Saturday, June 22, 2019

Masa Keterpurukan Umat, Masa Panen Syuhada Untuk Kebangkitan Islam


Ia, Muhammad Mursi, adalah satu dari sekian banyak syuhada yang dipanen pada zaman ini. Masa ketika umat Islam tengah terpuruk. Bagai hidangan di hadapan musuh-musuhnya. Fase yang Allah swt sengaja kondisikan karena adanya pergiliran era kejayaan.

Sebuah umat akan mengalami masa kejayaan di muka bumi, dan akan menemui pula titik nadirnya. Khusus untuk umat Islam, itu adalah fase ujian untuk menyeleksi siapa yang teguh imannya, juga agar banyak yang mendapat kesempatan menjadi syahid.

”Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS Ali Imran: 140)

Ladang Jihad di Bawah Mulkan Jabbariyatan

Rasulullah SAW bersabda: ”Masa kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang masa Kekhalifahan mengikuti manhaj kenabian, selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang masa Raja-raja yang Menggigit (mulkan ‘adhon) selama beberapa masa, selanjutnya datang masa Raja-raja/para penguasa diktator (mulkan jabbariyatan) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali kekhalifahan mengikuti manhaj kenabian.” (HR Ahmad)

Dari sekian banyak asatidz yang mengulas tentang hadits di atas, saya belum menemukan yang tidak sepakat bahwa sekarang adalah fase Mulkan Jabbariyatan. Kapan terjadinya periode kenabian, sangat mudah dimengerti. Begitu pula Khulafaur Rasyidin selama 30 tahun, dimulai dari Abu Bakar r.a. dan diakhir oleh Ali bin Abi Thalib r.a. (atau Hasan bin Ali r.a.). Lalu berlanjut Mulkan ‘Adhon sebagai masa kekhalifahan yang berjalan dengan sistem kerjaan hingga berakhirnya Turki Utsmani. Dan kini adalah era raja-raja diktator yang berkuasa atas umat Islam.

Tak banyak negara yang memakai sistem kerajaan dewasa ini. Sebagiannya adalah negeri di mana umat Islam menjadi mayoritas penduduk. Kebanyakan mengadopsi bentuk pemerintahan republik. Namun sering kali meski mengklaim menjalankan demokrasi di negara berbentuk republik, tetap saja perilaku otoriter layaknya raja diraja diperlihatkan oleh pemimpin-peminpin itu.

Sederet nama seperti Hafez Al-Assad dan anaknya Basyar Al-Assad di Syiria; Anwar Sadat, Gamal Abdul Naser, Hosni Mubarak di Mesir; Saddam Husein di Irak; Muammar Khadafi di Libya, dan Suharto yang pernah memimpin negeri kita, adalah sampel tokoh-tokoh bertangan besi yang memerintah atas umat Islam. Masih banyak yang belum disebut. Tentu masing-masing tak sama level kediktatorannya, serta tak menutup kemungkinan tetap memiliki kebaikan dan manfaat untuk umat manusia.

Dalam periode Mulkan Adhon pun rasa gigitannya bervariasi. Ada yang setara mukan jabbariyatan seperti ketika Al Hajjaj berkuasa, bahkan ada yang pantas disejajarkan dengan Khulafaur Rasyidin, semisal Umar bin Abdul Aziz.

Di masa Mulkan Jabbariyatan ini tentu bervariasi juga. Ada yang benar-benar otoriter, ada pula pemimpin yang menunjukkan pembelaan kepada umat.

Sempat tipe pemimpin seperti Mursi bertahta di Mesir. Namun kebenaran hadits itu berlaku. Negeri Sungai Nil mengalir tersebut kembali dipimpin sosok yang sewenang-wenang. Hingga saya berkesimpulan, sekalipun sebuah negeri Islam mengalami demokratisasi atau sempat dipimpin penguasa yang memberi kebebasan, tetap saja di zaman ini akan kembali lagi pada kepemimpinan otoriter. Itu di Mesir. Bagaimana di Indonesia? Anda bisa merasakan sendiri.

Tapi begitulah ladang jihadnya. Ulama, du’at, dan para pejuang Islam seperti Omar Mukhtar, Sayyid Quthb, Hasan Al Banna, Buya Hamka, dll rahimahumullah menjadi sosok yang memenuhi sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya di antara jihad yang paling utama adalah mengutarakan kalimat keadilan di hadapan penguasa zalim.” (HR Tirmidzi) Mereka menempuh risiko dari diasingkan, dipenjara, hingga dibunuh.

Mursi wafat ketika tengah melakukan itu. Berpidato menyatakan kalimat keadilan yang hak di hadapan para hakim yang bekerja di bawah pemimpin zalim. Hingga wajar kita menyebutnya syahid, karena sesuatu dinilai berdasarkan zahirnya.

Kalau pun ada pemimpin yang demokratis, namun menolak menjalankan apa yang telah Allah turunkan, maka sama saja ia berlaku jabbariyatan. Sikap sombong apa yang lebih parah dari menolak bimbingan Allah swt?

Terpuruk Sebagai Hidangan Musuh Islam

Hadits lain yang persis menggambarkan kondisi umat Islam sekarang adalah seperti sabda Rasulullah saw berikut: “Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanan.” Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” ”Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit wahn.” Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah wahn itu?” Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: ”Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR Abu Daud & Ahmad)

Kata kunci dalam hadits di atas adalah wahn. Sebuah penyakit cinta dunia dan takut mati. Sudjiwo Tedjo pernah menulis di akun media sosialnya, "Pemimpin tangan besi mematikan nyali. Pemimpin yang dinabikan mematikan nalar." Begitulah, di bawah kesewenang-wenangan mulkan jabbariyatan, banyak umat Islam yang mati nyalinya sehingga takut menghadapi risiko atas berkata kebenaran dalam pengawasan rezim.

Pemimpin-pemimpin diktator itu sebenarnya ada di bawah kendali musuh Islam. Mereka bersikap keras kepada umat, namun pasrah menjadi boneka negara kafir yang sedang Allah izinkan menjadi adidaya.

Yang mengerumuni umat Islam pun tidak satu pihak. Tak hanya kaum kafir dari blok barat, blok timur pun ambil bagian. Mereka saling berebut untuk mengeksplorasi sumber daya alam di negeri-negeri Islam, serta mendikte pemerintahan yang berkuasa.

Dalam pada itu, gemerlapnya kemajuan di negeri-negeri kafir membuat umat minder dan mengagumi mereka. Terjadi gegar budaya. Cinta dunia tumbuh mengikis rasa bangga sebagai umat Islam.

Menantikan Kebangkitan Islam

Lanjutan hadits riwayat Ahmad itu, adalah kembalinya fase Khilafah di atas manhaj kenabian. Sesuai istilahnya, di masa tersebut pemerintahan yang berkeadilan akan tegak menaungi umat Islam dan kezaliman akan dientaskan.

Tetapi jangan terburu membayangkan yang muluk-muluk. Karena nyatanya, di era Khulafaur Rasyidin pun terdapat konflik.

Saya tidak tahu bagaimana persisnya kondisi dunia kala itu terjadi. Yang jelas, ada berita gembira bahwa Islam akan berjaya kembali. Manhaj kenabian yang adil akan menjadi dasar para penguasa dalam memimpin umat. Insya Allah.

Maka pilihannya, kita akan berpangku tangan sembari yakin masa itu akan datang, atau berjibaku untuk mengupayakan “sabab kauni”-nya. Kita bisa memilih ongkang kaki sambil menunggu Imam Mahdi - yang disebut-sebut dalam banyak hadits - muncul, atau berusaha agar umat Islam bangkit dalam keadaan tak tahu kapan kehadiran sosok yang ditunggu itu. Berjuang, setidaknya agar umat ini tidak terpuruk amat.

Kalau Anda memilih yang kedua, lantas bagaimana caranya? Setiap orang akan meraba, berijtihad, lalu menempuh jalan yang bisa berbeda-beda dengan orang/kelompok lain. Tapi semua itu dalam satu tujuan: Shohwah Islamiyah. Indah bila setiap kelompok bisa bersinergi. Sayangnya datang penyakit lain: rasa dengki dan syahwat membanggakan kelompoknya sendiri.

Meraba jalan kebangkitan itu, saya yang awam ini melihat bahwa penyakit wahn harus diobati. Tentu saja obatnya adalah bersikap kebalikannya. Yaitu tak takut mati dan tak cinta dunia. Berani menyatakan kebenaran meski mendapat ancaman penguasa zalim. Menanamkan cita-cita syahid dalam hati.

Dan menghapus rasa cinta dunia melalui sikap dermawan. Karena di berbagai belahan dunia, umat Islam butuh uluran tangan. Di Palestina, Rohingya, Uyghur, dan banyak lagi. Serta mengenyahkan sikap kampungan yang mudah terkagum dengan kemajuan negeri kafir. Bukan kekafiran yang membuat mereka lebih maju dari kita, tapi lemahnya kita menjalankan Islam dengan benar.

“Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri” (QS Ali Imran: 196)

"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (darjatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS.Ali ‘Imran:139)

Hadits lain juga bisa menjadi pedoman. “Tali/buhul ikatan Islam akan putus seutas demi seutas. Setiap kali terputus, manusia bergantung pada tali berikutnya. Yang paling awal terputus adalah hukumnya, dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad)

Agar tali Islam utuh lagi, maka mulailah dari ikatan terdekat: yaitu sholat. Bila tiap pribadi muslim telah mendirikan sholat, maka kemungkaran di muka bumi pun berkurang.

Buhul berikutnya bisa jadi menumbuhkan semangat untuk patuh berzakat. Karena dalam Al-Qur’an, sering kata sholat disandingkan dengan zakat. Bersama dengan itu, riba dan sistemnya pun harus diperangi. “…Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah…” (QS 2: 276)

Hingga yang terakhir adalah kepemimpinan di atas manhaj nubuwwah terwujud.

Tapi jangan nafikan dan anggap keragaman gerak organisasi/kelompok Islam itu tak tahu prioritas. Bahwa ada yang bergerak di bidang kultural, pendidikan, ekonomi, bahkan politik, itu demi mempersiapkan simpul-simpul tali Islam untuk dirajut. Bila simpul sholat telah terikat sempurna, insya Allah simpul-simpul berikutnya sudah dikondisikan dan mudah diikat karena perjuangan suatu kelompok Islam yang fokus pada bidang tersebut.

Ya, masa kejayaan Islam akan datang juga pada akhirnya. Tapi jangan berpangku tangan. Jadilah orang yang menghadirkan sabab kauni atas masa itu. Ajak diri dan umat untuk mendirikan sholat, membayar zakat, enyahkan penyakit wahn, dan umat akan menjadi saksi kerja-kerja kita.

Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (At-Taubah: 105)

Allahua’lam bish showab.

Zico Alviandri

Wednesday, June 19, 2019

Jual beli politik atas nama angkatan '66

Aksi-aksi demo mahasiswa pada 1966 yang berakhir dengan jatuhnya pemerintahan Orla memunculkan istilah angkatan ’66. Istilah ini merujuk pada kelompok mahasiswa yang berdemo di tahun 66.


Entah siapa yang pertama kali memakainya. Namun, istilah ini kemudian digunakan oleh beberapa tokoh aksi demo mahasiswa yang ikut membentuk Orde Baru. Mungkin didorong kebiasaan kita yang senang menggunakan istilah angkatan-angkatan.


Jadinya latah mengikuti penggunaan istilah angkatan ’28 (Sumpah Pemuda) dan angkatan ’45 (proklamasi RI) sebelumnya. Istilah angkatan sendiri mengacu pada sekelompok orang yang kira-kira usianya sebaya dan sama-sama memiliki suatu gagasan atau perjuangan bersama.


Namun, sesudah cita-cita mereka tercapai, banyak di antara mereka yang terpecah-belah, bahkan saling bermusuhan, seperti misalnya yang terjadi dengan angkatan ’45 pada 1950-an dan 1960-an.


Istilah angkatan ’66 yang digunakan untuk menyebut para pelaku demo mahasiswa tahun ’66 banyak dipertanyakan dan dikritik orang di kemudian hari, termasuk oleh para pelaku demo mahasiswa itu sendiri.

Mereka mengatakan bahwa nuansa pergerakan mahasiswa tahun ’66 itu berbeda dengan peristiwa Sumpah Pemuda dan Proklamasi Kemerdekaan serta perjuangan mempertahankannya.

Pada mulanya perjuangan itu adalah gerakan spontan yang berlandaskan moral untuk mengkritik pemerintah.Penyebabnya adalah kerisauan mahasiswa terhadap keadaan sosial ekonomi negara yang buruk, pemerintahan yang otoriter, dan kelakuan pejabat-pejabatnya yang kurang bisa diterima. Namun, demo yang tadinya murni karena dorongan moral berubah menjadi gerakan yang lebih bersifat politik kekuasaan.

Segelintir elite politikus organisasi mahasiswa malah mengkooptasikan dirinya dengan kekuatan ABRI (terutama Angkatan Darat) yang kemudian mendirikan pemerintahan Orde Baru. Mereka menamakan dirinya sebagai angkatan ’66 untuk melegitimasi kelompok mereka, bukan mengacu pada kebanyakan mahasiswa yang mandi keringat kepanasan dan kehujanan berdemo waktu itu.


Adanya perpecahan di kalangan mahasiswa tahun ’66 terjadi tak lama setelah Bung Karno kehilangan kekuasaannya, yaitu saat proses pembentukan pemerintahan Soeharto mulai bergulir. Waktu itu banyak terjadi perbedaan pendapat dan polemik di antara para eks aktivis mahasiswa. Hal ini terus berlanjut hingga Pemilihan Umum 1971 dan Peristiwa Malari 1974. Perbedaan ini terlihat dengan pendirian Monumen ’66 di depan sebuah hotel mewah di kawasan Kuningan pada 1980-an.


Monumen ini sudah dipindahkan ke tengah jalan karena pelebaran Jembatan Rasuna Said. Adapun hotel di dekatnya adalah kepunyaan sekelompok eks pentolan mahasiswa tahun ’66 tadi. Mereka telah menggunakan “perjuangan” mereka untuk memperoleh konsesi dari pemerintah Orba. Embel-embel angkatan ’66 pulalah yang mempermudah mereka menjadi sekelompok pengusaha.


Saya kira banyak eks mahasiswa ’66 yang tidak tahu-menahu dengan pendirian Monumen ’66, bahkan banyak yang mencibir karena merasa aneh. Mengapa monumen ini didirikan di depan sebuah hotel mewah, di tempat yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan aksi perjuangan mahasiswa ‘66?


Setahu saya, kebanyakan teman saya yang berdemo waktu itu murni karena sikap moral mereka. Perjuangan mereka adalah gerakan tanpa pamrih, ungkapan panggilan jiwa serta bukti kepedulian dan keberpihakan mahasiswa terhadap nasib rakyatnya. Titik. Bukan karena motivasi lain.


Hal ini juga dikemukakan oleh Soe Hok Gie, aktivis mahasiswa ’66 yang almarhum dalam usia muda. Dia menganalogikan perjuangan mahasiswa waktu itu seperti pengelana koboi jago tembak yang kebetulan singgah di desa yang dikuasai para bandit. Si koboi merasa muak melihat kelakuan tengik para bandit dan terenyuh melihat para penduduk desa yang tertindas. Dia merasa terpanggil untuk membebaskan desa tersebut dari cengkeraman para bandit.


Tanpa ada yang meminta atau menyuruhnya. Dia hanya menuruti instingnya saja. Setelah berhasil mengalahkan para bandit, penduduk desa ingin menyampaikan terimakasih dengan memberikan hadiah dan mengangkatnya sebagai sherif desa tersebut.


Sang koboi jagoan kita ini menolak karena apa yang dilakukannya bukan untuk mendapatkan hadiah atau mencari jabatan. Maka, dia pun segera mengucapkan selamat tinggal kepada penduduk desa dan meneruskan perjalanannya.


Soe Hok Gie berpendapat aksi mahasiswa adalah gerakan kelompok yang seharusnya seperti tindakan si koboi. Gerakan murni karena moral dan panggilan hati nurani, bukan karena alasan lain atau mengharapkan pamrih, misalnya untuk cari jabatan dan kekuasaan.


Setelah selesai misinya, seharusnya kembali lagi ke kampus, meneruskan kuliah dan berkarier masing-masing. Saya kira pemikiran Hok Gie ini diilhami film koboi Shane yang dibintangi Alan Ladd. Film ini diputar pada pertengahan 1950-an dan sangat terkenal. Saya sendiri pernah menontonnya dan ceritanya mirip dengan analogi cerita koboi yang disampaikannya itu.


Saya termasuk mahasiswa yang merasa keikutsertaan saya dalam demo mahasiswa 1966 adalah murni karena alasan moral, yaitu memperjuangkan yang benar menurut hati nurani saya. Bukan karena ikut-ikutan atau disuruh, apalagi dibayar orang.


Jadi, saya sangat setuju dengan pendapat Hok Gie. Oleh sebab itu, saya termasuk orang yang merasa bahwa penciptaan angkatan ’66 adalah sesuatu yang absurd, bahkan bisa dibilang sebagai rekayasa kepentingan politik. Saya percaya gerakan moral mahasiswa seperti yang terjadi tahun ’66 akan selalu muncul saat dibutuhkan atau dalam situasi genting, bukan hanya monopoli mahasiswa tahun ’66.


Gerakan moral sudah dilakukan kaum muda terpelajar sejak dulu dan akan terus di masa mendatang karena sifatnya yang universal. Ini pula yang terjadi dengan peristiwa kebangkitan nasional oleh para siswa STOVIA pada 1908, Sumpah Pemuda Oktober 1928 serta peranan para pemuda dan mahasiswa di sekitar proklamasi dan perang kemerdekaan.


Saya tentu berharap gerakan moral kaum muda terpelajar ini jangan sampai mau dikooptasi oleh kekuasaan apapun. Namun, hanya panggilan nurani untuk dan demi kemajuan bangsa dan rakyatnya semata.


Akan tetapi, saya mendengar pendapat ini dicerca oleh kelompok yang berkooptasi dengan ABRI demi mendirikan Orba. Mereka mengatakan bahwa pendapat seperti itu adalah pendapat orang-orang yang naif, sok idealis atau pendapat dari mereka yang sakit hati karena tidak ikut kebagian rezeki. Saya kira mereka boleh saja bicara demikian.


Barangkali secara fakta juga ada benarnya. Munculnya barisan sakit hati dalam sebuah kelompok sudah ada sejak perjuangan kemerdekaan dan akan terus ada sampai kapanpun. Saya kira tidak sedikit kalangan yang menamakan dirinya angkatan ’66 atau eks Laskar Ampera ARH yang mencoba mencantolkan diri pada kekuasaan atau mencari kedudukan dengan berbagai kelihaian dan tipu muslihat. Namun, banyak juga yang tidak berhasil.


Saya pribadi tidak pernah merasa harus membangga-banggakan atau membawa perjuangan mahasiswa ‘66 dalam hidup dan karier saya kemudian. Saya kira banyak teman saya yang juga berpendirian demikian. Sampai sekarang pun saya dan teman-teman saya ini tidak pernah mau mengkooptasikan diri dengan sistem kekuasaan apa dan siapapun.


Meskipun kesempatan itu, terus terang dan bukannya mau menyombongkan diri, sebenarnya banyak terbuka jika saja kami mau memanfaatkannya. Namun, seperti yang sudah saya katakan, saya lebih merasa nyaman dan senang sebagai orang yang bebas merdeka sehingga dapat mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Sulit bagi saya untuk bisa menjadi pengikut, kroni apalagi penjilat dari siapa saja yang kebetulan sedang berkuasa.


Perlawanan Sunyi Mursi

Seorang kawan bertanya kepada saya, siapa politisi idola saya? Saya jawab saya tak mengidolakan politisi. Apa sebab? Karena orang yang hidup tidak dalam titik nadir adalah orang biasa-biasa saja, Hatta seorang politisi hebat sekalipun masih hidup dengan kenyamanan sosial dan materiil diatas rata-rata kebanyakan orang. Tidak ada yang istimewa.

Sementara nama-nama besar dalam catatan sejarah adalah tentang orang-orang yang teguh hingga titik nadir. Memilih untuk hidup menderita karena memegang prinsipnya atau memperjuangkan nasib orang banyak.

Antitesa utama dari kemewahan sosial dan materiil adalah jeruji besi, tentu tanpa sebuah tindakan kriminal dan pidana, alias tahanan politik, dipenjara karena melawan penguasa. Nelson Mandela dipenjara, Soekarno dipenjara, Tan Malaka dipenjara, Pram dipenjara, Hamka dipenjara.

 Mungkin kita akan menganggap beruntung yang kemudian bebas, tapi bisa jadi lebih beruntung ia yang hingga akhir hayatnya mati dalam titik nadir, bagi saya kematian dalam titik nadir karena memegang prinsip adalah kematian yang mulia. Karena hingga mati ia tak tersentuh hipokritnya dunia, dalam kesenangan dan kemewahan pribadi semata.

Adalah Mursi, nama baru yang akan dicatat sejarah sebagai orang yang mati mulia. Ia berprinsip tak mengakui Pemerintahan yang terbentuk karena mengkudeta hasil pemilu yang sah. Andai ia mau mengangguk barang sekali, mungkin kebebasan akan dirasakannya sambil menikmati hari tua.

Kalau dalam pandangan kebanyakan orang, Toh apa lagi yang harus Mursi perjuangkan? Organisasi sudah bubar centang perenang, aktivisnya ditangkapi dan lari keluar negeri. Sudah tak ada harapan bagi Ikhwanul Muslimin di Mesir, ia sudah game over.

Tapi memang Mursi tak sedang membela Ikhwanul Muslimin, ia sudah tak punya daya dan upaya, yang masih bisa ia bela tinggallah suara rakyat yang memilihnya, meski mungkin para pemilihnya bisa jadi sudah melupakannya.


Bersenjatakan tubuhnya yang renta, ia lakukan perlawanan Sunyi, dengan mengorbankan satu demi satu organ tubuhnya digerogoti penyakit dalam penjara, ia tukar dengan prinsip bahwa kekuasaan As Sisi tidaklah sah dan pilihan rakyat harus dibela.

Diabetesnya terus menggila, sebelah matanya hampir buta entah kenapa, paru-parunya meradang akibat dinginnya penjara, jantungnya berdebar-debar akibat hipoglikemia, mulut dan rahangnya terluka.

Selama 7 tahun, Ia melawan hingga titik nadir, sampai tumbang, hingga raga kakek berwajah teduh itu tak lagi mampu lagi jadi senjata terakhir perlawanannya. Nahas, kalau dilihat dari kacamata materil. Hina, kalau dipandang dari perspektif penguasa. Menyedihkan kalau ditatap dari kacamata awam.

Tapi Mursi sudah menang, ia jauh lebih mulia dari penguasa yang ia lawan. Tanpa angkat senjata, As Sisi sudah kalah. Martabat Mursi melambung tinggi seperti jiwanya yang kini merdeka menghadap Rabbnya, sementara harga diri As Sisi jatuh karena dzalim membunuh seorang Kakek renta.

Selamat jalan kakek berwajah teduh, dada jutaan orang kini telah kau buat membara, akibat perlawanan sunyimu dalam dinginnya penjara. Panjang Umur Perlawanan! Pendek Umur Kedzaliman!

Ahmad Jilul Qurani Farid


PIDATO TERAKHIR PRESIDEN MURSI DALAM PERSIDANGAN

Berdasarkan saksi mata dari jurnalis Mesir yang ada di persidangan, Dr. Muhammad Mursi Presiden Republik Arab Mesir yang legal, mendapatkan wafat syahid setelah 25 menit menyampaikan pidato terakhirnya di persidangan, lalu beliau jatuh ke lantai dan wafat.

Beberapa hal terpenting yang beliau sampaikan dalam pidato terakhirnya sebagai berikut :

1. Kalian telah menuduh saya melakukan aksi mata2 kerjasama intelijen  bersama Hamas, sekarang (pemerintahan) Kalian berinteraksi dan bekerja sama juga dengan HAMAS.

2. Kalian telah menuduh saya atas apa yang terjadi di Sinai, dan sekarang Kalian menyaksikan juga yang terjadi di Sinai ( penyerangan & pembunuhan ), sementara saya sudah ada di dalam penjara.

3. Kalian menuduh saya terkait insiden kekerasan di Mesir, sekarang Kalian menyaksikan apa yang terjadi di Gereja2 dan Masjid ( serangan pemboman), dan pengusiran penduduk dari beberapa kampung dan daerah di Mesir.

3. Kalian mengkudeta-ku dan  tak pernah membiarkanku sehari saja tanpa penyiksaan di dalam penjara, dan kalian pura-pura bodoh dengan apa yang terjadi. Kalian ingin membunuhku dengan berbagai macam cara, tapi pada saat yg sama kalian juga ketakutan akan kerasnya reaksi yg akan muncul saat itu terjadi.

5. Tidak ada yg tahu kapan ajal seseorang kecuali Allah. Dia-lah yg berkuasa atas segala urusan. Dan tidaklah kami ucapkan selain : Cukuplah Allah sebaik-baik pelindung dari setiap pelaku kezaliman dan antek2 penjahat kudeta.

6. Sungguh aku sangat yakin, aku akan bertemu Allah dalam kondisi bersabar dan berharap mendapatkan pahala. Aku yakin sepenuhnya akan bertemu dengan para penjahat itu di hadapan Allah, dan pada sisi-Nya akan tuntas segala perselesihan (dengan keadilan).

7. Pesanku kepada anak2 dan istriku, Allah menyaksikan bahwa sungguh aku mencintai kalian, dengan sebuah cinta yang tidak akan mengetahui (kedalaman)nya kecuali hanya Allah semata.
Betapa sering aku menderita, kesakitan, menjalani kehidupan dalam penjara tanpa obat dan pengobatan, tapi saat itu Aku memikirkan kalian siang dan malam. Aku tak tahu kapan kita akan bertemu, dan sungguh mungkin pertemuan kita kelak di Surga. Kita mohon itu kepada Allah, dan kita adukan kepada-Nya kezaliman mereka yang zalim.

8. Sungguh aku sampaikan kepada kalian bangsa Mesir yang agung, aku ulang kembali pesan ini dan senantiasa aku kuatkan : bahwa Kalian mampu  menjalankan perubahan wahai pemuda2 Mesir. Jangan meninggalkan dan mengecewakan para ibu2 yang anak2nya syahid dalam perjuangan ini, juga mereka saudara2mu yang telah terzalimi. Sesungguhnya kezaliman tidak akan abadi, dan mereka para pengkudeta, akan datang kepada mereka hari kepastian. Tidak ada yg abadi, karena hanya Allah-lah yg kekal lagi abadi.

9. Pemerintahanku belum berjalan satu tahun lamanya, dan banyak sekali upaya interfensi dari banyak negara, baik itu Zionis, Amerika dan juga Arab. Mereka menginterfensi banyak urusan Mesir dan membeli para pengkhianat bayaran untuk menghancurkan negeri ini. Dan sekarang ini Mesir sebagaimana kalian saksikan setiap hari, kejadian perusakan demi perusakan terjadi, dan bangsa ini tidak pernah tenang kecuali dengan hilangnya pelaku kezaliman, dan kembali bebasnya mereka2 yang terzalimi.

10. Dan point terakhir yang disampaikan Mursi sebelum jatuh ke lantai. Media televisi Mesir merekam peristiwa/ucapan tersebut, tanpa menyiarkannya, yaitu : Aku hanya menunggu perjumpaan dengan Allah semata Wahai para Hakim, celakalah Hakim dunia ( akan diadili) oleh Hakim Langit.

Kemudian saat itu beliau tidak bisa melihat lagi siapa yg di hadapannya, beliau mengangkat jari telunjuknya ke atas tinggi2 dan jatuh ke lantai.

*diterjemahkan dari sumber liputan netizen berbahasa arab via grup WA.

Malu lah pada Mursi !!

Pagi ini aku ingin berteriak, Heey! Kalian yang mengaku sefikrah dengan Mursi, terinspirasi konon... Malulah pada Mursi. Sesungguhnya pertikaian kalian itu memalukan. Apa yang kalian ributkan hanya remeh temeh belaka.

KaKammi FH, Non FH. PKS, Garbi, FKP dan apalah apalah. Kalian semua meributkan semua itu, sementara kodok terus menertawakan kalian. Kalian mau berjalan kemana pun ternyata malah jalan di tempat.

Soko guru peradaban atau ustadziyatul alam yang ingin kalian perankan, hanyalah sebatas keinginan yang tidak akan pernah mewujud.

Sebab kalian sekarang memposisikan diri di tengah arena permainan anak-anak. Main tembak-tembakan. Main benteng-bentengan. Saling kejar, saling pukul. Terkadang ada yang pingsan. Tapi pingsan-pingsanan. Atau kadang juga ada yang mati, tapi boong-boongan.

Yah, namanya juga sedang bermain-main.

Malulah pada Mursi. Yang teguh sendirian menggenggam kebenaran. Walau harus bertaruh nyawa.

Kalian, apa masalah kalian? Melihat seeorang teman memakai jam mewah, belingsatan.

Kewalahan bertarung di pengadilan, katanya kawan akan nangis bombay.

Melihat kader banyak yang kritis, suruh tandatangan kesanggupan dan sampai muahadah ulang.

Disodori daftar kemungkinan tersangka korupsi...

Melihat kawan tidak berkopyah...

Sekedar kawan dimasukkan struktur BPN...

Dan apalagi saat mendengar kawan akan jadi saksi...

Ayolah, mulai bergerak jelas, terukur dan substansial!

Sekali lagi, malulah pada Mursi...

*Rusdi Abrar Rifa'i

Tuesday, June 18, 2019

MURSI




إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Akhirnya lelaki bercambang dengan wajah teduh berkacamata itu menemui Rabbnya: 17 Juni 2019, 13 Syawal 1440. Tepat ketika banyak Muslimin menunaikan shaum Syawal dan/atau yaumul bidh. Ia dinyatakan tak bernapas usai pingsan dengan baju merah dalam balutan letih sangat. Kiranya nama dan wajah Muhammed Mursi (1951-2019) akan terus dikenang oleh para keluarga pejuang kebenaran.

Wafat dalam status tahanan sungguh tak mengenakkan. Dikurung dalam kelaliman tiada kenal kemanusiaan oleh kekuasaan tiran yang pernah duduk sebagai pihak kepercayaan. Dikhianati oleh kalangan yang menahbis diri pembela kebenaran dan kebebasan. Entah yang Islamis Salafi ataupun sekularis-liberal dan komunis.

Sebenarnya ada banyak pelajaran dari perjalanan Mursi bila dikaitkan dengan kekuasaan dan hasrat manusia biasa. Semisal dalam seleksi persahabatan. Mursi sejatinya berbeda pandangan dalam urusan geopolitik kawasan (terutama negara yang masih alami Arab Spring 2011) ketika disandingkan dengan Recep Tayyip Erdoğan, sahabat Mursi yang merupakan presiden Turki.

Penting kiranya disebutkan di sini bahwa Erdoğan memberikan pernyataan belasungkawa yang diawali kritik tajam atas standar ganda Barat terhadap kudeta berdarah terhadap Mursi.

Sebagaimana dikutip dari laman Haber Vakti, Erdoğan berkata, "Pertama-tama, saya berharap belas kasihan Tuhan kepada saudara dan martir Mursi kita. Jenderal as-Sisi saat ini, yang mengambil kekuasaan almarhum Mursi, yang menjadi Presiden Mesir dengan suara demokratis 52 persen, mengakhiri demokrasi. .. mengeksekusi hampir 50 orang Mesir."

Sayangnya, kata Erdoğan, "Barat selalu diam terhadap eksekusi Sisi ini." Sementara negara-negara anggota Uni Eropa yang melarang keras eksekusi mati, sayangnya di kasus Mesir ini, mereka ini justru menghadiri pertemuan di Mesir sebagai tanggapan atas undangan Sisi.

"Itu kemunafikan!" dakwa Erdoğan. "Anda akan melarang kematian di satu sisi, (semisal) Anda akan ingin pelaksanaan penghapusan dari Turki... tetapi, di sisi yang lain, Mesir menerapkan eksekusi mati ini, ... Uni Eropa tidak mungkin untuk memahami dan menjelaskan partisipasi negara-negara tanpa apa-apa."

Sayangnya, menyitir kata-kata Erdoğan, proses tersebut memakan waktu sekitar 6 tahun.

"Saudara laki-laki kami, Mursi, telah dipenjara selama 6 tahun dan dihukum di sana bersama ribuan teman. Dan hari ini, saya mengesampingkan keraguan, dia menjadi martir dengan menjadi perintah. Saya berharap bahwa Tuhanku akan bersamamu, Habibi sayang."

"Doa kami ada bersamanya. Belasungkawa untuk semua saudara lelaki saya yang berjalan di jalan yang sama. Belasungkawa kepada rakyat Mesir. Saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan kerabatnya. Semoga Allah mengampuni Anda," pungkas Erdoğan.

Ketika di tengah kita seteru berkelompok itu masih saja hadir, perjalanan Muhammad Mursi amat pantas untuk jadi pelajaran berharga.

Ya, ini tentang fokus pada siapa kita antusias membuka telinga lebar-lebar. Jangan sampai kita cepat puas atas capaian yang ada. Juga jangan sampai kita salah mendengarkan masukan para al-akh yang ajak berislam secara paripurna tapi ditempuh harus secara seketika. Siapa dinyana, sang jenderal yang dipercaya ternyata musuh laten. Siapa sangka, kalangan yang selalu mengajak tampil saleh ala manhaj Salaf lantas menggebu mengajak kita mengikuti jalannya, kelak malah bakal berkhianat: An-Nour.

Menyebut nama Mursi rasanya juga perlu hadirkan nama Khairat El-Shater. Nama yang muncul dari internal Ikhwanul Muslimun sebelum akhirnya didiskualifikasi dalam pencalonan presiden seusai Arab Spring 2011. Inilah tentang kesetiaan. Sebagaimana perlunya disebut nama Abdel Moneim Aboul Fotouh, yang memilih berseberangan dalam ijtihad siyasi tentang siapa yang maju sebagai calon presiden dari sayap politik Ikhwan.

Mursi yang kini merengkuh jalan syahidnya insyaallah akan terus dikenang oleh para aktivis Islam. Betapapun berbeda jalan perjuangannya. Karena ada pelajaran dari sisi kegagahannya dalam memperjuangkan idealisme Islam. Baik saat Mursi di bawah tekanan rezim Hosni Mubarak hingga hari-hari dalam bayangan fitnah dan siksaan di penjara. []

Thursday, June 13, 2019

PENDETA YAHUDI RINDU NABI ﷺ .

Di Kota Syam (Syiria) ada seorang pendeta Yahudi yang sangat
membenci Rasulullah Muhammad ﷺ.
Pendeta tersebut mempunyai sebuah kegiatan kerohanian yang diadakan tiap Sabtu,
dan dihadiri puluhan ribu jema’at.
Suatu saat ketika ia sedang mempersiapkan materi yang akan diajarkan,
ia menemukan sejarah keagungan Nabi Muhammad ﷺ dalam kitab Taurat yang dibacanya.
Semula terdapat delapan tempat dimana sejarah Rasulullah ﷺ tertulis dalam
kitab agungnya orang Yahudi itu.
Karena rasa bencinya kepada Rasulullah ﷺ, ia merobek delapan tempat tersebut.
Pada hari Sabtu berikutnya (pekan kedua) di kesempatan yang sama ia
menyiapkan materi kitab Taurat yang akan diajarkan kepada murid-muridnya.
Ia kembali menemukan keterangan dalam kitab tersebut yang menjelaskan tentang
sejarah Rasulullah ﷺ pada 16 tempat dan semuanya itu juga ia robek.
Kemudian pada pekan hari Sabtu berikutnya (pekan ketiga) saat ia mempersiapkan
materi untuk pengajian kitab Tauratnya, kembali ia menemukan 24 tempat dalam
kitab tersebut yang menceritakan tentang Rasulullah ﷺ dan semuanya pun juga dirobeknya.
Namun apa yang telah ia lakukan membuat ia menjadi penasaran ingin bertemu
dengan Rasulullah Muhammad ﷺ.
Ia berpikir jarak antara daerahnya (Syam) dan Kota Madinah adalah
perjalanan selama 30 hari (menggunakan onta), sehingga perjalanan itu
harus meninggalkan kegiatan rutinnya paling tidak 8 kali pertemuan.
Beberapa orang murid mencoba untuk mengingatkan sang pendeta Yahudi tersebut,
“Sebaiknya tuan pendeta tidak menemui Muhammad,
karena siapapun orang yang bertemu dengannya pasti akan tunduk padanya,
kalau nanti anda tunduk kepada Muhammad,
lalu siapa yang nantinya memimpin kami ?”.
Mendengar nasehat tersebut pendetapun mengurungkan niatnya
pergi ke Madinah untuk menemui Muhammad ﷺ .
Namun karena penasaran, sepekan kemudian sang pendeta kembali
mengutarakan keinginannya yang tertunda tersebut. 
Tapi kembali murid-muridnya melarangnya.
Hal tersebut terulang tiga kali.
Hingga akhirnya pendetapun berkata:
” Atas kebesaran Nabi Musa dan Kitab Taurat saya harap kalian
  memperkenankan saya bertemu Muhammad”.
  Dan para muridpun akhirnya merelakan pendetanya pergi
  menemui Nabi besar Muhammad ﷺ.
Singkat cerita, berangkatlah sang pendeta ke Madinah.
30 hari kemudian, setiba di pintu gerbang kota,
sang pendeta berjumpa seorang lelaki tampan, berkulit putih,
berbadan tinggi dan berbaju serba putih.
Ia mengira bahwa lelaki itu adalah Muhammad,
iapun menyapanya : “Assalamu Alaika yaa Muhammad”.
Namun tanpa disangka,
lelaki itu tiba-tiba menangis tersedu-sedu begitu mendengar sapaan tersebut.
Si pendeta terheran-heran.
Tak lama laki-laki itupun mendekati si pendeta dan menanyakan asal sang pendeta
“Anda dari mana ?”.
“Saya dari tempat yang jauh, dari Syam dan saya ingin bertemu Muhammad”
jawab si pendeta.
Mendengar jawaban tersebut, laki-laki itupun segera mengantarkannya ke Masjid Nabawi.
Di depan pintu masjid pendeta yang sudah tak sabar lagi bertemu Rasulullah ﷺ.
segera mengucapkan salam “Assalamu’alaikum, Assalamu Alaika Yaa Muhammad”.
Seketika semua sahabat yang berada di dalamnya menangis tersedu-sedu.
Ia semakin kaget karena setiap ia mengucapkan salam kepada penduduk Madinah
mereka langsung menangis.
Ketika suasana masjid makin penuh disesaki isak suara tangis,
sahabat Ali bin Abi Thalib كرم الله وجهه segera menemuinya dan terjadilah percakapan :
Ali كرم الله وجهه : “ Anda dari mana ?”
Pendeta : “ Saya dari tempat yang jauh, kota Syam”
Ali رضي الله عنه : “Ada keperluan apa anda kemari ?”
Pendeta : “Saya ingin bertemu Muhammad”,
Ali رضي الله عنه  : “ Terlambat…! Seminggu yang lalu beliau wafat,”
Pendeta (sambil penuh penyesalan) : “Kalau begitu saya ingin melihat jubahnya!”
Ali كرم الله وجهه lalu menyuruh sahabat Bilal bin Rabah رضي الله عنه untuk
mengambilkan jubah Nabi ﷺ di rumahnya.
Sesampai di depan pintu rumah, Bilal رضي الله عنه berkata
“ Wahai Sayyidah Fatimah, ada tamu ingin melihat jubah Rasulullah ﷺ ,
  saya disuruh sahabat Ali untuk mengambilkan jubah itu untuknya,”.
Sayyidah Fatimah رضي الله عنه segera membuka lemari tempat jubah disimpan.
Putri bungsu Rasulullah ﷺ itu langsung menangis teringat bau
harum tubuh ayahandanya tercinta.
Diciuminya jubah tersebut, sebelum beliau berikan kepada Bilal رضي الله عنه.
Bilal رضي الله عنه pun kemudian menangis sambil membawanya ke masjid Nabawi.
Dan begitu Bilal رضي الله عنه sampai di masjid,
semua sahabat yang berada di dalam masjid menangis teringat Rasulullah ﷺ .
Setelah Bilal رضي الله عنه menyerahkan jubah kepada Ali كرم الله وجهه ,
Ali كرم الله وجهه segera memberikan jubah tersebut kepada sang pendeta,
yang segera menciuminya seraya berkata :
“ Ternyata benar, dialah utusan Allah,
   beginilah bau harum Nabi Muhammad ﷺ seperti yang disampaikan dalam kitab Taurat !“.
Dan ketika jubah itu ia hamparkan,
ia melihat dua belas tambalan pada jubah tersebut,
sesuai dengan apa yang diterangkan dalam kitab Taurat.
Sang pendetapun makin yakin bahwa orang yang baru seminggu meninggal dan
ditangisi semua orang itu adalah Muhammad yang tertulis dalam kitabnya,
dan ia adalah utusan Allah ﷻ.
“ Wahai sahabat Ali, bagaimana cara saya bisa masuk Islam ?”, tanya pendeta.
”Katakanlah,
Asyhadu an Laa Ilaaha Illa Allah, Wa Asyhadu Anna Muhammadan Rasulullah”
jawab Ali, lembut.
Sang pendeta segera mengikuti ucapan Ali كرم الله وجهه .
Maka resmilah ia menjadi seorang Muslim.
“ Wahai sahabat Ali!  Aku ingin berziarah makam Rasulullah Muhammad ﷺ”,
  pintanya tak lama setelah ia bersyahadat.
Ali كرم الله وجهه lalu menyuruh sahabat Bilal رضي الله عنه untuk
mengantarkannya ke makam Rasul.
Sesampainya di sana sang bekas pendeta mengangkat kedua tangannya seraya berkata :
“ Yaa Allah.. ! 
Aku ingin bertemu Nabi Muhammad,
namun kini aku sudah terlambat,
dan aku ingin agar engkau mempertemukanku dengannya di alam barzakh,
mohon matikanlah aku !”.
Tiba-tiba iapun terjatuh dan langsung meninggal dunia.
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Para sahabat رضي الله عنه kemudian memakamkan mantan pendeta
tersebut di pemakaman Baqi, tak jauh dari masjid Nabawi dimana Nabi ﷺ
yang tadinya dibencinya itu dimakamkan.
Begitulah Allah ﷻ berkehendak memberikan hidayah kepada seorang pendeta Yahudi
yang sangat membenci Rasulullah ﷺ, melalui ayat-ayat yang tertulis dalam kitab Taurat.
Wallahu’alam bish shawwab.
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد
Allahumma Sholli 'Ala Sayyidina Muhammad, Wa 'ala Aali Sayyidina Muhammad..
Semoga bermanfaat
Sirah Nabawiyah
Kisah 25 Nabi dan Rasul

Monday, June 03, 2019

ISTIGHFAR |

Imam Ahmad bin Hambal Rahimakumullah (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hambali. Di masa akhir hidupnya beliau bercerita;
Suatu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tau kenapa ingin sekali menuju satu kota di Iraq. Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada keperluan.
Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashrah. Beliau bercerita;
Begitu tiba di sana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat.
Begitu selesai solat dan jamaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba penjaga masjid datang menemui Imam Ahmad sambil bertanya; "Kenapa kamu di sini, syaikh?."
Penjelasan
Kata "syaikh" boleh digunakan untuk 3 panggilan:
1⃣untuk orang tua,
2⃣orang kaya atau pun
3⃣orang yg berilmu.
Panggilan Syaikh dikisah ini panggilan sebagai orang tua, karena penjaga tu memanggil hanya sebagai orang tua.
Penjaga masjid itu tidak tau yang lelaki itu adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan dirinya. Di Iraq, semua orang kenal siapa Imam Ahmad, seorang ulama besar & ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, sangat shalih & zuhud. Zaman itu tidak ada kamera / gambar sehingga orang tidak tau wajahnya, cuma namanya sudah terkenal.
Imam Ahmad menjawab, "Saya ingin istirahat, saya musafir."
Kata penjaga tu, "Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid."
Imam Ahmad bercerita,
"Saya diusir oleh orang itu, disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, dikuncinya pintu masjid. Lalu saya ingin tidur di birai masjid."
Ketika sudah berbaring di birai masjid Penjaganya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. "Kamu nak apa lagi syaikh?". Kata penjaga itu.
Sy nak tidur, saya musafir", kata Imam Ahmad.
Lalu penjaga masjid berkata;
"Di dalam masjid tidak boleh, di birai masjid juga gak boleh." Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita, "Saya diusir sampai jalanan."
Di samping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat & menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adunan, sambil melihat kejadian imam Ahmad diusir oleh penjaga masjid tadi.
Ketika Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh; "Mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meski pun kecil."
Kata Imam Ahmad, "Baik". Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk di belakang penjual roti yg sedang membuat roti (dengan tetap tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).
Penjual roti ini punya perilaku baik dan memuliakan tetamu. Kalau Imam Ahmad mengajak bersembang, pasti dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adunan roti sambil *(terus-menerus)* melafazkan *ISTIGHFAR.* _"Astaghfirullah"_
Saat meletakkan garam, _astaghfirullah_, memecah telur, _astaghfirullah_ , mencampur gandum _astaghfirullah_. Dia senantiasa mengucapkan _istighfar_. Sebuah kebiasaan mulia. Imam Ahmad terus memerhatiknnya.
Lalu imam Ahmad bertanya, _"Sudah berapa lama kamu lakukan ini?"_
Orang itu menjawab;
"Sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan."
Imam Ahmad bertanya;
"Apa hasil dari perbuatan mu ini?"
Orang itu menjawab;
"(lantaran wasilah istighfar) Tidak ada hajat / keinginan yg saya minta, kecuali PASTI dikabulkan Allah. Semua yg saya minta ya Allah... pasti saya akan dapat"
Rasulullah
صلى الله عليه وسلم
pernah bersabda;
"Siapa yg menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rezeki dari jalan yg tidak disangka-sangkanya."
Lalu orang itu melanjutkan, "Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yg belum Allah beri."
Imam Ahmad penasaran lantas bertanya;
"Apa itu?"
Kata orang itu;
"Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad."
Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, "Allahu Akbar..!
Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashrah dan bahkan - sampai diusir oleh penjaga masjid - Sampai ke jalanan, ternyata karena ISTIGHFAR MU."
Penjual roti itu terperanjat, memuji Allah, ternyata yg di depannya adalah Imam Ahmad.
Ia pun langsung memeluk & mencium tangan Imam Ahmad.
(SUMBER: Kitab Manakib Imam Ahmad)

Sunday, June 02, 2019

"WALI ALLAH TANPA NAMA DAN TANPA GELARAN"

Suatu hari aku bertemu dengan orang gila (Al-majnuni Murokab) tak jauh dari makam seorang wali, Dia duk bercakap seperti sedang berbicara dengan seseorang, dia berbicara seperti ini:
" Andaikan mereka tahu bahwa ada wali "Tanpa nama tanpa gelaran" yang memiliki kemampuan seperti Wali Qutub , Nescaya mereka akan datang berbondong-bondong sekerap hari mencium tangan wali tanpa nama tanpa gelaran tersebut dan minta di do'akan hajatnya, jika Wali tanpa nama tanpa gelaran itu telah wafat Nescaya mereka akan berlama-lama diperkuburannya berdzikir, berdo'a dan bermuhasabah diri meminta ampun kepada ALLAH MAHA PENGAMPUN atas dosa-dosa mereka selama ini. Andaikan mereka tahu jika mereka sami'na wa athona kepada wali tanpa nama tanpa gelaran Nescaya ALLAH SWT akan angkat darjatnya, Namun sayang sekali kerana wali tersebut tanpa nama dan tanpa gelaran , Maka ia seringkali dilupakan dan diabaikan setiap orang".
Aku yang dengar percakapannya terkejut dan tergumam "hahhh??? Betulkah ada wali tanpa nama tanpa gelaran yang kemampuannya seperti Wali Qutub ? Siapakah wali tersebut?" persoalan ini berlegar di mindaku.
Dengan sedikit rasa takut dan was-was aku dekati dia kerana ingin tahu siapa sebenarnya wali tanpa nama tanpa gelaran yang disebutkan ?
lalu terjadi dialog aku antara orang gila itu :
Aku : Maaf bang tadi saya dengar abang ada bercakap panjang lebar dan berbicara tentang wali tanpa nama tanpa gelaran, Siapakah sebenarnya wali tersebut bang ? Mengapa sedemikian hebatnya wali tanpa nama tanpa gelaran tersebut hingga kemampuan dan darjatnya hampir menyamai Wali Qutub ?
Orang gila tersebut menoleh kearahku lalu berkata :
" Kamu siapa? kamu mencuri dengar perbualan ku ya ? Apa pentingnya kamu perlu tahu tentang wali tanpa nama dan tanpa gelaran ?"
Ucapnya dengan nada agak tinggi, Mendengar ucapan suaranya yang agak bernada tinggi dan kasar , Membuat aku sedikit risau dan gelabah, lalu aku berkata :
" Maaf bang, bukan maksud saya untuk menyinggung perasaan atau mencuri dengar percakapan abang , Saya seorang muhibbun pecinta para Wali-wali ALLAH, Kadang-kadang saya dan para sahabat saya berziarah ke makam para wali, saya teringin tahu dan tertarik dengan wali tanpa nama tanpa gelaran yang abang sebutkan, Kalau boleh tahu, Siapakah wali tersebut bang ?"
Orang gila itu tertawa terbahak-bahak dan berkata: "HA HA HA HA HA HAA ..... dasar budak bodoh, Namanya juga wali tanpa nama tanpa gelaran, Tentu saja aku tidak tahu nama wali tersebut dan apa gelaran kewaliannya, kamu ini nampak saja cerdik tapi ternyata bodoh ! , HA HA HA HA HA"
Perucapannya menusuk hatiku dan membuat ku sedikit rasa terkilan kerana dia menyebut aku anak bodoh sambil Ketawa besar, Wajah ku merah padam menahan sedikit emosi, Sepertinya aku tersalah sangka ku kira orang gila tersebut orang yang boleh diajak berbual, tapi sebaliknya dia mengatakan aku budak bodoh, Tapi aku memang bodoh pun Haha , Betul lah dia cakap namanya juga wali tanpa nama tanpa gelaran jadi mana ada orang yang tahu nama wali tersebut? siapa yang tahu gelaran wali tersebut sedangkan wali tersebut tanpa gelaran?, Ahh sudahlah sebaiknya aku abaikan saja dia, aku pun terua memusingkan badan dan menoleh muka ku dengan wajah masam hendak meninggalkan orang gila tersebut,
Tiba-tiba dia berkata ,
" Hai budak bodoh mahu kemana kalian, Kalian ini bagaimana ? datang pun tidak mengucapkan salam, Malah pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam, baru diejek begitu saja sudah bermuka masam dan emosi, apakah mursyidmu yang seorang wali qutub tidak mengajarkanmu untuk mengucapkan salam saat datang dan pergi? Apakah mursyidmu yang seorang wali tidak mengajarkanmu untuk bersabar menahan celaan dan hinaan?"
Langkah ku terhenti, Astaghfirullah .... Hatiku tersentak , betul juga , aku tadi datang tanpa mengucapkan salam kepada beliau sebelum bertanya dan kini aku juga pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam, Dan tak kusangka dia menyebut mursyidku seorang Wali Qutub , Sepertinya dia mengenal mursyidku...
Kemudian aku kembali menghampirinya dan berkata " Assalammu' alaikum  bang mohon maaf bang atas kelancangan dan sikap saya kerana datang dan pergi tanpa mengucapkan salam, Sekali lagi saya mohon maaf" (sambil mencuba memegang tangannya untuk menyalam dan mencium tangannya), Orang gila itu menepis tanganku seraya berkata "Sudah! cukup minta maaf saja, Tak perlu cium tangan bagai"
Aku jadi serba salah, Tiba-tiba suasana menjadi senyap sejenak beberapa minit, aku diam dan dia pun diam.
Setelah beberapa minit, Lalu dia pun berkata,
" Kenapa kamu masih disini?"
Errr tidak ada apa bang , Saya masih tertanya tanya dan ingin tahu siapakah Wali tanpa nama dan tanpa gelaran yang dimaksudkan?
orang gila itu lantas bertanya " Kamu ini tak faham faham juga, sudah berapa lama kamu belajar tassawwuf pada guru mu ?"
Aku menjawab "sudah hampir 7 tahun, bang" lalu orang gila itu berkata sambil menepuk pahanya :
" Sudah 7 tahun? Takkan masih tidak tahu wali tanpa nama dan tanpa gelaran , Apakah mungkin gurumu tidak memberitahu mu?"
Aku menjawab "saya sering membaca dan mendengar khutbah dari guru saya bang, Tapi saya belum tahu dan belum pernah dengar ada wali tanpa nama dan tanpa gelaran, dan guru saya pun tidak pernah menyebutkan siapa wali tersebut"
orang gila itu tertawa (Hahaha) lalu berkata " Sebenarnya gurumu ada menyebutkannya , Bahkan berulang-ulang kali menyebutkannya. hanya saja kamu yang tak faham-faham dengan maksud gurumu, Lagi pula sebutannya wali tanpa nama dan tanpa gelaran, jelas gurumu tidak tahu nama wali tersebut dan tidak tahu gelaran wali tersebut, Tapi kamu sendiri tahu siapa wali tersebut, bahkan wali tersebut begitu dekat denganmu"
Aku tergumam dan berkata dalam hati "Aikkk ??
Aku sudah mengenal wali tersebut? siapa dia?
Orang gila itu tertawa kecil "He..he..he ... Wali tanpa nama dan tanpa gelaran itu adalah orang tua mu sendiri , Nah sekarang aku tanya kamu.. sememangnya aku kenal siapa nama orang tua mu dan gelaran bagi orang tua mu ? Tentu aku tak tahu"
aku jadi bertambah bingung dan semakin tertanya-tanya..
" Orang tuaku? maksud abang kedua orang tua ku adalah wali tanpa nama dan tanpa gelaran? mengapa pula begitu ?"
Orang gila itu mula menatap mataku dengan tajam, Lalu bangkit dari duduknya lalu berkata :
" Apakah kau tidak tahu tentang Uwais Al Qarni, Salah satu sahabat yang tidak pernah bertemu NABI secara fizik dan juga seorang wali? apa yang menyebabkan dia memiliki darjat yang begitu agung hingga namanya terkenal di langit walau dibumi tak ada seorangpun mengenalnya? kau tahu??!!
" Uwais al Qarni pernah berkata bahwa ibunya pernah berkata dan mendo'akannya "anakku Uwais , aku tahu hatimu begitu sangat mencintai dan menginginkan dapat bertemu NABI MUHAMMAD Sallahu Alayhi Wa'sallam , Namun kini kau datang padaku dengan wajah dirundung sedih kerana tak berhasil menemui RASULULLAH Sallahu Alayhi Wasallam dan kau memilih segera pulang kerana memikirkan dan merisaukan aku ibumu ini nak , dan aku redha padamu, YA ALLAH kau MAHA TAHU, saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah redha pada anakku, Maka terimalah redha ku ya ALLAH dan redhailah anakku Uwais",
Orang Gila itu berkata lagi :
Dan apa kau tidak kau tahu bahwa Sulthonul AWLIYA SYEIKH ABDUL QADIR JAILANI , dimasa kecilnya ketika dirompak malah berkata jujur tentang kantung emas yang ia bawa, perompak itu kehairanan mengapa dia malah jujur mengatakan kantung emas yang dibawanya , padahal setiap orang yang kena rompak selalu berbohong tentang bawaannya dan berusaha menyembunyikannya dari perompak, Lalu kau tahu apa kata SYEIKH ABDUL QADIR JAILANI? beliau berkata "Ketika aku hendak pergi menuntut ilmu ibuku berpesan "anakku .. bila engkau bertemu dengan siapapun maka jujurlah jangan berbohong, sungguh ibu lebih redha bila engkau jujur, sekalipun engkau harus kehilangan harta dan bekalanmu daripada kau harus kehilangan kejujuranmu"……
Orang gila itu teruskan berkata kepada ku :
" Lihatlah ibumu, berapa lama dia menanggung dirimu dalam perutnya? apakah kau sanggup menahan perit dan pedih seperti dirinya hanya untuk menginginkan kau lahir di dunia hingga bertarung nyawa agar kau dilahirkan sihat dan selamat?? apakah kau pernah memikirkan hal ini ??
Itu kekuatan ALLAH SWT yang dianugerahkan kepada ibumu melalui RAHMAN dan RAHIM NYA , ini adalah sumber kekuatan para AWLIYA"
Aku diam seribu bahasa, terasa hati ini ingin menangis sekuat kuatnya.
Lalu orang gila itu berkata lagi " KAU BANGGA DAN TAKJUB DENGAN KAROMAH PARA WALI TAPI, PERNAHKAH KAU BANGGAKAN DAN TAKJUB DENGAN KAROMAH IBUMU YANG ALLAH SWT anugerahkan kepadamu?
PERNAHKAH KAU BANGGA DAN TAKJUB DENGAN KAROMAH IBU YANG MENGAJARKAN BERKATA-KATA KETIKA KAMU MASIH BAYI ??
Tidurnya sedikit kerana kau selalu menangis, Sebagaimana para AWLIYA yang tidurnya sedikit kerana memikirkan ummat NABI MUHAMMAD SAW yang banyak berkeluh kesah..
Apakah kau tidak tahu kalau itu adalah bukti karomah ibumu?, tidakkah kau pernah mendengar kalimat ini.
" Redha orang tua adalah redha nya ALLAH, Para awliya mereka menjadi Wali Qutub disebabkan redha dari orang tua mereka, Tidak kah kau sedar bahwa do'a dan harapan kedua orang tuamu hampir setara dengan Wali Qutub ?"
Siapa Doanya Lebih makbul dan mustajab antara Wali dan Doa seorang Ibu kepada anaknya. ?
Astaghfirullah al'azim..... Ya Allah . mendengar celotehan orang gila tersebut seakan petir menyambar seluruh tubuhku, badanku rasanya hancur binasa ... ingin sekali aku rasanya menangis sekuat-kuatnya ...
Orang gila itu berdiri lalu berkata sambil menunjuk kearahku ;
" Lihat dirimu, kelak kau akan jadi seorang BAPA, Apakah kau tahu karomah bapa mu selama ini? lihat tangannya, lihat punggungnya lihat kulitnya, setiap hari ia membanting tulang agar kau tetap dapat makan, tetap tertawa, tetap tersenyum, dia bekerja siang dan malam hanya untuk mengabulkan segala macam pinta dan rengekmu, ketika kau kecil dirimu melakukan kesalahan dialah orang yang paling depan membelamu, ketika kau dalam bahaya dia rela menghadapi bahaya itu untuk menyelamatkanmu, dia tanggung bebanmu dan ibumu dibelakangnya walau kian tua dia tetap berusaha menjaga mu sehingga dewaaa, tidakkah kau sedari bahwa bapa mu itu seorang MUJAHID FISABILILLAH ? yang setiap hari dia berjuang menafkahi kehidupanmu dan adik beradik mu bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun, dia bapa mu! Dia adalah MUJAHIDIN kebanggaanmu"
Ya Rabb , aku seperti hancur lebur mendengar lotehan orang gila tersebut, bahkan ternyata selama ini aku yang gila bukan dia, aku melupakan siapa sesungguhnya orang tuaku sendiri, aku melupakan semua yang mereka beri padaku, bahkan aku sering takjub akan pesona dan karomah wali tapi aku tak pernah sedar dengan orang tuaku sendiri yang merupakan wali tanpa nama dan tanpa gelaran kewalian, ...
Sesaat kemudian orang gila itu berlalu meninggalkanku tanpa sepatah katapun .... aku mengikuti dia dari belakang ingin tahu kemana dia pergi ... Dan dia mendatangi 2 kubur, dan dia duduk bersila disana .... mulutnya kumat kamit seperti orang yang berdialog lalu kemudian dia tertawa terbahak-bahak sambil senyum dihadapan 2 kuburan itu, tapi aku tak tahu kuburan siapakah itu namun aku berhusnudzon mungkin itu kuburan seorang wali besar, kerana dari celotehan orang gila itu sepertinya dia tahu benar tentang wali, jadi aku fikir itu kuburan seorang wali ....
Tiba-tiba setelah selesai dia tertawa, dia diam .... suasana menjadi hening .... kemudian kulihat dia mulai menangis Menitiskan airmata dengan suara teresak-esak, tangisannya begitu pilu sehingga menyayat hatiku untuk turut menangis ... aku tak tahu apa yang diucapkannya, sambil tangannya membelai belai kuburan itu, tangisannya menjadi lebih emosi, aku menjadi sedih bercampur bingung kerana tidak tahu mengapa beliau menangis ... Namun akhirnya aku faham mengapa dia meraung-raung menangis dikuburan yang kusangkakan seorang wali, ditengah tangisnya aku mendengar dia mengucapkan "Makkk ... " , lalu pada kuburan yang sebelahnya dia berkata "Ayah ... "
Kini aku baru faham mengapa orang-orang mulai menganggap dia gila, sebab dia sering tertawa, menangis meraung, dan bercakap - cakap sendiri di kuburan ... seandainya aku jadi dia boleh jadi aku akan sama dengannya menjadi gila kerana ditinggalkan pergi oleh kedua orang paling yang disayangi ...kita tidak tahu apa yang dilaluinya.
aku membalikkan badanku dan beransur pergi ... bergegas ingin pulang kerumah untuk menemui kedua orang tuaku yang masih hidup. Alhamdulillah aku merasa beruntung masih memiliki wali tanpa nama tanpa gelaran yang masih ada di depanku....
Sepanjang jalan aku berdoa kepada Allah : "robbighfirlii waliwaalidayya warhamhuma kamaa robbayaanii shogiroo..
" Sayangilah Ayah Dan Ibu Kalian Sementara Allah Masih Meminjamkan Pada Kalian."