Tuesday, December 30, 2008

Bosan Aku Dengan Palestina!!!!!!!!!!


Palestina....mengapa kini aku mulai bosan mendengarmu...?
Karena yang kusimak tak lain dan tak bukan hanyalah tentang penderitaanmu..
Tentang kekerasan yang tak kunjung usai menerpamu, tentang pendudukan tentara Yahudi ditanahmu..dan tentang anak kecil yang tewas karena peluru polisi-polisi Israel....tentang pembantaian sekeluarga pejuang hamas, tentang luka-luka yang dirawat dibangsal-bangsal rumah sakit di Ramlah....
tentang air mata yang tak kunjung kering, tentang aksi solidaritas
Lalu tentang Amerika yang ikut mengerdilkan diplomasimu, kenapa selalu saja kepecundangan yang kudengar dari sini??
Wahai tentara Yahudi, kenapa kau begitu beringas mendengar kata pejuang Palestina??, kenapa tiba-tiba wajahmu berubah seperti anjing kelaparan ketika mendengar Hamas, kenapa begitu bencinya kau mendengar intifadhah, kenapa?
Apa karena batu yang berasal dari tangan-tangan anak-anak itu mengenai helm bajamu, atau karena kau tak ingin tanah ini menjadi tanah milik kaum muslimin saja?
Anehnya tingkah lakumu ingin menjadi raja ditanah milik orang lain..., tidakkah kau selama ini berpikir bahwa tindakanmu itu salah besar...atau memang kau sudah tak mampu lagi membedakan benar dan salah karena konsep Zionismu itu?
Bosan aku mendengar kata Palestina!!!!!
Kenapa tak kita kumpulkan saja seluruh penduduk negeri kaum muslimin dari penjuru dunia manapun untuk mengusir Yahudi dari tanah Palestina Itu!!!! apa karena ketidakmampuan kita bermobilisasi dan merangsek sekonyong-konyong kesana?? Apa karena memang kita telah akrab dengan titel pecundang??
Apakah kita memang pecundang??
Wahai kaum muslimin, dimanakah ruh Shalahudddin Al Ayubi??
dimanakah spirit Muhammad Al Fatih sang pembebas kontantin??
Kupanggil engkau dengan nada penuh amarah, belum saatnya kah tiba untuk maju kehadapan...
Berhadapan langsung dengan segerombolan kera sombong sambil meneriakkan
"Khaibar..khaibar ya yaahud, jaisyu Muhammad saufa ya'uud......!!!!!!"
"Khaibar..khaibar ya yaahud, jaisyu Muhammad saufa ya'uud......!!!!!!"
"Khaibar..khaibar ya yaahud, jaisyu Muhammad saufa ya'uud......!!!!!!"
Aku bosan dengan Palestina...aku bosan dengar kata Palestina....
Ayo kita teriakkan yel-yel kemenangan itu...ayo kita panggil jiwa-jiwa mujahid melawan penindasan yang sudah hampir selesai ini....
Allahu Akbar!!!!!!!!!!!!!!!!!

Wahai Bani Israil.....simaklah kisah dan sepak terjangmu di bumi ini....

SEJARAH YAHUDI

Seperti telah ditunjukkan di awal, semua tanah Palestina, khususnya Yerusalem, adalah suci untuk orang-orang Yahudi, Nasrani, dan Muslim. Alasannya adalah karena sebagian besar nabi-nabi Allah yang diutus untuk memperingatkan manusia menghabiskan sebagian atau seluruh kehidupannya di tanah ini.

Menurut studi sejarah yang didasarkan atas penggalian arkeologi dan lembaran-lembaran kitab suci, Nabi Ibrahim, putranya, dan sejumlah kecil manusia yang mengikutinya pertama kali pindah ke Palestina, yang dikenal kemudian sebagai Kanaan, pada abad kesembilan belas sebelum Masehi. Tafsir Al-Qur'an menunjukkan bahwa Ibrahim (Abraham) AS, diperkirakan tinggal di daerah Palestina yang dikenal saat ini sebagai Al-Khalil (Hebron), tinggal di sana bersama Nabi Luth (Lot). Al-Qur'an menyebutkan perpindahan ini sebagai berikut:

Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim", mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling merugi. Dan Kami seIamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (Qur'an, 21:69-71)

Daerah ini, yang digambarkan sebagai “tanah yang telah Kami berkati,” diterangkan dalam berbagai keterangan Al-Qur'an yang mengacu kepada tanah Palestina.

Sebelum Ibrahim AS, bangsa Kanaan (Palestina) tadinya adalah penyembah berhala. Ibrahim meyakinkan mereka untuk meninggalkan kekafirannya dan mengakui satu Tuhan. Menurut sumber-sumber sejarah, beliau mendirikan rumah untuk istrinya Hajar dan putranya Isma’il (Ishmael) di Mekah dan sekitarnya, sementara istrinya yang lain Sarah, dan putra keduanya Ishaq (Isaac) tetap di Kanaan. Seperti itu pulalah, Al-Qur'an menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim mendirikan rumah untuk beberapa putranya di sekitar Baitul Haram, yang menurut penjelasan Al-Qur'an bertempat di lembah Mekah.

Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. (Qur'an, 14:37)

Akan tetapi, putra Ishaq Ya’kub (Jacob) pindah ke Mesir selama putranya Yusuf (Joseph) diberi tugas kenegaraan. (Putra-putra Ya’kub juga dikenang sebagai “Bani Israil.”) Setelah dibebaskannya Yusuf dari penjara dan penunjukan dirinya sebagai kepala bendahara Mesir, Bani Israel hidup dengan damai dan aman di Mesir.

Suatu kali, keadaan mereka berubah setelah berlalunya waktu, dan Firaun memperlakukan mereka dengan kekejaman yang dahsyat. Allah menjadikan Musa (Moses) nabi-Nya selama masa itu, dan memerintahkannya untuk membawa mereka keluar dari Mesir. Ia pergi ke Firaun, memintanya untuk meninggalkan keyakinan kafirnya dan menyerahkan diri kepada Allah, dan membebaskan Bani Israil yang disebut juga orang-orang Israel. Namun Firaun seorang tiran yang kejam dan bengis. Ia memperbudak Bani Israil, mempekerjakan mereka hingga hampir mati, dan kemudian memerintahkan dibunuhnya anak-anak lelaki. Meneruskan kekejamannya, ia memberi tanggapan penuh kebencian kepada Musa. Untuk mencegah pengikut-pengikutnya, yang sebenarnya adalah tukang-tukang sihirnya dari mempercayai Musa, ia mengancam memenggal tangan dan kakinya secara bersilangan.


Menyusul wafatnya Nabi Yusuf (Joseph), Bani Israel mengalami kekejaman tak terperikan di tangan Firaun.

Meskipun Firaun menolak permintaannya, Musa AS dan kaumnya meninggalkan Mesir, dengan pertolongan mukjizat Allah, sekitar tahun 1250 SM. Mereka tinggal di Semenanjung Sinai dan timur Kanaan. Dalam Al-Qur'an, Musa memerintahkan Bani Israil untuk memasuki Kanaan:

Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi. (Qur'an, 5:21)

Setelah Musa AS, bangsa Israel tetap berdiam di Kanaan (Palestina). Menurut ahli sejarah, Daud (David) menjadi raja Israel dan membangun sebuah kerajaan berpengaruh. Selama pemerintahan putranya Sulaiman (Solomon), batas-batas Israel diperluas dari Sungai Nil di selatan hingga sungai Eufrat di negara Siria sekarang di utara. Ini adalah sebuah masa gemilang bagi kerajaan Israel dalam banyak bidang, terutama arsitektur. Di Yerusalem, Sulaiman membangun sebuah istana dan biara yang luar biasa. Setelah wafatnya, Allah mengutus banyak lagi nabi kepada Bani Israil meskipun dalam banyak hal mereka tidak mendengarkan mereka dan mengkhianati Allah.

Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mu'min dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Qur'an, 48:26)

Karena kemerosotan akhlaknya, kerajaan Israel mulai memudar dan ditempati oleh berbagai orang-orang penyembah berhala, dan bangsa Israel, yang juga dikenal sebagai Yahudi pada saat itu, diperbudak kembali. Ketika Palestina dikuasai oleh Kerajaaan Romawi, Nabi ‘Isa (Jesus) AS datang dan sekali lagi mengajak Bani Israel untuk meninggalkan kesombongannya, takhayulnya, dan pengkhianatannya, dan hidup menurut agama Allah. Sangat sedikit orang Yahudi yang meyakininya; sebagian besar Bani Israel mengingkarinya. Dan, seperti disebutkan Al-Qur'an, mereka itu yang: ": telah dila'nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. (Al-Qur'an, 5:78) Setelah berlalunya waktu, Allah mempertemukan orang-orang Yahudi dengan bangsa Romawi, yang mengusir mereka semua keluar dari Palestina.

Tujuan penjelasan yang panjang lebar ini adalah untuk menunjukkan bahwa pendapat dasar Zionis bahwa “Palestina adalah tanah Allah yang dijanjikan untuk orang-orang Yahudi” tidaklah benar. Pokok permasalahan ini akan dibahas secara lebih rinci dalam bab tentang Zionisme.

Zionisme menerjemahkan pandangan tentang “orang-orang terpilih” dan “tanah terjanji” dari sudut pandang kebangsaannya. Menurut pernyataan ini, setiap orang yang berasal dari Yahudi itu “terpilih” dan memiliki “tanah terjanji.” Padahal, ras tidak ada nilainya dalam pandangan Allah, karena yang penting adalah ketakwaan dan keimanan seseorang. Dalam pandangan Allah, orang-orang terpilih adalah orang-orang yang tetap mengikuti agama Ibrahim, tanpa memandang rasnya.

Al-Qur'an juga menekankan kenyataan ini. Allah menyatakan bahwa warisan Ibrahim bukanlah orang-orang Yahudi yang bangga sebagai “anak-anak Ibrahim,” melainkan orang-orang Islam yang hidup menurut agama ini:

Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), beserta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman. (Qur'an, 3:68)
THE MUSLIM OBSERVER, September 2001

W. REPORT, Juli 96
Sementara umat Yahudi yang menentang Zionisme secara terbuka menentang pemerintah Israel, Yahudi fanatik berpandangan: “Tanah Terjanji adalah untuk Orang Terpilih. Selamanya. Kekal. Abadi.” Di sampul luar Washington Report on Middle East Affairs, Yahudi fanatik digambarkan membawa spanduk dengan semboyan ini. Karena pandangan keliru seperti ini, mereka bertindak kejam atas tahanan penduduk Palestina Kristen maupun Islam.


PALESTINA, TANAH KAUM MUSLIMIN-1/3-

PALESTINA NEGERI PILIHAN
Inilah tanah pilihan, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan keberkahan tanah Palestina, tanah yang juga termasuk bagian dari Syam. Keberkahannya ini dapat dirunut, misalnya Syam menjadi tempat hijrah Nabi Ibrahim Alaihissalam, tempat singgah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menjalankan Isra dan Mi’raj, tempat dakwah para Nabi. Dakwah yang membawa misi agama tauhid. Dan juga lantaran keberadaan Masjidil Aqsha di tanah Palestina yang penuh berkah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” [Al-Israa : 1]

Selain memuliakan tanah Palestina, Allah juga memilih Mekkah dan Madinah. Begitulah Allah telah mengistimewakan wilayah Syam, dan Masjidil Aqsha. Dan Allah memilih Nabi kita, Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menjadikannya sebagai khatamul anbiya wal mursalin. [1]

BILAMANA KEBERADAAN BANI ISRAIL DI BUMI PALESTINA?

Masa Nabi Ya’qub Dan Nabi Yusuf
Sejarah Yahudi bermula sejak Israil, yaitu Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim Al-Khalil, yang tumbuh di daerah Kan’an (Palestina) dengan dikarunia sejumlah 12 anak. Mereka itulah yang disebut asbath (suku) Bani Israil, dan hidup secara badawah (pedesaan) [2].

Ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menempatkan Yusuf sebagai pejabat penting di Mesir, kemudian meminta kedua orang tua dan saudara-saudaranya untuk berpindah ke Mesir. Di Mesir, keluarga ini hidup di tengah masyarakat watsaniyyun (paganisme). Mereka hidup dengan kehidupan yang baik lagi nikmat di masa Yusuf [3]

Setelah Nabi Yusuf wafat, seiring dengan perjalanan waktu dan pergantian penguasa, kondisi Bani Israil berubah total. Yang sebelumnya menyandang kehormatan dan kemuliaan, kemudian menjadi terhina, lantaran Fir’aun melakukan penindasan dan memperbudak mereka dalam jangka waktu yang amat lama, sampai Allah mengutus Nabi Musa Alaihissalam, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya, mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Rabb-mu” [Al-Baqarah : 49]

“Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah-belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidud anak-anak perempuan mereka …” [Al-Qashash : 4]

Masa Nabi Musa Alaihissalam
Allah mengutus Nabi Musa dan Harun kepada Fir’aun dan kaumnya, dengan dibekali mukjizat, untuk menyeru mereka agar beriman kepada Allah dan membebaskan Bani Israil dari siksaan. Namun Fir’aun dan kaumnya mendustakan mereka berdua, kufur kepada Allah. Karenanya, Allah menimpakan kepada mereka berbagai bencana, kekeringan, rusaknya pertanian, mengirim angin kencang, belalang dan lain-lain. [4]. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan Musa untuk lari bersama Bani Israil pada suatu malam dari negeri Mesir [5]. Fir’aun dan kaumnya pun mengejar. Tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala menenggelamkan Fir’aun beserta kaumnya, dan menyelematkan Musa dan kaumnya ke Negeri Saina, masuk dalam wilayah Palestina sekarang. Peristiwa itu terjadi pada hari Asyura. [6]

Orang-orang Yahudi menyebutkan, lama Bani Israil tinggal di Mesir 430 tahun. Jumlah mereka waktu itu sekitar 600 ribu orang lelaki.

Mengenai besaran jumlah ini. Dr Su’ud bin Abdul Aziz Al-Khalaf berkata : [7]

“Pengakuan ini sangat berlebihan. Karena berarti, bila ditambah dengan jumlah anak-anak dan kaum wanita, maka akan mencapai kisaran 2 juta-an jiwa. Tidak mungkin dapat dipercaya. Itu berarti jumlah mereka mengalami pertumbuhan 30 ribu kali. Sebab sewaktu Bani Israil masuk ke Mesir, berjumlah 70 jiwa. Padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surat Asy-Syu’ara : 53.

“(Fir’aun berkata) ; ‘Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan yang kecil”

Jumlah 2 juta tidak bisa dikatakan kecil. Mustahil dalam satu malam terjadi eksodus dua juta jiwa. Kita tahu di dalamnya terdapat anak-anak dan kaum wanita serta orang-orang tua.

Orang-orang yang bersama Nabi Musa, mereka adalah orang-orang dari Bani Israil yang mengalami penindasan dan kehinaan serta menuhankan manusia dalam jangka waktu yang lama. Aqidah mereka telah rusak, jiwanya membusuk, mentalnya melemah, dan muncul pada mereka tanda-tanda pengingkaran, kemalasan, pesimis, serta bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. [8]

Meski Allah telah menunjukkan banyak mukjizat dan tanda-tanda kekuasaan-Nya melalui Nabi Musa, tetapi mereka tetap ingkar, sombong dan tetap kufur. Mereka justru meminta untuk dibuatkan berhala sebagai tuhan yang disembah. Hingga akhirnya, As-Samiri berhasil menghasut mereka untuk menyembah anak sapi, menolak memerangi kaum yang bengis (Jababirah). Maka, Allah menimpakan hukuman kepada mereka berupa tiih (berjalan berputar-putar tanpa arah karena kebingungan) dalam jangka waktu yang dikehendaki Allah. Pada rentang waktu ini, Musa wafat. Sementara Harun sudah meninggal terlebih dahulu.

Setelah usai ketetapan waktu yang Allah kehendaki untuk menghukum mereka dengan kebingungan tanpa mengetahui arah, Bani Israil berhasil menaklukan bumi yang suci di bawah pimpinan Nabi Yusya bin Nun Alaihissalam. [9]

Para ahli, membagi perjalanan sejarah kota suci Palestina pasca penaklukan tersebut menjadi tiga periode.

Pertama : Masa Qudhah, Yaitu masa penunjukkan hakim bagi setiap suku yang berjumlah dua belas, setelah masing-masing mendapatkan wilayah sesuai pembagian Nabi Yusya bin Nun. Masa ini, kurang lebih berlangsung selama 400 tahun lamanya. [10]

Kedua : Dikenal dengan masa raja-raja. Diawali oleh Raja Thalut. Kondisi masyarakat mengalami masa keemasan saat dipegang oleh Nabi Daud dan Nabi Sulaiman.

Ketiga : Periode yang disebut sebagai masa perpecahan internal, yaitu setelah Nabi Sulaiman wafat. Mereka terbelah menjadi dua kutub. Bagian selatan dengan ibukota Baitul Maqdis dan wilayah utara dengan ibukota Nablus.

Dua wilayah ini, akhirnya dikuasai bangsa asing. Wilayah selatan ditaklukan oleh bangsa Assiria dari Irak. Wilayah utara diserbu Mesir. Disusul kedatangan Nebukadnezar, yang mampu mengusir bangsa Mesir dari sana. Pergantian kekuasaan ini, akhirnya dipegang bangsa Romawi yang berhasil mengalahkan bangsa Yunani, penguasa sebelumnya.

Pada masa kekuasaan Romawi inilah, Isa Al-Masih diutus oleh Allah. Pada masa itu pula, musibah dahsyat dialami kaum Yahudi. Bangsa Romawi melakukan genocide (pemusnahan) secara keras etnis mereka, lantaran orang-orang Yahudi melakukan pemberontakan. Baitul Maqdis pun dihancurkan. Bangsa Yahudi tercerai-berai. Sebagian melarikan diri ke seluruh penjuru wilayah bumi. Demikianlah hukuman Allah dengan mendatangkan bangsa yang menindas mereka. Siksaan dan kepedihan ditimpakan kepada mereka, atas kerusakan, tindak aniaya dan akibat akhlak mereka yang buruk. [11]

Bangsa Romawi menguasai tanah Baitul Maqdis hingga beberapa lama, hingga kemudian pada abad pertama hijriyah, pada masa khalifah Umar Ibnu Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, kaum Muslimin berhasil mengambil alih penguasaan tanah penuh berkah ini dari tangan bangsa Romawi yang memeluk agama Nashrani, meliputi Palestina, Syam dan daerah yang ada di dalamnya. Tepatnya pada pemerintahan Khalifah Umar Ibnul Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, pada bulan Rajab tahun 16H, sehingga menjadi Darul Islam. Penyerahan Baitul Maqdis ini terjadi, setelah pasukan Romawi disana dikepung oleh pasukan kaum Muslimin selama empat puluh hari di bawah komando Abu Ubaidah Ibnul Jarrah Radhiyallahu ‘anhu. Kemudian Khalifah Umar Ibnul Khaththab menetapkan orang-orang Yahudi tidak boleh tinggal di Baitul Maqdis.

[Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi Khusus 07-08/Tahun X/1427H/2006M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]
_________
Footnotes
[1]. Barakatu Ardhisy-Syam, Dr Abu Anas Muhammad bin Musa Alu Nashr, Majalah Manarusy-Syam, edisi Jumadal Ula 1425H.
[2]. Lihat Surat Yusuf ayat 100
[3]. Kisah tersebut termuat dalam Surat Yusuf.
[4]. Lihat Surat Al-A’raaf ayat 133
[5]. Lihat Surat Asy-Syu’ara ayat 52-66
[6]. Dari Ibnu Abbas, ia berkata : “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, saat kaum Yahudi berpuasa hari Asyura. Beliau bersabda. Hari apakah ini yang kalian berpuasa padanya? Mereka menjawab : Ini hari kemenangan Musa atas Fir’aun. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat : Kalian lebih pantas menghormati Musa daripada mereka, maka berpuasalah” [HR Al-Bukhari dan Muslim. Dinukil dari Shahih Qashashil Anbiyaa, halaman 310]
[7]. Dirasatun Fil Adyan Al-Yahudiyah wa Nashraniyah, halaman 49
[8]. Mujaz Tarikhil Yahudi, Majalah Al-Jami’ah Al-Islamiyah, halaman 248
[9]. Nabi Yusya bin Nun Alalihissalam dalah salah seorang dari Nabi yang diutus kepada Bani Israil. Dalil yang menunjukkan kenabiannya, yaitu hadits dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi bersabda : “Matahari tidak pernah tertunda perjalanannya karena seseorang, kecuali bagi Yusya bin Nun, (ketika) pada malam hari ia menuju Baitul Maqdis: [HR Ahmad 2/325].
Ibnu Katsir berkata : Sanadnya sesuai dengan syarat Al-Bukhari. Lihat Al-Bidayah, 1/333. Dan hadits ini dishahihkan oleh Al-Hafizh dalam Al-Fath, 2/221. Di tempat lain, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda : Ada seorang nabi dari kalangan para nabi yang berperang, (ia) berkata kepada kaumnya … kemudian ia berkata kepada matahari, ‘Sesungguhnya engkau diperintah, dan aku pun juga diperintah, Ya Allah, hentikanlah ia, maka matahari itu pun berhenti, sampai akhirnya Allah membuka kota tersebut lantaran mereka” [HR Al-Bukhari, Lihat Al-Fath 6/220]
[10]. Dirasatun Fil Adyan, halaman 53
[11]. Lihat surat Al-A’raaf ayat 167


Friday, December 12, 2008

Saat Jalan Yang Ada Berakhir

Ada perasaan yang membuncah saat memandang jalan lebar didepan itu...
begitu banyak harapan yang menggunung hendak dilantunkan dalam doa-doa pengharapan, seperti menyiapkan doa saat kesusahan mendera dan memotong kata-katanya jika tak ada aral melintang didepan mata
Ada kalanya lemah saat melihat hidayah tapi aku tetap menatapnya
ditingkahi suara azan menggema perlahan merayapi hati...aku bergegas menumpuk semangat agar tak ketinggalan dalam shaf terdepan, walau ada jeda maksiat yang tercekat dalam nafas langkahku menuju masjid.
Kadang dalam hitungan rakaatku, memori kotor tentang kealpaan itu mencuat hebat, membuat aku berdegub dan merasa lemah berdiri dihadapanNya.
Memang aku jahil yaa Robbi, tapi apakah dengan giatnya aku meraih kesempatan berjihad dan berijtihat dalam sikap yang baik menghalangiku beranjak ke syurgaMu?
Kebodohanku yang sesaat itu, telah menghapus pahala-pahala yang telah kukumpulkan dengan susah payah dalam rally-rally ibadah panjang yang kurangkai dengan penuh tawadhu ditiap fajar menjelang.
Butuh puluhan rakaat sholat taubat lagi untuk menebus kebodohan ini, butuh ratusan sholat dhuha lagi untuk menghapus satu-satu hitam ini, butuh ribuan rakaat sholat rawatib lagi untuk menghilangkan jejak dosa ini, tapi butuh berapa tahun lagi untuk mengakhiri kegelisahan akibat berbuat maksiat yang hanya sekejab??
Dua puluh lima tahun pertama semenjak aku dimantapkan dalam separuh agama telah menghinakan iblis dan pasukannya didepan akad pernikahan agung, saat itu satu batalyon syaithon telah aku kalahkan dengan telak tanpa perlawanan, ketika akad pernikahan itu terucap mereka lari tunggang langgang dan mundur teratur....dan aku menjadi pemenang dihari yang bahagia itu.
Tapi hari ini aku lelah bertempur, persediaan logistik tempurku menipis, dan aku mulai berpikir untuk tidur ditenda dapur umum.....
Allah....jika aku hidup dizaman nabi, tentu aku tak pernah absen dalam setiap langkah para sahabat dalam menjemput seruan nabiMu...
Tapi aku juga tak yakin apakah kau takdirkan aku dalam barisan Rosul apa dibarisan pasukan kafir Quraisy....
Robbi....kesalahan ini telah membuatku luka...
Luka yang tak mungkin sembuh selama nafas ini ada dalam ruh ku....
Ku minta takdir termudah bagiku ya Robbi...
Khusnul khotimah pasti mudah bagiMu ya Robbi...
Beri aku ya Robb......Aminn

Thursday, December 11, 2008

Remember This: Tangisan Sang Nabi


Setiap pohon yang tidak berbuah, seperti pohon pinus dan pohon cemara, tumbuh tinggi dan lurus, mengangkat kepalanya ke atas, dan semua cabangnya mengarah ke atas. Sedangkan semua pohonnya yang berbuah menundukkan kepala mereka, dan cabang-cabang mereka mengembang ke samping.

Rasulullah adalah orang yang paling rendah hati, meskipun dia memiliki segala kebajikan dan keutamaan orang-orang dahulu kala dan orang-orang sekarang, dia seperti sebuah pohon yang berbuah. Menurut sebuah riwayat, beliau bersabda, “Aku diperintahkan untuk menunjukkan perhatian kepada semua manusia, untuk bersikap baik hati kepada mereka. Tidak ada Nabi yang sedemikian diperlakukan dengan sewenang-wenang oleh manusia selain aku.”

Kita tahu bahwa beliau dilukai kepalanya, ditanggalkan giginya, lututnya berdarah karena lemparan batu, tubuhnya dilumuri kotoran, rumahnya dilempari kotoran ternak. Beliau di hina, dan di siksa dengan keji.

Saat beliau berdakwah di Thaif, tak ada yang didapatkannya kecuali hinaan dan pengusiran yang keji. Ketika Rasulullah menyadari usaha dakwahnya itu tidak berhasil, beliau memutuskan untuk meninggalkan Thaif. Tetapi penduduk Thaif tidak membiarkan beliau keluar dengan aman, mereka terus mengganggunya dengan melempari batu dan kata-kata penuh ejekan. Lemparan batu yang mengenai Nabi demikian hebat, sehingga tubuh beliau berlumuran darah.

Dalam perjalanan pulang, Rasulullah Saw. menjumpai suatu tempat yang dirasa aman dari gangguan orang-orang jahat tersebut. Di sana beliau berdoa begitu mengharukan dan menyayat hati. Demikian sedihnya doa yang dipanjatkan Nabi, sehingga Allah mengutus malaikat Jibril untuk menemuinya. Setibanya di hadapan Nabi, Jibril memberi salam seraya berkata, “Allah mengetahui apa yang telah terjadi padamu dan orang-orang ini. Allah telah memerintahkan malaikat di gunung-gunung untuk menaati perintahmu.” Sambil berkata demikian, Jibril memperlihatkan para malaikat itu kepada Rasulullah Saw.

Kata malaikat itu, “Wahai Rasulullah, kami siap untuk menjalankan perintah tuan. Jika tuan mau, kami sanggup menjadikan gunung di sekitar kota itu berbenturan, sehingga penduduk yang ada di kedua belah gunung ini akan mati tertindih. Atau apa saja hukuman yang engkau inginkan, kami siap melaksanakannya.”

Mendengar tawaran malaikat itu, Rasulullah Saw. dengan sifat kasih sayangnya berkata, “Walaupun mereka menolak ajaran Islam, saya berharap dengan kehendak Allah, keturunan mereka pada suatu saat nanti akan menyembah Allah dan beribadah kepada-Nya.”

Ketika Makkah berhasil ditaklukkan, beliau berkata kepada orang-orang yang pernah menyiksanya, “Bagaimanakah menurut kalian, apakah yang akan kulakukan terhadapmu?” Mereka menangis dan berkata, “Engkau adalah saudara yang mulia, putra saudara yang mulia.” Nabi Saw. bersabda, “Pergilah kalian! Kalian adalah orang-orang yang dibebaskan. Semoga Allah mengampuni kalian.” (HR. Thabari, Baihaqi, Ibnu Hibban, dan Syafi’i).

Abu Sufyan bin Harits, sepupu beliau, lari dengan membawa semua anak-anaknya karena pernah menyakiti Rasul Saw., maka Ali bin Abi Thalib Ra. bertanya kepadanya, “Hai Abu Sufyan, hendak pergi kemanakah kamu?” Ia menjawab, “Aku akan keluar ke padang sahara. Biarlah aku dan anak-anakku mati karena lapar, haus, dan tidak berpakaian.”

Ali bertanya, “Mengapa kamu lakukan itu?” Ia menjawab, “Jika Muhammad menangkapku, niscaya dia akan mencincangku dengan pedang menjadi potongan-potongan kecil.”

Ali berkata, “Kembalilah kamu kepadanya dan ucapkan salam kepadanya dengan mengakui kenabiannya dan katakanlah kepadanya sebagaimana yang pernah dikatakan oleh saudara-saudara Yusuf kepada Yusuf, ….Demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan kamu atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). (QS. Yusuf [12]: 91).

Abu Sufyan pun kembali kepada Nabi Saw. dan berdiri di dekat kepalanya, lalu mengucapkan salam kepada beliau seraya berkata, Wahai Rasulullah, demi Allah, sesungguhnya Allah telah melebihkan engkau atas kami dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). (QS. Yusuf [12]: 91).

Rasulullah Saw. pun menengadahkan pandangannya, sedang air matanya membasahi pipinya yang indah hingga membasahi jenggotnya. Rasulullah menjawab dengan menyitir firman-Nya, …Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kamu. Mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu) dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang. (QS. Yusuf [12]: 92).

Imam Bukhari meriwayatkan hadits dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepadanya, “Bacakan al-Quran kepadaku.”

Ibnu Mas’ud berkata, “Bagaimana aku membacakannya kepada Engkau, sementara al-Quran itu sendiri diturunkan kepada Engkau?”

“Aku ingin mendengarnya dari orang lain,” jawab beliau. Lalu Ibnu Mas’ud membaca surat an-Nisa hingga firman-Nya, Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). (QS. an-Nisâ [4]: 41).

Begitu bacaan tiba pada ayat ini, beliau bersabda, “Cukup.”

Ibnu Mas’ud melihat ke arah beliau, dan terlihatlah olehnya bahwa beliau sedang menangis.

Dalam kisah ini kita memperoleh pelajaran berharga, bahwa Rasulullah Saw. sangat mencintai umat manusia. Beliau sangat mengharapkan agar orang-orang kafir itu beriman. Karena balasan kekafiran adalah neraka yang menyala-nyala. Rasulullah sendiri pernah melihat neraka. Dia melihat sungguh mengerikan neraka itu. Hingga ketika menyadari hal itu, mengalirlah airmatanya dengan deras.

Abu Dzar Ra. meriwayatkan dari Nabi Saw., bahwa beliau mendirikan shalat malam, sambil menangis dengan membaca satu ayat yang diulang-ulangi, yaitu, Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau juga. (QS. al-Maidah [5]: 118).

Dan diriwayatkan saat hari kiamat tiba, beliaulah orang yang pertama kali dibangkitkan. Yang diucapkannya pertama kali adalah, “Mana umatku? Mana umatku? Mana umatku?” Beliau ingin masuk surga bersama-sama umatnya. Beliau kucurkan syafaat kepada umatnya sebagai tanda kecintaan beliau terhadap mereka. Beliau juga sering berdoa, Allahumma salimna ummati. Ya Allah selamatkan umatku.

Keadaan diri Nabi Muhammad Saw. digambarkan Allah Swt. dalam firman-Nya, Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. at-Taubah [9]: 129).

Alangkah buruknya akhlak kita bila tak mencintai Nabi, sebagaimana Nabi mencintai kita, berkorban untuk kita, dan meneteskan airmatanya untuk kita. Di sini, apakah kita hanya berdiam diri saat Nabi dihina, seolah kita bukan lagi umatnya. Apakah kita rela Nabi berdakwah seorang diri dan kemudian dilempari batu hingga berdarah-darah, sementara umatnya yang begitu banyak hanya bisa berdiam diri? Tangisan sang Nabi hendaknya menjadi pengingat kita, untuk lebih mencintainya, membelanya, bahkan berkorban nyawa untuknya, sebagaimana ia telah berkorban nyawa untuk kita agar kita selamat dari siksa neraka.

Wednesday, December 10, 2008

Kematian Hati

Banyak orang tertawa tanpa (mau) menyadari sang maut sedang mengintainya.


Banyak orang cepat datang ke shaf shalat layaknya orang yang amat merindukan kekasih. Sayang ternyata ia datang tergesa-gesa hanya agar dapat segera pergi.

Seperti penagih hutang yang kejam ia perlakukan Tuhannya. Ada yang datang sekedar memenuhi tugas rutin mesin agama. Dingin, kering dan hampa, tanpa penghayatan. Hilang tak dicari, ada tak disyukuri.

Dari jahil engkau disuruh berilmu dan tak ada idzin untuk berhenti hanya pada ilmu. Engkau dituntut beramal dengan ilmu yang ALLAH berikan. Tanpa itu alangkah besar kemurkaan ALLAH atasmu.

Tersanjungkah engkau yang pandai bercakap tentang keheningan senyap ditingkah rintih istighfar, kecupak air wudlu di dingin malam, lapar perut karena shiam atau kedalaman munajat dalam rakaat-rakaat panjang.

Tersanjungkah engkau dengan licin lidahmu bertutur, sementara dalam hatimu tak ada apa-apa. Kau kunyah mitos pemberian masyarakat dan sangka baik orang-orang berhati jernih, bahwa engkau adalah seorang saleh, alim, abid lagi mujahid, lalu puas meyakini itu tanpa rasa ngeri.

Asshiddiq Abu Bakar Ra. selalu gemetar saat dipuji orang. "Ya ALLAH, jadikan diriku lebih baik daripada sangkaan mereka, janganlah Engkau hukum aku karena ucapan mereka dan ampunilah daku lantaran ketidaktahuan mereka", ucapnya lirih.

Ada orang bekerja keras dengan mengorbankan begitu banyak harta dan dana, lalu ia lupakan semua itu dan tak pernah mengenangnya lagi. Ada orang beramal besar dan selalu mengingat-ingatnya, bahkan sebagian menyebut-nyebutnya. Ada orang beramal sedikit dan mengklaim amalnya sangat banyak. Dan ada orang yang sama sekali tak pernah beramal, lalu merasa banyak amal dan menyalahkan orang yang beramal, karena kekurangan atau ketidaksesuaian amal mereka dengan lamunan pribadinya, atau tidak mau kalah dan tertinggal di belakang para pejuang. Mereka telah menukar kerja dengan kata.
Dimana kau letakkan dirimu?
Saat kecil, engkau begitu takut gelap, suara dan segala yang asing. Begitu kerap engkau bergetar dan takut.

Sesudah pengalaman dan ilmu makin bertambah, engkaupun berani tampil di depan seorang kaisar tanpa rasa gentar. Semua sudah jadi biasa, tanpa rasa.
Telah berapa hari engkau hidup dalam lumpur yang membunuh hatimu sehingga getarannya tak terasa lagi saat ma'siat menggodamu dan engkau meni'matinya?

Malam-malam berharga berlalu tanpa satu rakaatpun kau kerjakan. Usia berkurang banyak tanpa jenjang kedewasaan ruhani meninggi. Rasa malu kepada ALLAH, dimana kau kubur dia ?

Di luar sana rasa malu tak punya harga. Mereka jual diri secara terbuka lewat layar kaca, sampul majalah atau bahkan melalui penawaran langsung. Ini potret negerimu : 228.000 remaja mengidap putau. Dari 1500 responden usia SMP & SMU, 25 % mengaku telah berzina dan hampir separohnya setuju remaja berhubungan seks di luar nikah asal jangan dengan perkosaan. Mungkin engkau mulai berfikir "Jamaklah, bila aku main mata dengan aktifis perempuan bila engkau laki-laki atau sebaliknya di celah-celah rapat atau berdialog dalam jarak sangat dekat atau bertelepon dengan menambah waktu yang tak kauperlukan sekedar melepas kejenuhan dengan canda jarak jauh" Betapa jamaknya 'dosa kecil' itu dalam hatimu.

Kemana getarannya yang gelisah dan terluka dulu, saat "TV Thaghut" menyiarkan segala "kesombongan jahiliyah dan maksiat"?

Saat engkau muntah melihat laki-laki (banci) berpakaian perempuan, karena kau sangat mendukung ustadzmu yang mengatakan " Jika ALLAH melaknat laki-laki berbusana perempuan dan perempuan berpakaian laki-laki, apa tertawa riang menonton akting mereka tidak dilaknat ?"
Ataukah taqwa berlaku saat berkumpul bersama, lalu yang berteriak paling lantang "Ini tidak islami" berarti ia paling islami, sesudah itu urusan tinggallah antara engkau dengan dirimu, tak ada ALLAH disana?
Sekarang kau telah jadi kader hebat.
Tidak lagi malu-malu tampil.

Justeru engkau akan dihadang tantangan: sangat malu untuk menahan tanganmu dari jabatan tangan lembut lawan jenismu yang muda dan segar. Hati yang berbunga-bunga didepan ribuan massa.

Semua gerak harus ditakar dan jadilah pertimbanganmu tergadai pada kesukaan atau kebencian orang, walaupun harus mengorbankan nilai terbaik yang kau miliki. Lupakah engkau, jika bidikanmu ke sasaran tembak meleset 1 milimeter, maka pada jarak 300 meter dia tidak melenceng 1 milimeter lagi ? Begitu jauhnya inhiraf di kalangan awam, sedikit banyak karena para elitenya telah salah melangkah lebih dulu.

Siapa yang mau menghormati ummat yang "kiayi"nya membayar beberapa ratus ribu kepada seorang perempuan yang beberapa menit sebelumnya ia setubuhi di sebuah kamar hotel berbintang, lalu dengan enteng mengatakan "Itu maharku, ALLAH waliku dan malaikat itu saksiku" dan sesudah itu segalanya selesai, berlalu tanpa rasa bersalah?

Siapa yang akan memandang ummat yang da'inya berpose lekat dengan seorang perempuan muda artis penyanyi lalu mengatakan "Ini anakku, karena kedudukan guru dalam Islam adalah ayah, bahkan lebih dekat daripada ayah kandung dan ayah mertua" Akankah engkau juga menambah barisan kebingungan ummat lalu mendaftar diri sebagai 'alimullisan (alim di lidah)? Apa kau fikir sesudah semua kedangkalan ini kau masih aman dari kemungkinan jatuh ke lembah yang sama?

Apa beda seorang remaja yang menzinai teman sekolahnya dengan seorang alim yang merayu rekan perempuan dalam aktifitas da'wahnya? Akankah kau andalkan penghormatan masyarakat awam karena statusmu lalu kau serang maksiat mereka yang semakin tersudut oleh retorikamu yang menyihir ? Bila demikian, koruptor macam apa engkau ini? Pernah kau lihat sepasang mami dan papi dengan anak remaja mereka.
Tengoklah langkah mereka di mal. Betapa besar sumbangan mereka kepada modernisasi dengan banyak-banyak mengkonsumsi produk junk food, semata-mata karena nuansa "westernnya" . Engkau akan menjadi faqih pendebat yang tangguh saat engkau tenggak minuman halal itu, dengan perasaan "lihatlah, betapa Amerikanya aku".
Memang, soalnya bukan Amerika atau bukan Amerika, melainkan apakah engkau punya harga diri.
Mahatma Ghandi memimpin perjuangan dengan memakai tenunan bangsa sendiri atau terompah lokal yang tak bermerk. Namun setiap ia menoleh ke kanan, maka 300 juta rakyat India menoleh ke kanan. Bila ia tidur di rel kereta api, maka 300 juta rakyat India akan ikut tidur disana.

Kini datang "pemimpin" ummat, ingin mengatrol harga diri dan gengsi ummat dengan pameran mobil, rumah mewah, "toko emas berjalan" dan segudang asesori. Saat fatwa digenderangkan, telinga ummat telah tuli oleh dentam berita tentang hiruk pikuk pesta dunia yang engkau ikut mabuk disana. "Engkau adalah penyanyi bayaranku dengan uang yang kukumpulkan susah payah. Bila aku bosan aku bisa panggil penyanyi lain yang kicaunya lebih memenuhi seleraku"

(alm) Ust. Rahmat Abdullah

 PK-Sejahtera Online:

Friday, November 21, 2008

Yusuf Thala'at, Tukang Kayu Berjihad ke Palestina



Pekerjaannya tukang kayu dan jual beli hasil-hasil pertanian di Mesir, tabiatnya sangat pemberani, cerdas, sabar dan memiliki jiwa yang sangat tenang, memiliki kepedulian dan semangat untuk membela kaum muslimin, membela saudara-saudaranya di Palestina yang dizalimi penjajah Zionis Yahudi.
Tukang kayu tersebut bernama Yusuf Thala’at, lengkapnya Yusuf Izzuddin Muhammad Thala’at, lahir pada bulan Agustus 1914 M di kota Ismailiyah, Mesir.
Setelah berkenalan dengan Imam Hasan Al Banna, Mursyid Am Al Ikhwan Al Muslimin pada tahun 1936, Yusuf Thala’at termotivasi untuk berjuang membela, menolong kaum muslimin, khususnya kaum muslimin di Palestina yang sedang berjuang melawan penjajah Inggris yang didukung Zionis Internasional saat itu.
Perjuangan menyokong dan membela Palestina dilakukan Yusuf Thala’at dengan berbagai macam cara, mulai dari meyebarkan brosur, mengadakan pelatihan/training tentang membela Palestina, khutbah, ceramah hingga demonstrasi.
Sepak terjang dan aksi Yusuf Thala’at bersama Jama’ah Al Ikhwan Al Muslimin dalam demonstrasi solidaritas untuk Palestina diliput media masa Mesir. Surat kabar Al Ahram, Mesir yang terbit 13 Juli 1938 menjelaskan, “ Jamaah Al Ikhwan Al Muslimin di kota Ismailiyah mengadakan demonstrasi dari masjid Jami’ Al Abasi menuju kantor Al Ikhwan Al Muslimin untuk memperlihatkan perasaan dan kecintaan mereka pada Palestina. Polisi menangkap sejumlah demonstran. Setelah selesai melakukan penyidikan terhadap mereka, komisaris Ismailiyah mengambil keputusan menahan Hasan Al Banna, Yusuf Thal’at, dan tokoh-tokoh Ikhwan lain. Mereka ditahan selama empat hari demi keperluan penyidikan”.
Pada tahun 1948, Imam Hasan Al Banna, mengerahkan 10.000 orang pasukan Al Ikhwan Al Muslimin dari Mesir, Suriah dan negara Arab lainnya untuk berjihad ke Palestina melawan penjajah Zionis Yahudi yang mendapat sokongan dari Inggris.
Yusuf Thala’at termasuk diantara pasukan Al Ikhwan Al Muslimin yang berjumlah 10.000 orang tersebut. Ia merupakan orang yang pertama kali bergegas berangkat jihad ke Palestina bersama sejumlah ikhwan dari Ismailiyah.
Dengan semangat juang yang tinggi dan tidak ada perasaan takut sedikitpun kecuali kepada Allah swt, Yusuf Thala’at memimpin perang di Dirul Balah melawan tentara Zionis Yahudi. Dalam peperangan itu, 12 orang mujahidin Al Ikhwan Al Muslimin gugur sebagai syuhada.
Ketika diadakan gencatan senjata untuk menyerahkan jenazah para korban. Panglima perang Inggris tercengang saat melihat mujahidin Al Ikhwan Al Muslimin yang gugur, semua dadanya terkena tembakan peluru. Sehingga peristiwa ini menjadi perbincangan diantara pasukan musuh, mereka mengetahui sikap pejuang yang sejati, pejuang yang tidak mau lari dari medan laga, pejuang yang tidak takut mati, pejuang yang siap menyongsong lawan untuk mendapatkan syahid di jalan Allah.
وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ ﴿٥٢﴾
“dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan." (QS: An Nur/24: 52).
وَلَقَدْ كُنتُمْ تَمَنَّوْنَ الْمَوْتَ مِن قَبْلِ أَن تَلْقَوْهُ فَقَدْ رَأَيْتُمُوهُ وَأَنتُمْ تَنظُرُونَ ﴿١٤٣﴾
“Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya”. (QS: Ali Imran/3 : 143)
Pada tanggal 8 Desember 1954, Koran Bari Matish terbitan Perancis mewartakan bahwa:
“Pada jam enam pagi tanggal 7/12/1954, bendera hitam dikerek di penjara Kairo dan orang-orang yang divonis hukuman mati digiring, dengan telanjang kaki dan memakai pakaian eksekusi mati berwarna merah.
Pada jam delapan, dimulailah eksekusi hukuman mati terhadap enam orang Al Ikhwan Al Muslimin: Mahmud Abdul Latif, Yusuf Thala’at, Handawi Dawir, Ibrahim Ath Thayyib, Muhammad Farghali dan Abdul Qadir Audah. Keenam orang ini berjalan ketiang gantungan, dengan keberanian luar biasa dan memuji Allah karena mendapat kemuliaan syahid”.
وَلاَ تَقُولُواْ لِمَنْ يُقْتَلُ فِي سَبيلِ اللّهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاء وَلَكِن لاَّ تَشْعُرُونَ ﴿١٥٤﴾
“dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS: Al Baqarah/2 : 154).
وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاء عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ ﴿١٦٩﴾
“janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (QS: Ali Imran/3 169).
مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُم مَّن قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُم مَّن يَنتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا ﴿٢٣﴾
“di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya),” (QS: Al Ahzab/33:23).
Sahabat Yusuf Thal’at, Syekh Abdul Qadir Audah, seorang hakim yang ahli fikih dan pakar undang-undang, sebelum dieksekusi mati berdoa kepada Allah, “Darahku akan menjadi laknat atas pemimpin-pemimpin Revolusi”.
Allah mengabulkan doa orang yang terzalimi, darahnya menjadi laknat bagi penguasa yang terlibat dalam eksekusi terhadap para ulama dan pejuang Palestina. Tidak ada seorangpun diantara mereka yang zalim itu selamat dari sanksi Allah di dunia. Mereka mengalami kehidupan yang sangat tragis.

Jamal Salim, ketua Mahkamah, menderita penyakit syaraf. Saudara Jamal Salim, Shalah Salim, ginjalnya tidak berfungsi, hinga air kencingnya tertahan dan mati keracunan. Syamsu Badran dijatuhi hukuman seumur hidup. Konselor Abdul Hakim Amir mati bunuh diri atau diracun. Hamzah Basyuni tertabrak truk, hingga tubuhnya terkoyak dan bertebaran di atas tanah. Al Askari Ghunaim ditemukan tewas di tengah kebun. Ash Shaul Yasin diserang untanya dan tulang lehernya retak hingga mati. Abdun Nashir seluruh hidupnya dipenuhi rasa ketakutan dan keresahan, baik dalam keadaan terjaga maupun tidur. Bahkan kuburnya digenangi aliran air.
Semoga Allah mengumpulkan pejuang-pejuang yang gugur di jalan-Nya bersama Rasulullah saw di dalam surga-Nya yang mulia. Amin.
H. Ferry Nur S.Si

Wednesday, November 19, 2008

KEKAYAAN, KESUKSESAN, DAN CINTA


Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah,dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua.

Wanita itu berkata:
"Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk menganjal perut."

Pria berjanggut itu lalu balik bertanya,
"Apakah suamimu sudah pulang?"

Wanita itu menjawab,
"Belum, dia sedang keluar."

"Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk."
Kami akan menunggu sampai suami mu kembali, kata pria itu.

Di waktu senja, saat keluarga itu berkumpul, sang isteri menceritakan semua kejadian tadi.
Sang suami, awalnya bingung dengan kejadian ini, lalu ia berkata pada istrinya,
"Sampaikan pada mereka, aku telah kembali, dan mereka semua boleh masuk untuk menikmati makan malam ini."

Wanita itu kemudian keluar dan mengundang mereka untuk masuk ke dalam.

"Maaf, kami semua tak bisa masuk bersama-sama" , kata pria itu hampir bersamaan.

"Lho, kenapa? tanya wanita itu karena merasa heran."

Salah seorang pria itu berkata,
"Nama dia Kekayaan," katanya sambil menunjuk seorang pria berjanggut di sebelahnya, dan sedangkan yang ini bernama Kesuksesan," sambil memegang bahu pria berjanggut lainnya."Sedangkan aku sendiri bernama Cinta. Sekarang, coba tanya kepada suamimu, siapa diantara kami yang boleh masuk ke rumahmu."

Wanita itu kembali masuk kedalam, dan memberitahu pesan pria di luar.
Suaminya pun merasa heran.
"Ohho...menyenangkan sekali. Baiklah, kalau begitu, coba kamu ajak si Kekayaan masuk ke dalam. Aku ingin rumah ini penuh dengan Kekayaan."

Istrinya tak setuju dengan pilihan itu.
Ia bertanya,
"sayangku, kenapa kita tak mengundang si Kesuksesan saja? Sebab sepertinya kita perlu dia untuk membantu keberhasilan panen gandum kita."

Ternyata, anak mereka mendengarkan percakapan itu.
Ia pun ikut mengusulkan siapa yang akan masuk ke dalam rumah.
"Bukankah lebih baik jika kita mengajak si Cinta yang masuk ke dalam? Rumah kita ini akan nyaman dan penuh dengan kehangatan Cinta."

Suami-istri itu setuju dengan pilihan buah hati mereka.

"Baiklah, ajak masuk si Cinta ini ke dalam.Dan malam ini, Si Cinta menjadi teman santap malam kita."

Wanita itu kembali ke luar, dan bertanya kepada 3 pria itu.

"Siapa diantara Anda yang bernama Cinta? Ayo, silahkan masuk, Anda menjadi tamu kita malam ini."
Si Cinta bangkit, dan berjalan menuju beranda rumah. Ohho..ternyata, kedua pria berjanggut lainnya pun ikut serta.

Karena merasa ganjil,
wanita itu bertanya kepada si Kekayaan dan si Kesuksesan.
"Aku hanya mengundang si Cinta yang masuk ke dalam, tapi kenapa kamu ikut juga?"

Kedua pria yang ditanya itu menjawab bersamaan.
"Kalau Anda mengundang si Kekayaan, atau si Kesuksesan, maka yang lainnya akan tinggal di luar. Namun, karena Anda mengundang si Cinta, maka, kemana pun Cinta pergi, kami akan ikut selalu bersamanya. Dimana ada Cinta, maka Kekayaan dan Kesuksesan juga akan ikut serta. Sebab, ketahuilah, sebenarnya kami buta. Dan hanya si Cinta yang bisa melihat. Hanya dia yang bisa menunjukkan kita pada jalan kebaikan, kepada jalan yang lurus. Maka, kami butuh bimbingannya saat berjalan. Saat kami menyertai hidup ini"

Monday, October 06, 2008

Tinggal Hanya Status..!


Oleh Mashadi

Wajahnya bersih. Klimis. Bibirnya kemerah-merahan. Pakaiannya selalu trendy dan nampak ‘charming’. Biasanya menggunakan merk terkenal atau barang branded. Seleranya tinggi. Gaya hidupnya nyaris sempurna. Flamboyan.
Pergaulannya kalangan papan atas. Gaya bicaranya hanya bisa dipahami kalangan tertentu. Tak suka bergaul dengan orang ‘udik’. Konon, tetangganya meninggal pun, tak berkenan takziyah, karena yang meninggal orang tak ‘berkelas’.
Bicaranya memukau siapa saja. Retorika dan pilihan katanya menarik. Menyihir orang-orang yang ada didekatnya. Mereka sangat ta’jub. Kecerdasannya diakui banyak kalayak. Ingatannya luar biasanya. Apa saja bisa dibicarakan. Dari yang ringan sampai yang rumit. Dari soal agama sampai soal politik global. Semua faham. Posisinya amat menentukan. Banyak orang bergantung kepadanya. Semua yang diucapkan dan dilakukannya menjadi perhatian. Menjadi perhatian siapa saja. Anjuran dan arahannya diikuti. Ia menjadi sebuah ‘icon’ di lingkungannya, dan memiliki magnitute yang luar biasa.
Mungkin ia membaca teori-teori kepribadian dari berbagai ahli. Ahli kepribadian Barat. Kehidupannya menyesuaikan dengan ritme baru. Tak menggambarkan lagi sebagai orang lama. Orang yang konservatif. Orang yang tak berubah. Orang yang dalam terminologi lama disebut: ‘puritan’. Bersahaja. Kehidupan lama sudah tidak sesuai lagi. Ia tinggalkan semua yang berbau lama. Kaidah-kaidah lama tak lagi menguntungkan. Tak lagi dapat memberi kenyamanan. Kenyamanan kehidupan pribadinya.
Karena semua berubah. Ia harus ikut berubah. Menyesuaikan. Kaidah-kaidah kehidupannya ikut berubah. Lingkungan pergaulannya menjadi luas. Tak terbatas. Tidak lagi sebatas orang-orang yang se-jenis. Dalam berbagai hal. Termasuk ideologi. Lebih luas. Lebih kosmopolitan. Lebih menjangkau seluruh kelompok-kelompok dan golongan. Tak ada sekat lagi.
Tak lagi suka menggunakan idiom-idiom agama. Karena akan menyusahkan hidupnya. Agama hanya akan menjadi penghalang cita-citanya. Agama hanya akan menjadi tembok ‘barrier’ bagi karirnya. Menggunakan idiom agama adalah malapetaka. Menggunakan agama dapat di tuduh fundamentalis dan teroris. Agama harus dibuang jauh-jauh. Agama akan mengacaukan dukungan terhadap dirinya atau lingkungannya. Agama harus menjadi masa lalu.
Tak lagi suka ceramah di masjid-masjid. Karena tak dapat memberikan ‘benefit’ apa-apa. Kecil. Lebih suka bertemu dengan kalangan-kalangan atas. Politisi, birokrat, atau pengusaha. Di kafe-kafe. Di lobi-lobi hotel berbintang. Nilai lebih tinggi. Sekali ‘deal’ sudah dapat digunakan, memuaskan hasratnya yang obsesif dengan kekuasaan. Kekuasaan sudah menjadi ‘ghoyah’ tujuan. Kekuasaan adalah di atas segala-galanya. Tak lagi peduli. Tak peduli dengan kritik. Semua harus diarahkan dan diajak menjangkau kekuasaan. Betapapun mahal.
Pikiran, tenaga, dan seluruh potensi harus diarahkan menjangkau kekuasaan. Mimpi-mimpi yang dibangun adalah mimpi kekuasaan. Jangan mimpi yang lain. Ingatan kolektifnya adalah kekuasaan. Tak boleh yang lain. Seluruh lingkungan kolektifnya harus mengikutinya. Tak boleh ada yang melakukan interupsi. Kekuasaan harus segera direngkuh. Berkuasa menjadi keniscayaan. Ia yakin bisa terwujud. Yakin akan menjadi fakta kenyataan. Betapa heroiknya. Heroik yang disertai dengan daya khayal yang ambisius.
Idiom-idiom baru terus disampaikan. Sebagian orang tak paham. Sebagian orang menolak. Sebagian orang menentang. Semua yang tak sepaham, akhirnya luruh dan pergi. Memang. Agar tujuan dapat diwujudkan, tak perlu ada perbedaan. Apalagi, ada orang yang menolak dan menentang. Harus homogin. Semuanya harus satu kata dan satu tujuan. Kekuasaan. Dibenaknya kekuasaan pasti akan memberikan segalanya. Harapan yang diimpikan, pasti akan terwujud. Tak ada lagi yang tak dapat diwujudkan. Kemuliaan. Penghormatan. Harta. Semua fasilitas akan terpenuhi. Kemewahan akan dinikmati.Lalu, orang-orang melihatnya menjadi tertegun. Seakan melihat sebuah keajaiban. Seakan tak percaya. Seakan melihat bayangan dalam mimpi. Inilah generasi baru yang membuat banyak orang menjadi terpana.
Kini. Keterbukaan dan koalisi adalah ‘aqidah’ baru. Tak lagi berani menunjukkan identitasnya sebagai muslim. Assalamu’alaikum diganti dengan pekik 'merdeka!’. Kondisi menuntutnya seperti itu. Tak ada sekat lagi antara agama dan nasionalisme. Kaum agama dan kaum nasionalis bisa bersama-sama. Tak ada sekat lagi antara Islam dan Kristen. Tak ada sekat lagi partai yang berbasis agama dengan partai sekuler. Semua sama. Semua dalam satu cita-cita nasional. Pengorbanan harus dilakukan.
Tak perlu terlalu menampakkan identitas atau jati diri. Berteman dengan siapapun tidak masalah. Berteman dengan golongan apapun tidak masalah. Karena rakyat ini tidak homogin. Tidak mengklaim kelompok yang paling benar dan ideal. Dan, tak aneh kalau kadang-kadang mengikuti selera rakyat. Rakyat suka yang ‘dilarang’ agama, harus diikuti selera mereka. Rakyat suka berjoget. Rakyat harus dipuaskan. Asal semua mendukung dan memilihnya. Kekuasaan harus direngkuh dengan cara apapun. Tak peduli. Melanggar atau tidak. Bukan lagi perdebatan pokok. Agama tak lagi menjadi penentu ‘mizan’ dalam beramal.
Kini. Semua yang melihatnya tertegun. Bagaikan tak percaya. Harapan yang dibawa pupus. Berharap akan ada alternatif. Berharap solusi masa depan mereka. Berharap akan lebih baik. Belum lagi genap sepuluh tahun harapan itu memudar. Hampa. Tak ada kebanggaan yang padu. Tak ada kepercayaan yang tersisa. Setiap orang semua menunduk malu. Seakan melihat semua tontonan yang tak pantas ditonton. Pertunjukkan di panggung yang ‘absurd’. Satu-satu penonton meninggalkan panggung. Tak tertarik lagi dengan ajakan sang ‘aktor’. Karena para pengunjung malu dan merasa jijik.
Memang. Masih berstatus sebagai muslim. Masih melaksanakan shalat. Masih berpuasa. Mungkin juga sering ke Timur Tengah, dan pergi umroh. Tapi, tak lagi berani menyatakan diri sebagai muslim. Tak percaya lagi. Tak yakin lagi. Tak merasa perlu berjuang bersama Islam. Islam sudah masa lalu. Realitas hari ini tak mendukung bagi kepentingan dan kebutuhan yang diinginkan. Komunitas ini harus menjadi besar dan kuat. Kalau mau menjadi besar dan kuat, tak harus mengandalkan kepada Islam. Inilah logika orang-orang yang sudah terobsesi dengan kekuasaan. Agama Islam is ‘nothing’.
Tapi, dalam sejarah ada orang-orang yang memberikan kebanggan, yang tak ada habis-habisnya. Namanya, terus menjadi diingat, tak putus-putus oleh waktu. Hasan al-Banna mati ditembak. Sayyid Qutub mati ditiang gantungan. Ali Audah mati ditiang gantungan. Syeikh Ahmad Yasin mati oleh rudal Israel. Mereka semuanya tetap berpegang dengan keyakinan dan keimanannya.
Mereka tak pernah berubah oleh waktu dan keadaan. Padahal, mereka semua mempunyai kesempatan mereguk kenikmatan dunia. Kesempatan mendapatkan segala yang menjadi ambisi manusia. Tapi, semua yang nisbi itu, dilupakannya.
Coba renungkan yang disampaikan oleh Allah Azza Wa Jalla di bawah ini:
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (al-Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan), maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya syaitan-syaitan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk”. (al-Qur’an: 43: 36-37).
Wallahu ‘alam.

Monday, September 29, 2008

MENGADU


Kemana hendak mengadu
Ditengah kedalaman kesedihan, derita dan rintihan kesengsaraan

Bapak-bapak berdasi itu berkata …
Perekonomian bagus …tak pernah lebih baik….
Lalu seolah data meng-iyakan
“Inflasi rendah” …
“Nilai tukar rupiah ditingkat yang menggembirakan”
“Banyak investor luar negri masuk”
“Suku bunga bank rendah”
“Kapasitas ekspor meningkat”
“Sales atas berang mewah naik”
“Global environment sangat bersahabat”
“Economy never been better”

Padahal ketika mereka meminta kita memilihnya bahasa mereka tidak menjelimet seperti itu…
Mereka ketika itu berkata
Akan menjaga Harga sembako tetap terjangkau
Akan menjamin kemudahan naik angkot lewat terjangkaunya ongkos
Akan mengadakan Sekolah gratis
bahkan pengobatan gratis ….
Akan menjadikan mudah untuk mencari kerja

Kemana hendak mengadu
Ditengah kedalaman kesedihan, derita dan kesengsaraan
Apakah pada tetangga samping rumah yang memiliki mobil mewah 3 buah
Apakah pada acara televisi yang mengumbar simpati…….
Apakah Lewat persimpangan jalan dengan menggendong anak sambil memelas

Mengadu ke Pemda yang ada adalah cap pendatang illegal
Mengadu pada DPR, hanya dianggap pengemis begitu bertemu satpam depan pagar
Mengadu pada masjid kadang hanya diberi saat zakat fitrah atau idul kurban…..
Padahal katanya 2.5 % hartanya milik fakir miskin……

kemana hendak mengadu
Ditengah kedalaman kesedihan, derita dan kesengsaraan
Seolah sempit, terhimpit, tersedak, terjepit………


Mungkin lebih baik hidup dipenjara meski di kurung toh tidak lagi memikirkan bagaimana akan makan…..
Mungkin lebih baik bunuh diri paling tidak berkurang beban pikiran pemda satu orang…..
Mungkin lebih baik …?!

Kemana keadilan hidup
Kemana kemanusiaan itu
Kemana ….kemana……….

Makan kami seharga seribu limaratus rupiah
Makan mereka seharga seratus ribu rupiah
Baju kami seharga sepuluh ribu rupiah
Baju mereka seharga lima ratus ribu rupiah

Kemana hendak mengadu
Ditengah kedalaman kesedihan, derita dan rintihan kesengsaraan

Sudahkah kemanusiaan itu mati…!!
Kemana hendak mengadu....

MUHAMAD SUKRI
kurangi_kesenjangan@yahoogroups.com

Monday, September 08, 2008

Di Tepi Kesetiaan




aku telah menjauhinya
ketika ‘Umar masih hidup
bagaimana mungkin aku
berdekat-dekat dengannya
ketika ‘Umar telah tiada?
-Fathimah binti ‘Abdul Malik-

Fathimah mengenang ketika suaminya, ’Umar ibn ’Abdul ’Aziz mulai memegang amanah kekhalifahan. ”Mungkin ada orang lain yang lebih banyak shalat dan ibadahnya daripada ’Umar”, kata Fathimah. ”Tapi aku belum pernah menyaksikan orang yang lebih takut kepada Allah daripadanya.” Pengangkatannya menjadi Amirul Mu’minin memang menjadi sebuah jungkir balik hidup yang dahsyat bagi ’Umar. Seorang sahabatnya menyaksikan ketika di hari-hari ia memangku jabatannya ’Umar memegang sehelai kain seharga 3 dirham dan berkomentar, ”Ini terlalu halus untukku!”
Sang sahabat tersenyum. Tapi tak terasa, air matanya meleleh deras.
”Mengapa kau tersenyum?”, tanya ’Umar.
Sahabatnya itu menerawang ke arah lain sambil menghela nafas. “Aku ingat saat kau masih seorang pemuda di Madinah“, katanya. “Kau menganggap ringan terlambat shalat berjama’ah karena masih sibuk menyisir rambut. Dan kau..“ Sahabatnya itu tersenyum lagi, sambil geleng-geleng kepala seolah geli. “Kau pernah mengatakan saat itu bahwa kain seharga 3.000 dirham terasa sangat kasar. Lihat dirimu sekarang! Kau katakan kain seharga 3 dirham sebagai terlalu halus.“
’Umar ikut tersenyum. Matanya kaca.
Fathimah pun mengenang ketika sekali waktu ’Umar duduk di sampingnya kemudian berbisik lembut kepadanya. “Engkau pasti tahu dari mana ayahmu memberimu permata yang kau pakai ini. Oleh sebab itu apakah engkau keberatan bila permata ini kita taruh dalam sebuah kotak lalu kita masukkan ke Baitul Maal?“
Fathimah terhenyak. Ia menatap lelaki yang amat dicintainya itu. Dirabanya permata yang menggantung di lehernya itu. Permata itulah satu-satunya perhiasannya yang masih tinggal. Ia sangat menyayanginya. Permata yang penuh kenangan. Permata itu hadiah ayahnya –sekaligus paman ’Umar-, Khalifah ’Abdul Malik ibn Marwan di hari pernikahan mereka.
“Terlebih dahulu“, kata ’Umar, “Aku akan membelanjakan simpanan Baitul Mal yang lain, dan kalau sudah habis barulah akan kugunakan permata itu untuk kepentingan kaum muslimin.“
Fathimah akhirnya tersenyum. Dibukanya pengait kalungnya. Diserahkannya permata itu ke genggaman suaminya. Dan ’Umar, dengan tubuhnya yang kini kurus memeluknya tanpa kata. Mesra. Dan lama. Fathimah tahu artinya. Seolah-olah ia mendengar suara lembut ’Umar, ”Terimakasih atas kesetiaanmu padaku di jalan yang mendaki lagi sulit ini. Semoga Allah mempersatukan kita dalam kehidupan yang lebih indah di sisiNya.”
Kelak, ketika ’Umar wafat dan adik Fathimah yang bernama Yazid ibn ’Abdul Malik menggantikannya sebagai Khalifah, ujian kesetiaan itu datang. Yazid yang tahu perhiasan kesayangan kakaknya membawa kembali permata itu. Dengan penuh sayang diletakkannya permata itu di genggaman tangan kakaknya. Fathimah menggeleng sambil tersenyum. ”Aku telah menjauhinya ketika ‘Umar masih hidup. Bagaimana mungkin aku berdekat-dekat dengannya ketika ‘Umar telah tiada?” Begitu katanya.

Thursday, August 14, 2008

Ziarah


Ini pertama kali aku berdiri didepan makammu
semua do'a sudah kuhapal
tapi
tetap saja aku tergagap

Berdirilah Saudaraku!!
beri hormat pada lelaki ini....
Berdirilah!!
Ucapkan sholawat padanya

Dialah tuan seluruh anak cucu Adam
Dialah pemimpin semua nabi dan rasul
Dialah yang hadir dipenghujung sejarah Persia dan Romawi
Sewaktu kedua imperium itu mendekati kehancuran

Dialah yang menyelamatkan manusia dari kehancuran
Allohuma Sholli 'Ala Muhammad...wa ala alihi sayyidina Muhammad.....

-Trasco Media-

Friday, August 08, 2008

Renungan Kebangsaan Untuk Indonesia di Ulang Tahunnya Yg Ke-63


Diragahayu Indonesia.......

AKU BERMIMPI JADI KORUPTOR

AKHIR-akhir ini mediamassa, seminar, diskusi, konferensi pers, talk show, ngerumpi, dan pembicaraan di warung-warung gegap gempita dengan topik KKN. Terpilihnya Komisi Pemberantasan Korupsi oleh DPR diberitakan secara hiruk-pikuk pula. Saya sempat berpikir apakah KPK akan efektif karena modus operandi korupsi yang begitu beragam.

Lagi pula, moral dan mental yang sudah rusak tidak termasuk dalam tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jadi, kalau diibaratkan pohon, KPK hanya menangani daun yang rusak karena akarnya busuk. Selama akarnya tidak diobati, selalu akan bermunculan daun-daun yang rusak. Mengobati akar atau kalau sudah tidak bisa membunuhnya saja, tidak termasuk domain KPK.

Karena intensnya dikonfrontasi dengan topik KKN seperti ini, saya tertimpa mimpi. Dalam mimpi itu saya menjadi koruptor. Saya menguasai betul berbagai cara berkorupsi, dari yang paling kotor sampai yang paling canggih. Maka, saya menjadi orang sangat kaya. Rasanya tidak seorang pun yang mempunyai gambaran betapa besar kekayaan yang saya peroleh dari korupsi. Semuanya bisa dibeli dengan uang, juga hukum. Maka, dalam salah satu pesta ketika saya mabuk, saya berkata, "I am the Lord, I am the law, and I am the richest man inIndonesia. "

MIMPI selalu kacau. Dalam melakukan korupsi saya terkadang menjadi penguasa, terkadang pengusaha, terkadang pegawai negeri rendahan, terkadang pengusaha besar, tukang parkir, dan apa saja yang mempunyai kekuasaan. Kekuasaan adalah modal dasar korupsi.

Sebagai pengusaha saya menyalahgunakan semua celah yang ada.Yang paling mudah dan sederhana adalah menjadi rekanan dan pemasok kepada pemerintah. Pemerintah membutuhkan barang dan jasa. Setiap tahunnya membelanjakan jumlah uang yang luar biasa besarnya. Caranya adalah kongkalikong dengan pejabat yang mempunyai wewenang untuk membeli barang dan jasa untuk kebutuhan kementerian atau badan pemerintah yang dipimpinnya. Harga saya naikkan berkali lipat dan selisihnya saya bagi dengan sang pejabat. Hasilnya lumayan, tetapi saingannya berat, karena banyak sekali yang melakukan hal ini.

Konsepnya terlampau mudah. Meski demikian, saya sudah tidak melakukannya sendiri. Saya sudah mempunyai banyak pegawai tingkat tinggi yang tidak memalukan kalau saya suruh bergaul dengan para pejabat yang rata-rata sarjana. Merekalah yang melayani pejabat habis- habisan, dari melayani istri dan anak- anaknya sampai mengantarkan sambil membayari mereka berbelanja. Bahkan, mereka sampai berfungsi sebagai pembantu rumah tangga sang pejabat.

Modal utama cara berbisnis seperti ini adalah rai gedhek, mental budak, dan tahan ngelesot berhari-hari sambil sering berfungsi sebagai badut. Usaha ini yang dilakukan pegawai-pegawai saya berjalan terus. Saya sendiri meningkatkan diri dalam berkreasi dan inovasi konsep-konsep yang lebih canggih.

Setiap zaman saya memberi peluang KKN yang bentuknya lain. Sejak tahun enam puluhan saya sudah melakukan banyak cara. Semuanya saya lakukan dalam mimpi juga, yang ketika itu saya bermimpi menjadi konglomerat. Berbagai modus operandi sudah saya tulis dalam berbagai artikel yang dihimpun dalam buku kecil dengan judul Saya Bermimpi Jadi Konglomerat.

DALAM mimpiku sekarang aku untung besar dengan hanya ongkang-ongkang saja. Pemerintah bermaksud meningkatkan ekspor (export drive). Caranya memberikan kredit murah dengan bunga 12 persen setahun asalkan kreditnya dipakai untuk membiayai kegiatan ekspor. Bunga deposito ketika itu 22 persen setahun. Saya mengajukan permohonan kredit ekspor dengan rencana ekspor yang meyakinkan. Feasibility study dibuat oleh konsultan asing dan ditulis dalam bahasa Inggris. Pejabat tinggi kita menganggap apa saja yang asing dan dalam bahasa Inggris mesti lebih benar dan lebih pandai. Demikian juga laporan keuangan saya juga seluruhnya ditulis dalam bahasa Inggris setelah diaudit oleh kantor akuntan yang termasuk big five di dunia.

Segera saja kreditnya cair. Tentu dengan uang suap seperlunya. Kegiatan ekspor juga saya laksanakan. Hanya yang saya ekspor gombal, kain pel, potongan- potongan sisa tekstil untuk membuat pakaian jadi. Barang-barang ini diekspor kepada perusahaan saya sendiri di Singapura. Setibanya, barang-barang itu langsung dibuang. Jadi tidak ada penggunaan uang dari kredit ekspor untuk ekspor beneran. Namun, saya dapat memperlihatkan semua dokumen ekspor. Kredit dengan bunga 12 persen saya depositokan dengan bunga 22 persen. Kredit yang saya peroleh Rp 500 miliar. Dalam setahun saya mendapatkan pendapatan bersih (setelah dipotong pajak) sebesar Rp 93,5 miliar, yaitu 22 persen dari Rp 500 miliar dipotong pajak sebesar 15 persen. Bunga yang harus saya bayarkan kepada bank BUMN sebesar 12 persen dari Rp 500 miliar atau Rp 60 miliar. Saya untung Rp 33,5 miliar for doing nothing.

Yang paling hebat adalah ketika ketahuan dan diberitakan di media massa. BI menyatakan tidak ada yang dirugikan karena saya membayar utang pokoknya tepat waktu.Demikian juga dengan bunga sebesar 12 persen setahun yang mereka tentukan. Hi-hi, mereka tidak peduli bahwa tujuan meningkatkan ekspor tidak tercapai. Jelas mereka membodohkan diri sendiri, menjadikan dirinya sendiri "teh botol" (teknokrat bodoh dan tolol) karena saya sogok. Sambil melakukan ini terus, melalui asosiasi perusahaan, dengan kawan-kawan saya kampanye antisuap. Mediamassa memberitakannya besar-besar tanpa kritik karena penyuapan cara halus yang dinamakan public relations saya cukup canggih.

DALAM bidang transportasi daratIndonesia sangat ketinggalan. Praktis tidak ada jalan-jalan raya yang bebas hambatan (highway atau free way). Bayangkan, jalan raya sepanjang Pulau Jawa yang membangun adalah Daendels. Dalam kemerdekaan yang 58 tahun itu kita tidak mampu membangun jalan raya dari pulau yang paling padat. Sekarang keuangan negara bangkrut-krut. Pemerintah dalam arti APBN tidak mempunyai uang. Namun, bank-bank BUMN banyak duitnya.

Saya usulkan supaya saya diberi izin membangun jalan tol swasta yang milik saya. Modal yang dibutuhkan tentu sangat besar. Dengan menyogok seperlunya, saya memperoleh 100 persen dari dana yang dibutuhkan untuk membangun jalan tol tersebut. Biayanya Rp 800 miliar. Dengan kredit Rp 800 miliar jadilah jalan tol. Begitu dipakai, pemakainya membayar tol fee secara tunai. Pemasukan uang ini dibagi 40 persen untuk saya dan 60 persen untuk membayar cicilan utang serta bunganya. Jadi begitu jalan tol selesai, arus uang tunai serta-merta masuk ke kantong saya tanpa modal sama sekali.

Utang saya beserta bunganya juga serta-merta dicicil dari pemasukan tol fee yang tunai.Saya membuat proyeksi tentang berapa tahun sejak dimulainya utang akan lunas, misalnya 15 tahun. Lantas saya umumkan bahwa setelah 15 tahun, jalan tol saya hibahkan kepada pemerintah. Bukankah luar biasa cemerlangnya saya?

Tidak. Seperti saya katakan, tidak semua birokrat tingkat tinggi "teh botol". Mereka tahu bahwa semuanya dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri. Namun, saya sogok plus saya berikan segala argumentasinya, seperti jalan tol itu perlu, pemerintah tak punya uang, dan yang terpenting ideologinya bahwa pemerintah sebaiknya tidak ikut campur memiliki barang, seperti jalan tol sekalipun. Saya jelaskan bahwa ini aliran pikiran yang modern yang menyerahkan semuanya kepada mekanisme pasar. Mereka dan publik memakan teori ini.

Saya tertawa geli lagi karena ini bukan teori baru. Adam Smith yang mengenali berlakunya mekanisme pasar, adanya invisible hands yang mengaturnya. Namun, hal itu sudah lama ketinggalan zaman karena ditulisnya pada tahun 1776. Intinya masih berlaku, tetapi tidak untuk barang publik, melainkan untuk barang-barang kelontong yang bisa dipersaingkan dan tidak vital sifatnya. Jalan tol mengandung monopoli natural karena ruangnya untuk jalan tol untuk ruas tertentu hanya satu. Mengapa harus diberikan kepada saya? Karena saya sogok! Namun, justifikasinya berbagai argumen yang ternyata ditelan dengan fanatik karena yang berkuasa ketika itu "teh botol".

PARALEL dengan ide tentang jalan tol ini, berbagai gedung pencakar langit saya beli.Gedung bank BUMN saya beli dengan uang yang 100 persen milik bank itu sendiri.Saya memperoleh pinjaman dari bank BUMN yang bersangkutan. Gedungnya saya beli.Karena gedung sudah milik saya, bank harus membayar sewa kepada saya. Perolehan pembayaran sewa ini saya pakai untuk mencicil utang pokok beserta bunganya dalam bentuk anuitas. Jumlah anuitasnya saya samakan dengan uang sewa yang saya terima. Dengan demikian, setelah sekian tahun gedung yang segitu besarnya milik saya. Mulai saat itu hasil sewa sepenuhnya saya nikmati karena utang sudah lunas sama sekali.

Bayangkan, berapa besar pendapatan saya karena yang saya begitukan bukan hanya satu gedung. Masa pimpinan bank begitu bodoh? Tidak, tetapi menjadi bodoh karena cemerlangnya pikiran saya ditambah dengan perolehan uang banyak dari persekongkolan dengan saya.

INDONESIA sudah maju, mempunyai banyak perusahaan asuransi, antara lain asuransi jiwa. Kalau tertanggung mati, ahli warisnya mendapat santunan besar. Saya menciptakan orang-orang yang tidak ada. Jadi, saya menciptakan tertanggung fiktif yang tempat tinggalnya di daerah-daerah yang sangat terpencil. Setelah membayar premi beberapa kali saja, saya menciptakan dokumen aspal tentang kematian tertanggung yang memang tidak ada. Ahli warisnya orang-orang saya semua.

Masih banyak lagi cara-cara membobol perusahaan asuransi. Tentu orang dalam perusahaan asuransi harus ikut di dalam komplotan ini supaya tidak meneliti lagi. Maka, hampir semua perusahaan asuransi modal ekuitinya negatif.

Ketika ramai dibicarakan tentang adanya kemungkinan pemalsuan uang, bukan hanya satu pihak saja yang terlibat, seperti yang bahkan disebut namanya disurat kabar. Saya melakukannya juga. Uang palsu saya tidak pernah ketahuan karena tidak pernah beredar. Uang yang saya palsu senantiasa mengendap di kas sebagai iron stock atau persediaan minimum untuk menjaga keamanan likuiditas. Jadi, saya mencetak uang palsu.

Uang ini saya tukar dengan uang yang harus selalu ada, tetapi nyatanya tidak pernah beredar karena setiap bank harus mempunyai persediaan minimal. Dengan demikian tidak akan pernah diketahui kecuali kalau akuntan publik mengauditnya dengan mencatat nomor seri uang dan selanjutnya mengamati apakah uang dengan nomor seri tertentu itu terus-menerus mengendap di kas. Akuntan publik tidak sampai kesana pikirannya.

Masih banyak lagi yang saya lakukan dalam mimpi. Akan saya lanjutkan dalam mimpi berikutnya.

(Kwik Kian Gie, Mantan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas)