Sunday, October 22, 2017

*MUHASABAH GERAKAN*

*Tragedi Mesir* mengajarkan kita untuk peduli.

*Tragedi Suriah* meinspirasi kita untuk punya militansi.

*Tragedi Rohingya* membuat kita sadar, bahwa menjadi minoritas sangst mungkin kita tertindas.

Setiap tragedi yang menimpa umat ini seharusnya memberi pelajaran berarti.

*Dakwah harus dikawal dengan jihad*.

Karena ketika dakwah berjalan sendiri, maka dia akan rawan mendapat halangan, disitulah jihad berperan.

Tragedi-tragedi ini juga menyadarkan kita bahwa *setiap nyawa muslim harus dibela*. Meski dengan keterbatasan yang kita punya.

*Para ibu harus sadar hal ini*. Sehingga menyiapkan anak-anak yang peka pada zamannya.

Agama modern melihat kekerasan tak perlu terjadi. *Mereka lupa bahwa kapitalis & imperialis selalu menebar teror di dunia ini*.

*Para akhwat muslimah harus sadar politik*. Dunia tak hanya sekedar memilih motif pakaian. Tetapi pertempuran idiologi iman.

*Para pemuda harus tahu tantangan zamannya*. Jangan terlalu larut pada urusan cinta. Karena nyawa muslimin dalam bahaya.

*Perlu halaqah-halaqah politik, disamping halaqah ilmu dien*. Memandang pertarungan dari sisi yang lebih benar.

*Politik umat ini* bukan hanya sekedar duduk di kursi DPR. Tetapi *tahu mana haq & bathil & harus berdiri disisi mana*.

Umat ini harus tahu bahwa musuh itu ada. Tiap detik berpikir soal bagaimana menghancurkan kita.

*Mereka hanya akan berhenti saat kita mengikuti millah mereka*. Dan bumi ini hanya akan diatur oleh aturan mereka.

*Urusan umat ini* lebih besar daripada hanya sekedar menjadi pemenang X Factor atau Master Chef.

*Urusan umat ini* lebih penting daripada sekedar mengoleksi foto penyanyi K-POP & menangisi foto mereka.

*Urusan umat ini* lebih penting daripada berdebat soal perbedaan pendapat harakah kita.

*Mereka sepakat memusuhi kita*, sedangkan kita berpecah belah dalam memerangi mereka.

Kita bersungut-sungut hanya karena takbiratul ikram yang berbeda gerakannya, sementara kristenisasi kita diam saja.

*Musuh menyediakan taman bermain untuk membuat kita lupa* mengasah pedang-pedang kita. Musuh menyediakan tayangan yang tak ada ending diakhirnya, agar kita sibuk berpikir tentangnya.

*Musuh mengajarkan konsep cinta dunia*, hingga urusan meraih pahala saja harus dihitung-hitung dengan dunia kita.

Musuh telah menebar duta-duta cantiknya, *menyeru pada kemaksiatan & kita pun masuk dalam perangkapnya.*

Sehingga tersemat dikepala umat ini, berjuang untuk agamanya tidak lebih mulia daripada berjuang demi alamnya.

*Musuh mengajak kita tertawa, agar lupa genangan darah saudara-saudara kita*. Musuh mengajak kita menikmati dunia dengan cara mereka.

Dan mereka menolak cara-cara kita. Musuh mengajak kita makan makanan mereka, dengan cara & gaya mereka.

Maka memalukan bila kita menolak pikiran & gerakan musuh, tetapi kita bangga memakan makanan mereka dengan gaya mereka.

Musuh menyajikan tayangan setiap hari untuk *membuat kering airmata kita & kerasnya hati kita.*

Musuh tidak akan memberi kesempatan pada kita berpikir menegakan agama. Berpikirlah terus tentang dunia.

*Musuh tahu bagaimana mengadu domba.* Dan kita selalu mau menjadi domba baik hati yang menuruti mereka.

*Musuh tahu bagaimana membuat kita cakar-cakaran sendiri sesama saudara*. Hanya karena beda sedikit saja.

Musuh tahu bagaimana menciptakan kesibukan dalam internal kita. *Agar kita tidak sempat berpikir melawan mereka.*

Sunday, October 08, 2017

Kumohon, turunkan Tanganmu Jenderal..

Jika ada yang bertanya siapa tokoh nasional yang paling kukagumi hingga saat ini, dialah orangnya..
Dia yang senantiasa membaktikan dirinya bagi nusa, bangsa, dan agama, meski tulang dan ototnya terasa nyeri karena ditimpa sakit..
Dia yang tak pernah merasakan empuknya kursi dan jabatan, meski dialah yang6 memperjuangkan tempat itu bagi mereka yang akhirnya duduk disana..
Dia yang hanya menyerahkahkan segala harap dan asanya kepada Allaah Tuhan Yang Maha Kuasa, meski keberanian dan kecerdasan adalah keunggulan dirinya..
Tak terasa menetes airmata saat menonton sosiodrama kolosal HUT TNI Ke-72 yang menceritakan tentang kisah dirinya..
Tertunduk diri ini saat membayangkan dia terbatuk sambil berkata: "Jangan sekali-sekali di antara tentara kita ada yang menyalahi janji dan menjadi penghianat nusa, bangsa, dan agama."..
Bergetar badan ini saat membayangkan ia berkata bahwa hanya ada 3 hal yang menjadi jimat keselamatan dirinya, yaitu: Selalu menjaga kesucian dengan Wudhu, Selalu Sholat tepat waktu, dan Selalu menjaga niat tulus dan ikhlas dalam berjuang..
Ingin rasanya diri ini berteriak karena marah saat melihat seonggok patung dirinya yang sedang memberikan hormat di tengah kota Jakarta:
"Kumohon turunkan tanganmu Jenderal.. Kepada siapa engkau sedang menghormat? Tak pantas mereka menerima hormatmu.. Merka para pengecut dan pecundang yang apatis, hedonis, hanya memikirkan diri sendiri, dan kerap berlomba memutilasi dan menjual potongan-potongan tubuh ibu pertiwi kepada majikan-majikan asing mereka. Bahkan tangan kotor mereka pun tak pantas untuk memberikan hormat kepadamu"..
Teringat bahwa Jenderal Soedirman wafat pada usia 34 tahun.. 34 tahun yang insyaAllaah berisi ladang amal sholeh dan bibit bekal bangsa ini dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan.. Bandingkan dengan sekian puluh tahun usia kita.. Sibuk dengan mengejar harta, jabatan, kesuksesan semu, dan fananya dunia..
Ya Allaah.. Berikanlah tempat terbaik bagi bapak bangsa Indonesia, Jenderal Besar Raden Soedirman.. Dan berikanlah kami hidayah dan rahmat agar dapat meneladani dan mengikuti keteguhan, keikhlasan, dan ketangguhan beliau dalam berjuang demi nusa, bangsa, dan agama..
BarakAllaah Jenderalku..
Terima kasih atas segalanya..