Monday, April 18, 2022

Harta, Tahta, Masjidil Aqsa

Setiap kupandang foto kubah emas Kubatusakhroh dan Masjid Jami' Alqibli,
airmataku menderai....

Teringat Sekilas siroh nabi bersama sahabat berkiblatkan Baitul Maqdis selama 16-17 Bulan menghadapnya

Teringat pula Kenangan indan nan manis dibenak nabi saat menjalani peristiwa isra dan mi'raj bertemu dengan Sang Maha Abadi menerima perintah sholat 5 waktu

Kenapa kemuliaan nya yang tak kalah sebanding dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi di Makkah dan Madinah tak sanggup membebaskan dia dari penjajahan Zionis?

Padahal hadistnya terpampang didepan hidung ummat Islam betapa kemuliaannya dan keutamaannya berturut turut sejajar dgn masjid yang selama ini jadi tujuan haji dan umroh muslimin sedunia

Kenapa kita semua lalai dan lupa pada warisan khalifatul Rosul Umar Ibnul Khatab

Lalai dan lupa jua pada peninggalan 
Shalahuddin Al Ayubi sang Pembebas
Kita semua tak pernah sedetikpun memikirkan pembebasannya?

Kenapa kita tiba-tiba lemah sendiri 
Duduk terkulai lemas ketika dia dinistakan oleh pemukim dan imigran illegal ekstrim Yahudi 
Sepanjang hari2 Ramadhan kita?

Sebegitu nistanya kita yang tak dapat memberikan pembelaan terhadap masjid tempat mi'raj nya Nabi
Sebegitu hina nya kita, selemah itu kah kita ?
Seakan ada yang kurang dengan ibadah2 kita
Apalah arti sholat kita
Apalah arti ukhuwah kita
Apalah arti haji dan umroh kita
Jika kita belum bisa membebaskan masjid yg ada di halaman rumah kita sendiri?

Kemanakah kemuliaan kita sebagai kaum muslimin yang mencintai Dien ini?
Sementara kita menyaksikan setiap hari pembantaian para penjaga2 Baitul Maqdis dikaki tangan haram jadah pasukan Zionis??

Sadarlah wahai pemuda pemudi pewaris nabi..
Bangkitkan kesadaranmu wahai pewaris Shalahuddin Al Ayubi..
Masjidil Aqsa milik kita
Baitul Maqdis adalah marwah kita
Dia harus kembali ke pangkuan kaum Muslimin
Dan kita harus turut dalam khafilah pembebasan ini
Mari kita ber azzam dengan jiwa dan darah kita
Birruh biddam nafdika ya Aqsa
Birruh biddam nafdika ya Aqsa
Birruh biddam nafdika ya Aqsa...

18 Ramadhan 1443 H
MasHarry




Sunday, April 10, 2022

Kabar apakah yang sampai padamu tentang Palestina?

Oleh Helvy Tiana Rosa

Apakah sampai padamu berita
tentang rumahrumah yang dihancurkan
tanahtanah meratap berpindah tuan,
bahkan manusia yang dibuldozer?

Apakah sampai padamu berita
tentang airmata yang tumpah
dan menjelma minuman sehari-hari
tentang jadwal makan yang hanya sehari sekali
atau listrik yang menyala cuma empat jam sehari?

Apakah sampai padamu
berita tentang kanak-kanak yang tak lagi berbapak
tentang ibu mereka yang diperkosa atau diseret ke penjara?
Para balita yang menggenggam batu
dengan dua tangan mungil mereka
menghadang tentara Zionis Israel
lalu tangan kaki mereka disayat dan dibuntungi

Apakah sampai padamu berita tentang masjidil Aqsha
di halamannya menggenang darah
dan tubuhtubuh yang terbongkar
Peluru yang berhamburan di udara
menyanyikan lagu kematian menyayat nadi
kekejaman yang melebihi fiksi
dan semua film yang pernah kau tonton
di bioskop dan televisi
Kebiadaban yang mahanazi

Tapi orangorang di negeriku masih saja mengernyitkan kening:
“Palestina? Untuk apa memikirkan Palestina?
Persoalan di negeri sendiri menjulang!”
Mereka bersungut-sungut tak suka
Membatu, tak jarang terpengaruh
menuduh pejuang kemerdekaan Palestina
yang membela tanah air mereka sendiri
sebagai teroris!

Duhai, maka kukatakan pada mereka:
Tanpa abai pada semua persoalan di negeri ini
Atas nama kemanusiaan: menyala-lah!
Kita tak bisa hanya diam
menyaksi pagelaran mahanazi
sambil mengunyah menu empat sehat lima sempurna
dan bercanda di ruang keluarga
kita tak bisa sekadar
menampung pembantaianpembantaian itu dalam batin
atau purapura tak peduli
Seorang teman Turki berkata:
mereka yang membatasi ruang kemanusiaan
dengan batasbatas negara
sesungguhnya belum mengerti makna kemanusiaan

Hai Amr Moussa tanyakan pada Liga Arab
belum tibakah masanya bagi kalian
bersatu, membuka hati, berani
berhenti mengamini nafsu Amerika
yang seharusnya kita taruh di bawah sepatu?

Hai Ban Ki Moon,
apakah Perserikatan Bangsa Bangsa itu nyata?
Sebab tak pernah kami dengar
PBB mengutuk dan memberi sanksi
pada mahanazi teroris zionis Israel
yang pongah melucuti kemanusiaan dan keberadaban
dari wajah dan hati dunia
Apakah kalian, apakah kita tak malu
Pada para syuhada flotilla, Rachel Corrie, Yoyoh Yusroh
dan George Galloway?

Karena sesungguhnya kita bisa melakukan sesuatu:
menyebarkan tragedi keji ini pada hatihati yang bersih,
memberi meski sedikit apa yang kita punya
dan mendoakan Palestina

Apakah sampai padamu, berita tentang mahanazi itu?
Tentang Palestina yang bersemayam kokoh
di hati mereka yang diberi kurnia?Seperti cinta yang tak bisa kau hapusdari penglihatan dan ingatan,airmata, darah, dan denyut nadi manusia

Lawan Mahanazi!

Palestina, Bagaimana Aku Bisa Melupakanmu

Oleh Taufik Ismail 

Palestina, Bagaimana Bisa Aku Melupakanmu

Ketika rumah-rumahmu diruntuhkan bulldozer
dengan suara gemuruh menderu, serasa pasir
dan batu bata dinding kamar tidurku bertebaran di pekaranganku, meneteskan peluh merah dan mengepulkan debu yang berdarah.

Ketika luasan perkebunan jerukmu dan pepohonan apelmu dilipat-lipat sebesar saputangan lalu di Tel Aviv dimasukkan dalam file lemari kantor agraria, serasa kebun kelapa dan pohon manggaku di kawasan khatulistiwa, yang dirampas mereka.



Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroaki bagai kelakuan reptilia bawah tanah dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua, serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, di bawahnya ada kolam ikan yang air gunungnya bening kebiru-biruan kini ditetesi air mataku.

Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu

Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma, lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya, siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami
Indonesia jua yang dizalimi mereka tapi saksikan tulang muda mereka yang patah
akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya, pembelit leher lawan mereka, penyeret tubuh si zalim ke neraka, An Naar.



Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta, jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar lalu ter-sayat oleh sembilu bambu deritamu, darah kami pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi

Allahu Akbar! dan
Bebaskan Palestina!


Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta, menebarkannya ke media cetak dan elektronika, mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara, membangkangit resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia, membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat dan semua pejuang negeri anda, aku pun berseru pada khatib dan imam shalat Jum’at sedunia: doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalanNya, yang ditembaki dan kini dalam penjara, lalu dengan kukuh kita bacalah
‘laquwwatta illa bi-Llah!’



Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu
Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu
Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu
Serasa terdengar di telingaku.