Falangis digunakan oleh tentara Israel untuk menyaring para anggota PLO dari sisa penduduk Lebanon. Mereka mengklaim bahwa pada kesempatan-kesempatan lain itu, kaum Falangis berperilaku baik. Israel menunjukkan bahwa komandan lapangan Falangis, Elie Hobeika, pada saat itu sudah memelihara hubungan dengan Suriah (ia secara terbuka mengalihkan kesetiaannya kepada Suriah), hingga memberikan kesan bahwa ia mungkin telah menciptakan pembantaian itu sebagai sebuah provokasi politik terhadap sekutu-sekutu Israelnya. Akhirnya, Israel menyatakan bahwa ia tidak pernah mengeluarkan perintah (pada kesempatan ini maupun yang lainnya) yang akan mengizinkan pembunuhan terhadap kaum sipil yang tidak bersenjata.

Namun demikian, Israel telah memberikan komitmen tertulis bahwa ia akan melindungi kaum sipil Palestina (sebagai tanggung jawabnya sebagai kekuatan pendudukan di bawah hukum internasional), namun Israel tidak melakukan apa-apa untuk melindungi warga sipil ketika ia sadar bahwa pembantaian sedang berlangsung.

Pada 4 Februari 1983, Der Spiegel (sebuah majalah Jerman terkemuka) memuat sebuah wawancara dengan salah seorang Falangis yang ikut serta dalam pembantaian itu. Menurut orang ini, para pasukan Israel berperang bersama-sama kaum Falangis serta mengebomi kamp itu untuk menolong mereka mengatasi perlawanan Palestina.

Pada 1987, “Time” menerbitkan sebuah laporan yang menyiratkan bahwa Sharon bertanggung jawab secara langsung atas pembantaian-pembantaian itu. Sharon menuntut Time dengan tuduhan pencemaran di pengadilan Amerika dan Israel. Time memenangi tuntutan itu di pengadilan AS karena Sharon tidak dapat membuktikan bahwa Time telah “bertindak dengan maksud jahat,” sebagaimana yang diharuskan di bawah undang-undang pencemaran AS, meskipun para juri merasa bahwa artikel itu keliru dan mencemarinya.

Shabra dan Syatila setelah penyerbuan Israel

Israel mulai meninggalkan Beirut tak lama setelah berita tentang pembantaian itu menyebar. Perlindungan kamp-kamp itu dipercayakan kepada Italia. Setelah sejumlah serangan atas pasukan penjaga perdamaian, Italia meninggalkan Lebanon. Keamanan kamp-kamp itu kemudian dipercayakan kepada milisi Amal.

Shabra dan Syatila di Pengadilan Belgia

Setelah terpilihnya Sharon pada tahun 2001 sebagai Perdana Menteri Israel, kaum keluarga para korban pembantaian ini mengajukan tuntutan di Belgia dan menuduh bahwa ia secara pribadi bertanggung jawab atas pembantaian-pembantaian itu, dengan menggunakan undang-undang yang pertama kali digunakan terhadap mereka yang terlibat dalam Genosida Rwanda. Mahkamah Agung Belgia memutuskan pada 12 Februari 2003 bahwa Sharon (dan mereka yang terlibat lainnya, seperti Jenderal Yaron dari Israel) dapat dikenai tuntutan di bawah tuduhan ini. Israel mengklaim bahwa tuntutan ini dilakukan dengan alasan-alasan politis.

Sebuah kasus lain diajukan di Belgia yang menyatakan bahwa Presiden George H. W. Bush dan Menteri Luar Negeri Colin Powell bertanggung jawab atas kejahatan-kejahatan perang dalam Perang Irak pertama. AS mempertanyakan yurisdiksi pengadilan Belgia untuk mengadili kejahatan-kejahatan perang yang dilakukan di tempat lain, dan meminta sekutu-sekutu Eropanya untuk menekan Belgia serta mengancam untuk memindahkan markas besar NATO dari Belgia. Selain itu sejumlah kasus lainnya terhadap para pemimpin dunia, seperti Fidel Castro, Augusto Pinochet, dan Yasser Arafat, juga diajukan di pengadilan Belgia, hingga menimbulkan sejumlah masalah diplomatik. Akhirnya Belgia mengamandemen hukumnya dan menyatakan bahwa pengaduan-pengaduan hak asasi manusia hanya bisa diajukan apabila korban atau tertuduhnya adalah warga Belgia atau sudah lama menjadi penduduk negara itu pada waktu kejahatan yang dituduhkan itu terjadi. Parlemen Belgia juga menjamin kekebalan diplomatik bagi para pemimpin dunia dan pejabat pemerintahan lainnya yang berkunjung ke negara itu.

Elie Hobeika, komandan Falangis pada waktu pembantaian itu tidak pernah diadili dan ia memegang jawaban menteri di pemerintahan Lebanon pada tahun 1990-an. Ia dibunuh dengan sebuah bom mobil di Beirut pada 24 Januari 2002, sementara ia bersiap-siap untuk memberikan kesaksian dalam sebuah peradilan Sharon.

Pada 24 September 2003, pengadilan tertinggi Belgia menolak pengaduan kejahatan perang terhadap Ariel Sharon, dan menyatakan bahwa pengaduan itu tidak mempunyai basis hukum untuk dijadikan tuntutan.

Redaktur: Shabra Syatila
Sumber: Wikipedia