Rekan-rekan marilah kita
bermuhasabah terhadap semua amalan kita, perbuatan kita dan tingkah laku kita
selama ini karena seorang sahabat nabi yang juga khulafaurasyidin Umar Ibnul
Khatab R.A, pernah berkata “Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu, hisablah dirimu
terlebih dahulu sebelum kita dihisab (nanti di hari akhir oleh Allah).
-
Suatu kali Rosulullah SAW pernah menaiki mimbar
untuk berkhutbah. Saat menginjak anak tangga pertama beliau mengucapkan AMIN,
begitu pula dengan anak tangga kedua dan ketiga. Lalu para sahabat seusai
shalat bertanya pada beliau mengapa beliau mengucapkan AMIN.
Beliau menjawab
bahwa Malaikat Jibril datang dan berkata “Kecewa dan merugi seseorang yang bila
namamu disebut dan dia tidak mengucap shalawat atasmu. Kecewa dan merugi orang
yang berkesempatan hidup bersama kedua orang tuanya tetapi dia tidak sampai
bisa masuk ke syurga. Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup pada
bulan Ramadhan tetapi tidak terampuni dosa-dosanya (HR Ahmad).
-
Sahabat…marilah kita merenungi perjalanan hidup
kita dari Ramadhan ke Ramadhan…berapa banyak dari kita hanya sanggup jadi
penonton ketika rekannya sibuk bertadarus, sibuk dalam aktivitas yang
memurnikan ketaatan sementara kita hanya bisa berikrar dan berjanji dalam hati-hati kita berkali dan berulang-ulang
untuk bisa lebih banyak ibadah dalam Ramadhan kali ini tapi hanya tinggal niat
saja di hati. Kita tak sanggup jadi pemberontak bagi hawa nafsu kita sendiri,
berapa banyak waktu terbuang dan kita tinggalkan sementara hal tersebut bisa
berbuah beberapa ayat Al-Qur’an ketika kita eja satu-satu hingga satu juz
sehari, berapa banyak tasbih yang kita rangkai untuk mengundang kemurahan Allah
di bulan Ramadhan ini…
-
Berapa banyak dari kita ketika Ramadhan
menjelang hanya punya daftar makanan apa yang belum kita cicipi untuk berbuka,
penganan apa yang belum kita beli untuk memenuhi hawa nafsu berbuka puasa kita,
sementara ketika waktu azan tiba tak satupun makanan itu berguna untuk ibadah
kita bahkan membuat kita malas beribadah dan akhirnya terlewatkan dengan tidur
kekenyangan dan kelelahan makan daripada ber ibadah tarawih dan
bertadarus.
-
Rekan-rekan dan sahabat yang saya cintai, mari kita merenungkan hal yang sebenarnya
adalah perihal dan kepentingan Allah dan bukan kepentingan kita, dan sebaliknya
ada hal yg sebenarnya itu adalah untuk kepentingan kita tapi kita menyangka
Allah butuh hal itu.
-
Berapa banyak dari kita yang merasa harus
mengumpulkan pahala yang banyak karena untuk kepentingan Allah, kita merasa
Allah perlu disembah dan Allah akan berkurang keagunganNya karena kita kurang
taat padaNya, ingatlah sahabat, rekan-rekanku, bahwa Allah tak perlu
kita..Allah tak perlu amal ibadah kita yang sedikit dan penuh riya’ itu, Allah
tak kan pernah mati karena kita tak memberinya makanan berupa ibadah..Allah tak
perlu kita dan benar-benar tak memerlukan kita….
-
Berapa banyak dari kita yang melaksanakan amal
ibadah karena ada kepentingan didalamnya, kita mengerjakan sholat dhuha agar
banyak rejeki, kita mengerjakan sholat malam hanya ingin curhat dalam do’a kepadaNya, kita berinfaq
sepuluh ribu karena berharap dibalas ribuan bahkan ratusan juta rupiah yang
kembali ke rekening kita entah dari mana, padahal kita bukan berdagang sama
Allah kita bukan barter barang sama Allah, bukankah kewajiban kita untuk menyembah
Allah semata karena Dia Robb yang menciptakan kita dan memberikan kita hidup,
bukankah seharusnya kita memurnikan rasa syukur kita kepadaNya dengan tulus
ikhlas dengan beribadah tanpa pamrih…Allah punya hak untuk disembah karena dia
Robb yang mencipta dan menguasai seluruh alam termasuk diri kita.
-
Dalam hal berdo’a berapa banyak dari kita yang
berdo’a melampaui batas, kita kadang tak sadar ketika berdo’a seakan akan
amalan yang kita miliki telah cukup, kita merasa cukup karena mampu sholat
semalam suntuk, kita merasa banyak amal karena uang yg telah kita infaqkan banyak
sepenuh dompet, bahkan kita merasa
sangat beriman padahal perilaku buruk yang kita tunjukkan kepada teman, kita
anggap sebagai toleransi, semua membuat kita jumawa ketika berdo’a pada Allah,
kita seenaknya saja meminta ini itu pada Allah, minta jabatan padahal kita
kerja lebih banyak mengeluh dari pada berkontribusi, minta rejeki yang berkah
yang halal yang banyak padahal kita banyak menipu dan memanfaatkan orang hingga
orang tersebut tak sadar kita manfaatkan, minta anak2 sholeh dan sholehah
padahal kita gak bisa jadi orang tua yang bijak dan sholeh, kita meminta ini
itu seakan-akan Allah adalah suruhan kita yang harus mengabulkan semua ingin
kita…
-
Berapa banyak dari kita yang berucap Bismillah
ketika memulai suatu pekerjaan tetapi pekerjaan kita tak ada manfaatnya buat
Allah, padahal pekerjaan kita tidak ada sangkut pautnya dengan Allah, kita
merasa mengikuti sunnah nabi ketika memulai pekerjaan dengan Bismillah karena
nabi memulai segala pekerjaan yang didalamnya ada kepentingan dakwah dan
kemashlahatan Islam serta kaum muslimin, sedangkan kita memulai Bismillah untuk
kepentingan kita sendiri, untuk urusan perut kita sendiri untuk urusan nafkah
sendiri yang jauh dari memikirkan kepentingan ummat dan kejayaan Islam.
-
Begitu juga ketika kita memanjatkan do’a kepada
Allah, kebanyakan dari kita hanya berdo’a untuk urusan kita sendiri, minta
diberi kekayaan, berdo’a meminta diberi jabatan, minta jodoh yang cantik molek spt
selebritis, yg gantengnya seperti boy band dan banyak lagi, minta rejeki yang
banyak yang halal yang berkah tujuh turunan, padahal nabi tak pernah berdo’a
semacam itu malahan Nabi berdo’a untuk kemaslahatan ummatnya, kita lupa mendo’akan
saudara-saudara kita yang tengah menderita di belahan dunia lain, di Palestina,
di Suriah, di Mesir dan dinegeri-negeri Islam yang kini tengah bergejolak, kita
sibuk meminta kemakmuran untuk urusan pribadi kita dan lupa berdo’a untuk
saudara-saudara kita yang sedang menderita, di dzolimi dan meregang nyawa
karena dibantai musuh2 nya.
-
Berapa banyak dari kita ketika mendengar ummat
Islam dalam posisi yang rugi dan terpojok lalu cuci tangan dan mengatakan itu
bukan jama’ah kami atau bukan bagian dari kami dan bukan golongan kami, padahal
yang kita dengar adalah saudara muslim kita sendiri yang perlu dukungan penuh
dari kita, sampai hari ini kita masih ingat ketika ummat Islam dituduh teroris
oleh Negara Barat semata-mata karena ummat Islam berjuang mempertahankan
marwahnya di negeri-negeri mereka, mempertahankan harga dirinya yang di injak-injak
oleh musuh2nya yang sebenarnya adalah musuh-musuh kita juga, alangkah mudahnya
kita membela kepentingan orang-orang Nasrani dan Yahudi bahkan kita juga
gampang membela kepentingan syaithan dan golongannya dan berkhianat terhadap
kaum muslimin dan Islam secara keseluruhan.
-
Lalu muslim seperti apa kita yang tak sanggup
mendukung PERDA Syariah misalnya, tak sanggup istiqommah mendukung komunitas-komunitas
yang berbendera Islam padahal komunitas itu berlandaskan Islam dan mengikrarkan
diri sebagai bagian dari ummat Islam tapi kita berpaling muka. Kapan kah kita
harus beroposisi terus terhadap perjuangan kaum muslimin diatas muka bumi ini
jika kita tak pernah merasa bagian dari perjuangan dakwah, ingatlah hadist yang
mengatakan jika kita tak pernah terbersit sedikitpun untuk berjihad maka bisa
jadi kita mati dalam salah satu cabang kejahiliyahan, lalu jika kita tak punya
niat bahkan tak punya rasa untuk membela
dalam hati atas setiap usaha dan perjuangan kaum mislimin, lalu muslim seperti
apakah kita?
-
Sahabat-sahabatku mari kita Ingat akan hadist
yang mengatakan jika kita tak pernah memikirkan kepentingan ummat ini, tak mau
tahu tentang nasib ummat ini, maka kata nabi, kita bukanlah bagian dari ummatnya
nabi…falaisa minni.
-
Sahabatku…pernah kah kita memikirkan dosa-dosa
yang pernah kita kerjakan? Memang Allah pasti mengampuni setiap dosa yang kita
kerjakan jika kita meminta ampun, itulah sifat maghfiroh Allah kepada hambaNya,
tetapi sahabatku yakinkah suatu saat nanti Allah tak membuka aib kita ketika pengadilan
hari akhir digelar di padang Mahsyar? Bisakah kita memastikan Allah telah
melupakan dosa-dosa yang telah diampuniNya? Bisa jadi karena kita sombong
karena merasa di ampuni, dosa-dosa itu hadir satu-satu dalam layar besar
rekaman sejarah hidup kita yang diputar nanti dihadapan kita kemudian dosa-dosa
itu menuntut balas atas kesombongannya dihadapan kita .
-
Rekan-rekan siapakah yang bisa menjamin bahwa
dosa-dosa itu benar-benar diampuni Allah, adakah underlyingnya, adakah
endorsementnya dari Allah berupa catatan hitam di atas putih bahkan bermaterai
atau pula berakad dihadapan notaris untuk memastikan dosa-dosa yg kita
kerjakan itu tidak dibeberkan Allah di
padang Mahsyar besok, padahal kita sudah berlinang air mata untuk minta
dimaafkan oleh Allah? Tidak ada sahabatku, tidak ada yang bisa menjaminnya,
maka mari kita sama-sama berhati-hati menjalani hidup ini…
-
Kita dan pribadi kita tak kurang hanyalah
seorang hina yang tercipta dari yang hina, keluar dari yang hina dan
mengeluarkan sesuatu yang hina dan kembali keperut bumi tanpa membawa apapaun
kecuali bekal amalan yang beratnya juga tak seberapa.
Demikianlah sahabat semoga
menjadi pengingat bagi diri saya sendiri dan bagi rekan-rekan yang bisa
menyimak dan menitipkannya kedalam hati,semoga bermanfaat dunia akhirat, amin
No comments:
Post a Comment