Wednesday, February 27, 2008

Sahabat Gw dan Produk Yahudi L.A


Menarik! Gw selalu mengikuti apa yang ada di kepalanya dan apa yang selalu dia lakukan tentang berbagai Israeli's products dan branded yang sudah gampang ditemukan di kehidupan sehari-hari. Gak penting rasanya kalo gw harus nyebutin identitas, karena esensinya justru ada pada sikapnya.

Sikap Umum

  1. Selama ada substitusinya dan bukan merupakan barang primer tak tergantikan, tidak ada alasan untuk mengkonsumsinya.
  2. Sifat kemewahan yang melekat pada produk Israel justru malah membuat dia tidak termotivasi dan makin memandangnya hina. Jangan pernah berfikir dia tidak mampu membeli, karena penghasilannya di atas rata-rata karyawan Jakarta.
    Ketika dihadapkan pada pilihan barang Yahudi yang (umumnya lebih terkesan prestise) dengan barang lokal (yang lebih murah), simpel dia memutuskan: 'Jauh lebih baik membantu ekonomi kerakyatan daripada membantu Yahudi membeli peluru untuk ditembakin ke sodara-sodara gw'.
  3. Saat dia harus, mau tak mau, memanfaatkan Israeli's related product sebagai satu-satunya pilihan, sekali dia pernah berucap ke gw, Moga Allah memberi maaf atas kelemahan gw sebagai individu. Bukankah Allah maha mengetahui segala isi hati dan Maha Melihat apa yang sedang gw perjuangkan ?!
  4. Saat dituding sebagai orang yang Anti Semit, dia cuma bilang : "Ya, gw anti Yahudi! sepanjang bangsa Yahudi terus merampas tanah saudara-saudara gw, melecehkan wanitanya, melakukan genocida tak terbatas, dan, mungkin lo gak pernah liat foto bayi Palestin yang bolong persis di tengah dadanya karena peluru... Lo gak akan pernah berfikir itu suatu ketidak sengajaan, 'kan ?!!"

Mc Donald

Gw dan dia termasuk yang suka hang out bareng, kadang malah sampai pagi menikmati suasana Jakarta (tentunya, bareng temen-temen yang laen, ce dan co). Pas laper, semua sepakat makan di Mc D Sarinah. Meskipun bukan tipe orang yang mampu mengendalikan komunitas, tapi dia punya determinasi yang tinggi saat lebih memilih untuk makan nasi goreng di pinggir jalan samping Sarinah, sementara yang lainnya tetap makan di Mc D, termasuk pacarnya!!!

Ini awalnya gw tahu kenapa selama ini dia selektif memilih tempat jajanan, karena gw adalah orang kedua yang makan nasi goreng malam itu... ditraktir pula :) secara dia selalu sebagai orang yang paling cepat bayar sebelum yang lain (pura-pura dan berlambat-lambat) ngerogoh dompet :p

Marks and Spencer

Sebelum tahu M&S adalah produk Yahudi, dia termasuk pelanggannya sejak SMA! Mulai dari Toiletries (Body Talc, Body Spray, Body Splash, Anti Perspirant, Roll On, EDT) dan Pakaian formal dan non formal, atas dan bawah. Sekarang? Diskon gede-gedean pun sama sekali gak membuatnya ngelirik barang sekejapan.

Starbuck

Gw coba cari tahu, kenapa sobat satu ini gak pernah nongkrong di starbuck. Padahal tiap hari dia lewat outlet berlogo hijau (kesannya Islami yah ?!) ini tiap hari. Ya, starbuck ada persis di lobby gedung tempat kerjanya sehari-hari. Tiap hari gw dan dia ngerokok di smoking corner yang letaknya di samping outlet tsb. Malah, beberapa kali pramusajinya menawarkan cangkir-cangkir testernya buat para perokok seperti kita. Di saat yang lainnya berhamburan berebut menghampiri, dia justru menangkupkan kedua tangan di depan dada, menolak dengan halus sambil tersenyum.. halus sekali..!

Gw penasaran dan mencoba googling dengan kata cari“starbuck, yahudi”, walhasil dapat beberapa info berharga tentang starbuck, diantaranya

"...Aksi boikot semakin mendapatkan angin segar dan dukungan luas ketika Dr. Abdul Wahhab bin Said Al Qahthani, asisten dosen fakultas Manajemen Strategis dan Pemasaran Universitas Malik Fahd bahwa Schultz, pemimpin perusahaan Starbuck adalah zionis di urutan pertama dan pendukung kental politik Israel. Menurut Qahthani membeli produk Starbuck sama bahayanya dengan penghinaan harian di Denmark terhadap Rasulullah beberapa waktu yang lalu. Sebab mereka mencari nafkah di negara-negara Arab dan Islam namun penghasilannya untuk mendanani aksi dalam memerangi Palestina, membunuh anak-anak, kakek nenek, wanita dan pejuang kemerdekaan. Menyumbang harta untuk mereka sama saja dengan mengina Islam dan umat Islam, tegas Qahthani..."

Bingo !! Akhirnya gw tahu kenapa.

Gak heran kalau dia cuma mau diajak hangout ngopi selain di starbuck. Terakhir gw ngopi bareng dia di Cofee Bean Plaza Senayan dan kopi jagung warung indomie pinggir jalan.

Ada lagi cerita lucu tentang dia dan Starbuck ketika dia coba di-entertain vendor di kantornya. Meski sudah nolak (seperti biasa) sedemikian halusnya, tapi yang namanya orang marketing (ce dan manis, bo!) gak berhenti sampai di situ. Setelah kolega-kolega kantornya selesai dari Starbuck di lobby bawah, dia masih dibawakan segelas starbuck ke mejanya. Gw pengen tahu apa yang akan dilakukannya dengan starbuck itu. Bukankah kalo dibuang akan menjadi mubazir ?! Pulang kantor, saat orang-orang yang lainnya sedang berjuang pulang diantara macetnya Jakarta, diam-diam diambil starbucknya, dibawa ke pantry dan dimasukkan ke kulkas, seraya menawarkan ke OB yang ada. Karena sang OB tanya, dia ceritakan alasan dia gak minum. Suatu hal yang jarang terjadi! Karena kelihatannya dia begitu enggan untuk menceritakannya ke orang lain sebelum ditanya. Dia berkilah, OB sangat butuh akses informasi seperti ini, karena mereka bukan kita yang bisa mengakses sedemikian leluasa melalui internet. Selebihnya, tetap kembali ke diri masing-masing. Hehehe… 3 hari selepasnya, gw masih ngeliat gelas starbuck itu di dalam kulkas udah beku dan gak bergeser dari posisi sebelumnya. Akhirnya, gw yang buang… :p

Nokia

Tadinya dia punya 2 handset CDMA dan GSM. Keduanya adalah bermerk Nokia. Gw pun gak heran ketika belakangan dia ganti handset GSMnya jadi HP Ipaq rw6828, sebuah tipe yang termasuk high end product. Sementara untuk Nokia CDMAnya diganti dengan Kozi yang bisa aktif GSM dan CDMA secara bersamaan (gw gak tahu istilahnya apa untuk teknologi ini). Praktis dia punya 2 nomer GSM dan 1 nomer CDMA yang aktif secara bersamaan. Dan tidak ada satupun yang NOKIA !!

Carrefour

Gak pernah lagi ke Carrefour. Ngeri katanya kalau ngebayangin raksasa supermarket Israel mulai menginjak kota Jakarta. Padahal, konon katanya, di luar negri saja Carefour tidak boleh masuk ke pusat kota, karena harganya yang mampu merusak pasar bermodal kecil.. Kok di Jakarta gampang banget masuk?? Thus, siap-siap aja melihat matinya usaha bermodal kecil…

Nestle

Di kantor, Nescafe tinggal ngeracik sendiri. Meskipun secara citarasa dia gak berpantangan, jangan harap dia mau bikin Nescafe yang tersedia gratis di kantor atau beli di supermarket, selama masih ada kopi kapal api atau ayam merak atau kopi tubruk lainnya.!!

Dancow rutinnya diganti dengan Anlene, atau L-Men.

Keduanya (Nescafe dan Dancow) merupakan maskot kebanggaan produk Nestle.

Danone

Inilah yang paling dilematis bagi dirinya, ketika Air Mineral Aqua diambil alih oleh Danone (atau apalah istilahnya dari sisi permodalan, entah merger atau akuisisi). Karena satu-satunya sumber air minum yang disediakan gratis di kantor adalah Aqua !

Kiwi

Gak lagi beli dan pakai semir Kiwi, dan dia beralih pada Cololite (kalau gak salah produk Jepang, yah?!)

Pizza Hut

Minggu kemarin, temen-temen kantor ngajak lunch bareng di Pizza Hut. Gw udah bisa nebak, dia gak akan pernah mau ikut ke sana. Walhasil, rencana ke Pizza Hut gagal total siang itu !!

Yang gw tahu dan gw rasa...

Dia sadar bukan orang yang paling suci dari hal yang haram apalagi syubhat.

Dia sadar dia tidak sealim seperti ikhwan-ikhwan yang biasa ‘hang out’ di Masjid. Meskipun dia selalu berusaha untuk sholat jamaah awal waktu di Masjid.

Mungkin dia bukan bagian dari mereka. Di saat dia asyik meluangkan waktunya ngerokok, mereka di sana mengisi waktunya mencium mushaf saku kecilnya setiap memulai dan mengakhiri kajian.

Dia Cuma berusaha menunjukan ke dirinya sendiri, betapa dia sangat peduli dengan penderitaan dan perjuangan saudara-saudaranya di Gaza dan Tepi Barat.

Sepertinya, dia mencoba membersihkan setiap aliran darahnya dari produk Yahudi L.A. dan mencoba membangun ikatan ruhiyah dengan saudara-saudaranya melalui perjuangan yang dia bisa.. sekecil apapun.

Dia sedih, karena dia gak bisa melakukan lebih dari sekedar apa yang sudah dia lakukan.

Gw pun gak akan heran kalau dia adalah satu individu lepas yang turut hadir di aksi One Man One Dollar to Save Palestina di Monas, minggu 27 Januari kemarin !

Image

Gambar berikut yang menginspirasikan dia untuk tetap membenci Yahudi L.A., dan tetap membela saudara-saudara Palestine-nya

1. One of “the most powerful images of the past 50 years,”

2. Makin jelas ‘kan, mengapa salah satu butir kesepakatan perdamaian yang baru ialah Israel melarang pengungsi Palestina kembali ke tanahnya?! – The continuing Ghettoization is made possible with US taxpayer money -

3. Faris Odeh, 13 tahun. Satu dari ribuan anak Palestina yang terbunuh oleh tentara penjajah Israel.

4. Tentara Israel yang berpose dengan pejuang perlawanan Palestina yang dibunuh.

5. Anak-anak Palestina yang berkabung atas kematian Mohammed, 12 tahun.

6. Dan 7. ; Yahudi Pengecut !

Penutup

Saat gw tanya pendapatnya tentang tulisan gw ini, sobat gw cuma berpesan untuk tetap menyampaikan rasa hormatnya kepada seluruh saudaranya-saudaranya yang (terpaksa) masih mencari nafkah di bawah bayang-bayang perusahaan berpanji bintang david. Gw pun hanya membalas, “tapi kita tetap harus menyampaikan informasi ini ‘kan, bro ?!”

Cilandak,

Januari 29 2008

-Pedang Cahaya-

Ya Syaikh ..Kemewahan Bukan Cita-Cita Kami!


Oleh : Farid Nu'man

Mukadimah

Dalam sebuah perjalanan kami bersama beberapa Ikhwah, ada perbincangan menarik. Salah seorang Al Akh bertanya, akhi, berapa penghasilan Antum sebulan dari mengajar? Ikhwah tersebut tersenyum dan malu menjawabnya. Namun, ketika ditanya lagi dengan nada bergurau, ia pun menjawab, 150 ribu sebulan. Inilah ikhwah kita, kader da’wah yang memiliki banyak kelompok halaqah. Ada lagi, Ikhwah yang pernah kami temui, ia aktifis dan banyak amanah Da’wah yang dia emban. Ia hanya berpenghasilan tidak sampai 300 ribu rupiah dari membuat minuman penghangat badan, wedang jahe.


Itulah ikhwah kita, mereka hidup dipelosok. Namun, kami kira mereka juga ada disekitar kita, saudara kita di halaqah, di wilayah da’wah kita, bahkan ia mungkin kita sendiri. Tetapi mereka tidak mengeluh, tidak lemah, dan Allah Ta’ala mencintai orang-orang yang sabar.

Syahdan,di kota besar ada pula ikhwah daiyah yang hidupnya lebih dari cukup, bahkan sangat-sangat lebih. Itu baik dan tidak masalah. Namun, jadi masalah jika ia mengiklankan kemewahan, menyeru orang kepadanya, memberikan ilustrasi keunggulan mewah, bukan sekedar bercerita kekayaan. Ia menghiasi dengan berbagai dalil dan alasan yang dipaksakan untuk melegitimasi pemikiran dan perilakunya sendiri. Membicarakan pentingnya kekayaan, harta, kemewahan, dengan alasan maslahat da’wah dan sebagainya,karena ia sudah merasakannya. Lalu, kemana dahulu ketika keadaannya belum seperti sekarang? Kenapa maslahat-maslahat itu baru dibicarakan saat ini ? Apakah dibicarakan untuk pledoi? Apa ia tidak pernah tahu kondisi ikhwah lain yang serba sulit? Atau memang tidak mau tahu?


Tak usah ajarkan kami, kami sudah mengetahui harta memang urgen. Kaya memang penting. Mayoritas para sahabat yang mubasyiruna bil jannah (dikabarkan akan masuk surga)adalah orang-orang kaya. Orang kaya yang bersyukur lebih utama dari orang miskin bersabar. Rasulullah Shallallahu ˜Alaihi wa Sallam pun berdoa berlindung dari kekafiran dan kefaqiran. Dan, kami pun tetap bekerja untuk menafkahi anak dan istri kami ... Alangkah baiknya jika kami tetap diajarkan oleh dai itu- bagaimana menjadi hamba yang shalih, hamba yang bersyukur terhadap kekayaan, bersabar atas kesulitan, berjihad, istiqamah, dan ilmu-ilmu bermanfaat lainnya untuk agama dan dunia kami, agar kami menjadi pribadi yang apa adanya menurut Al Quran dan As Sunnah, bukan pribadi yang seharusnya menurut keadaan dan status sosial. Dan, tidak usah menyesali jika dahulu kami lupa diajarkan tentang masalah kekayaan dalam silabus tarbiyah kami, karena hakikat kekayaan adalah kaya jiwa.


Inilah keyakinan dari keimanan kepada Allah Ta’ala , dan pemahaman terhadap harta secara sehat, dan jangan memaksakan pemahaman yang asing dalam sejarah da’wah dan tarbiyah.


Tetapi Ya Syaikh ..., kaya bukanlah mewah, walau ia bersumber dari satu hal yang sama yakni harta, tetapi ia berbeda secara nilai yakni mentalitas. Mentalitas aji mumpung; mumpung ada, mumpung menjabat, mumpung dekat dengan orang kaya, mumpung di atas, mumpung punya binaan kalangan menengah ke atas. Tak ada kamus aji mumpung dalam kehidupan teladan kami, Rasulullah Shallallahu ˜Alaihi wa Sallam, ia memegang kunci-kunci kekayaan, jika ia mau mudah sekali mendapatkannya. Tetapi, ia amat sederhana. Para sahabat, memang kaya, tapi adakah kita mendengar mereka mengiklankan kemewahan, dan berleha-leha ketika ada saudaranya kesulitan? Justru mereka menampakkan kesederhanaan dan kesahajaan. Mereka tahu perasaan sahabat nabi lainnya. Ya .. mereka tahu perasaan manusia ..


Khadijah seorang wanita kaya, ia saudagar wanita, ketika nikah dengan Rasulullah ia menjadi sederhana. Kekayaannya ia habiskan untuk perjuangan suaminya, bukan dihabiskan untuk menikmati kenikmatan hidup. Jangan sekedar melihat besarnya mahar ketika mereka berdua nikah, tetapi lihatlah buat apa dan dikemanakan mahar tersebut, apakah mahar tersebut merubah Rasulullah menjadi laki-laki yang mewah? Tidak! Terlalu naif membicarakan kemewahan hanya melihat dari ukuran mahar pernikahan Rasulullah Shallallahu ˜Alaihi wa Sallam dan Khadijah Radhiallahu ˜Anha .


Umar bin Abdul Aziz ia seorang kaya, ketika menjadi khalifah justru ia tinggalkan kekayaannya. Tetapi, kewibawaan mereka sama sekali tidak berkurang, justru melambung tinggi, karena Allah Ta’ala telah muliakan mereka. Kemana contoh-contoh ini ?

Untuk contoh masa sekarang adalah Usamah bin Ladin setuju atau tidak dengan ideology dan segala upaya jihadnya ia adalah seorang kaya raya, bahkan sangat kaya, kalau dia mau bisa saja CNN dibelinya. Tapi, dia hidup amat sederhana, makan seadanya, dia serahkan kekayaannya untuk membiayai perjuangannya. Bukan mencari kekayaan dari perjuangan, bukan mencari biaya hidup dari perjuangan.


Itulah letak kewibawaan. Rasulullah dan para sahabat adalah teladan kita, qudwah hasanah kita ... selamanya. Kami tidak butuh teladan yang lain, walau ia berilmu, senior da’wah, tetapi ...alhamdulillah, kami tidak pernah silau dengan istilah, gelar, dan pujian manusia yang sehaluan dengannya. Walau kami sangat menghargai dan menghormati peran dan kontribusi da’wah yang telah mereka lalui demikian panjang.


Kesederhanaan Adalah ˜Izzah

Ada sudut pandang simplistis yang biasa dilontarkan oleh manusia yang berideologi kekayaan dan kemewahan. Sudut pandang kesetaraan status dan kepantasan lingkungan, agar penerimaan dirinya dilingkungan yang baru, bisa diterima dengan baik. Sudut pandang materialis kapitalis ini, satu-dua contoh kasus bisa saja benar, bahwa jika Anda bergaul dengan kalangan jet set tetapi ketika menghadap mereka dengan ˜hanya” motor bebek atau mobil seken , lalu Anda kurang dianggap, kurang ˜berharga” dimata mereka. Bisa saja itu terjadi, dan bisa pula itu perasaan dan sugesti saja. Jangan pernah memandang bahwa kesulitan hidup, adalah biang keladi segala masalah kita “para da’i dan umat Islam saat ini. Tak ada manusia satu pun yang ingin susah dan miskin, tetapi jangan pula menganggap kekayaan adalah solusi jitu, yang akhirnya harus dikejar-kejar dan diserukan secara demonstratif,karena taqwa dan keshalihan itulah solusi, sedangkan kekayaan adalah penunjang atau bisa juga fitnah.


Kenapa contoh keserhanaan Abu Dzar, kewaraâ’an Abu Bakar, kezuhudan Umar, kedermawanan Utsman, dan kesulitan hidup Ali, tidak menjadi sudut pandang kita. Apa yang mereka alami ini tidaklah meluluhkan wibawa mereka di depan Al Khaliq dan makhluk. Justru semakin melambung tinggi dan nama mereka tercatat abadi dalam konfigurasi sejarah manusia-manusia pilihan. Itu mereka dapatkan bukan karena kekayaan dan kemewahan, tetapi keikhlasan, kesederhanaan, dan pengorbanan mereka.

Benarlah yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam :

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda: “Sesungguhnya, kalian tidak akan mampu menguasai manusia dengan harta kalian, tetapi kalian bisa menguasai mereka dengan wajah yang bersahaja dan akhlak yang baik.” (HR. Abu Ya’la, dishahihkan Al Hakim, Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Kitab Al jami’, Bab Targhib fi Makarimil Akhlaq, hal. 287. Hadits no. 1341. Cet 1, 2004m/1425H. Darul Kutub Al Islamiyah)


Kesederhanaan para da’i di lingkungan yang “tidak sederhana” adalah hal yang istimewa, ia nampak tidak tergoda dunia, walau dunia mengejarnya. Ia nampak mampu mengendalikan dunia, dunia ada ditangannya bukan dihatinya. Jika ia anggota dewan, pejabat, petinggi Partai Da’wah, dahulunya ia da’i yang sederhana, dan ia tetap sederhana di lingkungan yang “tidak sederhana”, maka ia seperti cahaya di tengah kegelapan, ia seperti keteladanan di zaman yang minim keteladanan.


Insya Allah, Allah akan mencintainya, dan manusia pun mengaguminya. Inilah sudut pandang yang seharusnya ... Syaikh! Bukan justru latah, ikut-ikutan, dan menjadi norak , sehingga menjadi tak ada bedanya dengan hamba dunia yang dahulu pernah kita benci, paling tidak beti (beda-beda tipis) dengan mereka.

Dari Sahl bin Sa’ad Radhiallahu ‘Anhu dia berkata: “Datang seorang laki-laki kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Salam , dia berkata: “Wahai Rasulullah tunjukkanlah kepadaku jika aku lakukan maka Allah dan manusia akan mencintaiku. Maka Ia bersabda: Zuhudlah di dunia niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah terhadap apa-apa yang ada pada manusia, niscaya manusia akan mencintaimu. (HR. Ibnu Majah, sanadnya hasan. Bulughul Maram min Adillatil Ahkam, Kitab al Jami Bab Zuhd wal Wara’ , hal. 277. Hadits no. 1285. Cet 1, 2004M/1425H. Darul Kutub Al Islamiyah)


Akan Dibangkitkan Sesuai Niatnya

Da’wah ni telah diramaikan oleh beragam manusia; tipe, kecenderungan, skill, kebiasaan, sifat, dan niatnya. Faktor niat inilah yang akan mengendalikan dan mengarahkan masing-masing da’i, bahkan yang menentukan masa depan mereka di akhirat. Mereka sama-sama berjuang, sama-sama lelah, tapi mereka akan dibangkitkan di akhirat sesuai niatnya masing-masing. Ada yang niat dunia seperti ketenaran, popularitas, kekayaan, jabatan, wanita, walau ini mampu disembunyikan dengan sangat rapi didunia, berbungkus da’wah dan berhasil mengelabui banyak manusia, tetapi akan tersingkap di akhirat. Semoga Allah Ta’ala merahmati dan memberikan balasan yang lebih baik bagi da’i-da’i akhirat, yang hanya mengharapkan Allah Ta’ala dan ketinggian agamaNya.


Dari ˜Aisyah Radhiallahu ‘Anha berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa sallam bersabda: “Akan ada tentara yang menyerang Ka’bah, akan tetapi ketika mereka sampai di sebuah lapangan, tiba-tiba mereka semua dibinasakan, dari awal sampai akhirnya”. Aisyah bertanya: “Ya Rasulullah, bagaimanakah bisa dibinasakan semua, padahal di antara mereka ada orang-orang yang tidak ikut-ikutan seperti mereka, yaitu orang-orang yang di pasar dan lain-lain?” Rasulullah menjawab: Mereka dibinasakan semua, lalu dibangkitkan menurut niat masing-masing.” (HR. Bukhari- Muslim, lafaz ini menurut Bukhari. Riyadhus Shalihin, Bab Al ikhlas wa Ihdhar an Niyah , hadits no. 2. Maktabatul Iman, Manshurah)


Jadi, amal akhirat manusia, seperti da’wah dan jihad menjadi hal yang sia-sia jika niatnya adalah dunia.

Dalam riwayat lain, dari Ubai bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu , bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: Barang siapa yang beramal akhirat dengan tujuan dunia, maka dia tidak mendapatkan bagian di akhirat.” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban, Al hakim dan Al Baihaqi. Al Hakim berkata: sanadnya shahih, dan disepakati Adz Dzahabi. Al Haitsami mengatakan hadits ini diriwayatkan Ahmad dan anaknya dari beberapa jalur, dan para perawi Ahmad adalah perawi shahih, Majma’uz Zawaid 10/220)


Kami Tidak Mengharamkan Perhiasan Yang halal dari Allah!

Jika ada yang menyangka, ini adalah sikap sok suci, sok tidak butuh kekayaan, apalagi disebut iri, maka ia amat keliru. Kami meyakini, setelah iman yang mendalam dan amal yang terus-menerus, maka da’wah membutuhkan kekuatan, di antara kekuatan yang urgen hari ini adalah dana. Tentunya, orang yang tidak memiliki harta tidak bisa memberikan kekayaan. Bertemunya keimanan dan kekayaan, akan membentuk pribadi yang dermawan.

Namun yang menjadi tema dan sorotan kami adalah gaya hidup para da’i yang mengalami shock budaya, OKB, Orang Kaya Baru, lalu dia demonstratif dalam hal itu. Dia lupa bahwa dirinya berada di lingkungan da’wah, dan para ikhwah yang kebanyakan “tidak seberuntung dia”. Para Ikhwah yang hidupnya kembang kempis.


Bergesernya orientasi da’wah ilallah menjadi da’wah “Road to Senayan”, “Road to Kekayaan”, inilah yang harus disorot dan diwaspadai. Sesungguhnya, peringatan itu bermanfaat buat orang-orang beriman. Namun bagi yang sulit menerima nasihat, hatinya kesat, maka kami katakan:

Berpestalah ...

Bersenang-senanglah...

Dan lakukan semua kehendakmu ....

Anda bebas saudaraku...


Tetapi, pesta pasti berakhir itu pasti .... Kami juga meyakini, bahwa secara nilai normatif, banyak yang lebih faham dari kami tentang ini, lebih faqih, lebih berpengalaman, lebih cerdas, lebih pandai, lebih tahu masalah, pokoknya segalanya di atas kami ....


Tetapi, yang kami (para kader da’wah) minta adalah jangan ajarkan kami kemewahan, sebab itu bukan cita-cita, obsesi, dan ambisi kami ... jangan contohkan kami perilaku yang dahulunya sama-sama kita benci, sebab itu kabura maqtan ... dan jangan paksa kami untuk mengikuti jejak perilaku dan pemikiran yang Anda iklankan ....

Semoga hidayah dan bimbingan Allah Ta’ala selalu menyertai kita semua .. Amin

Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), Maka kami segerakan baginya di dunia itu apa yang kami kehendaki bagi orang yang kami kehendaki dan kami tentukan baginya neraka jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.(QS. Al Isra’ : 18-19)

Wallahu Alam wa lIllahil Izzah

Pandangan Ust Anis Matta LC, Terhadap Harta


Ust. Anis Matta, Lc

Bismillahirrahmaani rrahiim

Ikhwan dan Akhwat sekalian,

Alhamdulillah kita dipertemukan oleh Allah di pagi
hari ini, walaupun kemarin saya ragu-ragu, apakah saya
bisa hadir hari ini atau tidak. Istri saya sakit demam
berdarah dan dirawat di rumah sakit hingga hari ini.
Alhamdulillah, hari ini ada perbaikan sedikit dan bisa
ditinggal. Selain itu, rasanya sudah rindu sama antum
semuanya karena cukup lama tidak kesini. Sebenarnya
saya punya rencana kunjungan ke sini pada bulan
Januari yang lalu dalam rangkaian jaulah ke 13 DPW
bersama 13 pengurus Bidang Kaderisasi dan Bidang
Pembinaan Wilayah. Rencana itu dibatalkan karena saat
itu sedang musim pesawat jatuh, jadi ada 8 DPW yang
kita pending perjalanannya termasuk ke kota Pekan Baru
ini.

Ikhwah sekalian.

Pagi ini kita bicara tentang uang. Sudah lama sekali
saya mengusulkan bagian kurikulum di departemen
kaderisasi untuk memasukkan pokok bahasan tentang
uang. Gagasan-gagasan itu mulai muncul ketika saya
dahulu berada di awal dakwah ini. Salah satu pekerjaan
yang saya lakukan adalah Lajnah Minhaj, di Bidang
Kaderisasi dulu, bersama Kang Aus. Saat itu, saya ikut
menyusun beberapa Materi Tamhidi H1, H2. Kita memang
tidak pernah berfikir untuk menyusun satu materi
tentang uang karena yang ada di benak kita, bahwa
bagian-bagian dari tarbiyah itu adalah tarbiyah
ruhiyah, tarbiyah fikriyah dan tarbiyah jasadiyah.
Ketika kita membuat partai, kita menambah sedikit
yaitu materi tarbiyah siyasiyah.

Jadi kalau wasilah dari tarbiyah ruhiyah itu banyak,
ada Lailatul Katibah juga mutaba'ah yaumiyah. Wasilah
tarbiyah fikriyah juga banyak ada tatsqif dan
macam-macam. Tarbiyah jasadiyah ada latsar, ada
mukhoyam. Tarbiyah Siyasiyah sudah dengan sendirinya
karena ada wasilah berupa partai. Tapi kita semuanya
menghadapi suatu benturan realita yang disebabkan
karena ada missing link dalam sistem berfikir kita.
Ada satu kosakata yang tidak masuk ke dalam benak kita
padahal itu sangat menentukan masa depan kita yaitu
uang. Jika ada yang bertanya kenapa kita miskin maka
jawabannya karena memang kita tidak belajar masalah
uang.

Ikhwah sekalian

Salah satu gejala benturan budaya yang sering kita
lihat muncul bersama munculnya orang-orang setengah
kaya baru. Tapi itu lebih disebabkan karena
bibit-bibit kemiskinan itu memang ada dalam diri kita,
ada di lingkungan kita, bahkan ketika kita mulai
membuat partai. Padahal kita belum kaya dan memang
belum kaya. Apabila kita memakai standar Kiyosaki,
masuk dalam tahap aman pun belum. Tapi sudah dianggap
kaya hanya karena sedikit beda dengan teman-teman
ikhwah yang lain. Kita dianggap kaya karena memiliki
mobil padahal mobil itu kebutuhan pokok dalam fiqih
Islam. Kita juga dianggap kaya karena sudah bisa
bangun rumah, padahal itu indikator dari garis
kemiskinan. Rasulullah mengatakan "Cukuplah bagi
seorang Muslim itu bahwa dia punya sebuah rumah dan
seorang pembantu." Jadi, rumah itu sama dengan
pakaian. Hanya saja, di lingkungan kita, banyak yang
mempunyai anggapan, orang disebut kaya kalau sudah
punya rumah.

Ikhwah sekalian

Oleh karena itu, banyak sekali yang bolong dalam
tsaqafah kita tentang uang. Kita bukan hanya salah
membuat persepsi-persepsi itu, tetapi juga terkadang
mempunyai kecenderungan anti uang. Kalau istilah
almarhum Ust Rahmat Abdullah ikhwah itu sabar
menderita tapi tidak sabar melihat orang lain lebih
kaya. Makanya mudah muncul gosip di kalangan orang
yang punya sedikit kelonggaran secara finansial,
apalagi kalau sebab kelonggaran finansialnya itu
karena dia menjadi anggota dewan.

Jadi pada tahun 1999, saya jadi ketua Tim Khusus. Pada
waktu itu sebagai Sekjen saya tahu persis di mana
letak daerah kuatnya PKS kalau saya mau jadi anggota
dewan. Ketika itu saya dicalonkan dari Bandung,
Jakarta dan Sulawesi Selatan atas usul DPW
masing-masing. Nah, pilihan tertinggi jatuh pada
Sulawesi Selatan. Waktu itu saya belum mau jadi
anggota dewan karena saya belum punya rumah dan mobil.
Saya tidak mau bila nanti ada persepsi bahwa saya
punya mobil dan rumah karena jadi anggota dewan. Oleh
karena itu saya pilih Sulawesi Selatan. Jika saya
pilih Bandung atau Jakarta pasti saya terpilih jadi
anggota dewan pada tahun 1999.

Saya mengerti persepsi-persepsi, gosip dan fitnah
tentang harta di kalangan kita itu banyak disebabkan
tsaqafah yang bolong tentang uang. Jadi, kita bukan
hanya tidak berbakat jadi kaya tapi juga tidak senang
dengan orang kaya dan cenderung anti kekayaan.

Kapan saatnya kita mulai mengalami benturan keuangan.
Yang pertama setelah kita punya anak. Dahulu waktu
saya kuliah, kita dimotivasi untuk cepat menikah oleh
para murabbi kita, dengan satu alasan kemaksiatan
sudah merajalela di sekitar kita, daripada kita
berzina lebih baik kita menikah. Kalau kita berargumen
lagi bahwa belum ada pekerjaan karena kita masih
kuliah, jawabannya adalah: tawakkal 'alallah,
innallaha Ghoniy, seluruh alasan-alasan aqidah
dikerahkan untuk mendorong kita nikah.

Sebagian besar angkatan saya menikah di tahun pertama
waktu kuliah. Saat itu saya belum menikah. Di tahun
kedua lebih banyak lagi yang menikah, saya belum
menikah. Di tahun ketiga lebih banyak lagi yang
menikah. Saya termasuk yang telat menikah pada waktu
itu. Tapi kemudian kita menemukan fakta bahwa
ikhwah-ikhwah yang menikah semasa kuliah itu sebagian
besar angka pelajarannya jeblok karena disibukkan
dakwah juga harus mencari ma'isyah. Saya menikah di
tahun keempat setelah angka saya stabil karena naik
satu point lagi. Dosen saya sampai mengatakan, kalau
kamu ambil Master, menikah satu kali lagi. Ada ikhwah
yang mengatakan kepada saya, Masya Allah, antum ini
merencanakan sesuatu dengan detail. Saya bilang antum
punya semangat tapi tidak punya rencana yang bagus.

Jadi kita semua mulai mengenal uang dan mempunyai
persepsi bahwa uang itu perlu ketika anak kita
menangis. Ketika saya datang ke calon mertua saat itu
beliau anggota DPR dan sudah 17 tahun menjadi salah
satu petinggi GOLKAR untuk melamar, dia bertanya ke
saya: "Anak saya mau dikasih makan apa?” Saya bilang
mungkin saya tidak share di rumah bapak tapi insya
Allah tidak makan batu. Kemudian dia bertanya lagi.
"Pendapatan kamu berapa?" Saya jawab, saya ada
beasiswa 200 ribu perbulan. "Selain itu apa iagi?"
Saya bilang tidak ada. "Masih kuliah". Tapi waktu itu
istri saya mengancam, kalau tidak kawin dengan saya,
dia tidak mau kawin lagi. Akhirnya kita menikah juga.
Jadi kita ini, ikhwah learning by accident.
Belajardari benturan.

Ikhwah sekalian

Rasanya saya sendiri sebenarnya tadinya tidak pernah
tertarik mengenal uang lebih jauh. Karena 6 tahun saya
di pesantren juga tidak pernah belajar uang. Lima
tahun setengah kuliah di LIPIA Fakultas Syari'ah juga
tidak pernah belajar uang kecuali 1 bab dalam
pelajaran Fiqh yaitu kitab zakat, itupun dalam
orientasi Amil Zakat, tidak ada orientasi menjadi
muzakki. Saya mulai tertarik mengenal uang seteiah
mengalami benturan yang di awal tadi saya ungkapkan,
juga benturan ketika saya di Sekjen. Setelah jadi
Sekjen itulah saya mulai menilai ada suatu masalah
besar yang akan kita hadapi kalau masalah-masalah ini
tidak selesai. Sejak itulah saya mempelajari hal ini.
Sebelumnya, meskipun saya mengajar Ekonomi Islam di
Ul, banyak belajar dan membaca masalah-masalah
ekonomi, juga banyak membaca buku-buku bisnis dan
bergaul dengan orang-orang bisnis, saya belum seberapa
tertarik secara langsung dan punya perhatian secara
khusus terhadap masalah uang. Ketertarikan itu mulai
muncul setelah mengalami benturan betapa sulitnya kita
mendanai aktifitas kita setelah kita terjun di
perpolitikan ini.

Ikhwah sekalian.

Saya ingin bicara 3 point supaya kita iebih terarah
dalam soal uang.

Pertama. Mengapa Islam menyuruh kita kaya

Kedua, Mencari penjelasan tentang mengapa kita miskin

Ketiga, Bagaimana kita mulai merekontruksi kehidupan
finansial kita.

Ibnu Abid Dunia menjelaskan beberapa alasan tentang
mengapa kita semua diperintahkan untuk menjadi kaya
dalam Islam itu. Alasan pertama, karena harta itu
tulang punggung kehidupan. Makanya orang kalau punya
harta punggungnya tegak. Kalau tidak punya harta
punggungnya rada bungkuk sedikit. Antum lihat
orang-orang Amerika kalau datang ke sini tegap-tegap
semua kan, karena punya duit. Pejabat-pejabat keuangan
kita kumpul di CGI tunduk-tunduk semua, karena mau
pinjam duit. Allah SWT mengatakan "Janganlah kamu
berikan harta-harta kamu kepada orang-orang bodoh
(orang-orang yang tidak sehat akalnya) yaitu harta
yang telah Allah jadikan kamu sebagai yang membuat
punggung tegap." Jadi hidup kita tidak normal begitu
kita tidak punya uang. Kita pasti punya banyak masalah
begitu kita tidak punya uang.

Alasan kedua, peredaran uang itu adalah indikator
keshalehan atau keburukan masyarakat. Apabila uang itu
beredar lebih banyak di tangan orang-orang jahat maka
itu indikasi bahwa masyarakat itu rusak. Apabila uang
itu beredar di tangan orang-orang shaleh maka itu
indikasi bahwa masyarakat itu sehat.

Masyarakat Indonesia ini rusak salah satu indikasinya
karena orang-orang shalehnya sebagian besar adalah
para fuqara wa masakin. Ahlul masjid di negeri ini
terdiri atas fuqara dan masakin. Bahkan sebagian besar
orang mungkin mengunjungi masjid bukan karena
benar-benar ingin ke ma'sjid, melainkan karena tidak
punya tempat untuk dipakai mengaktualisasikan diri.
Antum lihat orang-orang tua yang datang ke masjid
biasanya orang yang kalah dalam pergulatan sosial.
Kalau dia tentara, biasa setelah pensiun baru dia ke
masjid. Kalau dia pedagang biasanya setelah dia
bangkrut baru dia ke masjid.

Rasulullah SAW mengatakan "Sebaik-baik uang itu adalah
uang yang beredar di tangan orang-orang shaleh". Jadi,
apabila kita yang ada di sini tidak mengendalikan uang
yang ada di Riau, itu adalah tanda-tanda yang tidak
bagus. Kenapa? Karena kalau uang itu berada di tangan
orang shaleh maka uang itu akan mengalir di
saluran-saluran yang baik. Kalau ibu-ibu di sini
dibagikan Rp 1 Milyar, kira-kira uang itu akan
diapakan. Buat daftar belanjanya. Antum bisa lihat
semuanya itu belanja kebaikan. Pertama, pasti akan
dipakai untuk potongan buat partai. Coba lihat anggota
DPR, begitu jadi anggota Dewan yang pertama potongan
buat partai.

Waktu itu ada teman dari Golkar dan PPP, "Itu dana
konstituen diapakan?" Kita jawab itu tidak lewat kita,
melainkan langsung ke Dapil (Daerah Pemiiihan). Uang
yang masuk ke tangan orang shaleh pasti mengalirnya di
kebaikan juga. "Kalau gajinya berapa dipotong? Kalau
kita di Golkar cuma 2,5 juta per bulan dipotong."
Kalau di PKS itu bisa 50 sampai 60% di potong. Jadi,
antum lihat daftar belanjanya orang shaleh. Kedua,
untuk rihlah, kemungkinan itu pergi umrah atau
menghajikan keluarga atau naik haji sendiri.

Bapak-bapaknya pun kalau punya uang 1 Milyar, tidak
jauh-jauh dari situ juga: infaq buat partai,
menyenangkan keluarga, dan operasional pribadi untuk
dakwah pribadinya juga. Semuanya di jalur kebaikan.
Bila ada kenikmatan, tidak mungkin dia pergi judi.
Tidak mungkin juga dia pergi ke tempat prostitusi,
paling-paling dia cari jalur halal.

Tapi coba sebaliknya, kalau uang itu beredar di tangan
orang jahat, larinya juga kepada kejahatan. Salah
seorang saudara saya cerita, waktu itu ada seorang
kaya sangat kaya di daerah Indonesia. Orangnya masih
hidup sekarang. Dia punya private jet. Saking kayanya,
dia suka main judi ke London. Pesawat private jet itu
berjenis Boeing. Jadi kalau pergi dia itu membawa
rombongan, biasanya dia parkir disana 1 minggu atau 2
minggu. Itu kalau parkir, kan bayar. Selama dia main
judi, dia persilahkan teman-temannya yang ingin pakai
pesawatnya, seperti layaknya meminjamkan mobil. Sekali
main, dia biasanya bisa rugi sampai 5 juta dollar,
meskipun kadang-kadang untung 8 juta dollar. Sekali
waktu mereka main ke sana, sudah beberapa hari kangen
dengan Nasi Padang. Dia bilang ke pilotnya tolong ke
Singapore beli Nasi Padang terus balik lagi ke London.
Begitulah cara mereka menggunakan uang.

Kalaupun orang kaya itu muslim, tidak berjudi, tapi
dia tidak punya visi dakwah dan tidak hidup untuk satu
misi besar dalam hidupnya, dia pasti akan menggunakan
uangnya untuk kesenangan pribadi, seperti perhiasan
dan seterusnya. Saya punya kawan, kalau dia pakai
seluruh perhiasannya kira-kira sekitar 2 juta dollar
di badannya, cincinnya 1 juta dollar. Mobilnya 1/2
juta dollar, jam tangannya bisa sampai 2 milyar.
Adalagi temannya kira-kira punya 200-an jam tangan.
Sebuah jam tangan itu harganya kira-kira 2 milyar.

Lebih buruk lagi, kadang-kadang orang kaya yang tidak
baik memakai uangnya untuk memerangi kebaikan. Itulah
yang terjadi ketika orang-orang Yahudi memegang
kendali keuangan dunia. Maka dari itu, menjadi kaya
itu bagi kita adalah satu keharusan, untuk
mengembalikan keseimbangan sosial, kehidupan
ditengah-tengah kita.

Ketiga, terlalu banyak perintah syariah yang hanya
bisa dilaksanakan dengan uang. Antum lihat 5 rukun
Islam. Syahadat tidak pakai uang, sholat tidak pakai
uang, puasa tidak pakai uang tapi zakat dan haji pakai
uang. Kalau 200 ribu orang umat Islam Indonesia tiap
tahun pergi haji. Rata-rata mengeluarkan 5000 dollar,
coba antum kalikan berapa banyaknya uang yang beredar
untuk melaksanakan satu ibadah. Belum lagi jihad. Jadi
kita tidak bisa berjihad kecuali dengan uang. Misalnya
kita di lndonesia sekarang mau pergi ke Palestina
untuk pergi perang tenaga kita tidak diperlukan karena
tenaga sudah cukup dengan ada yang disana. Rasul
mengatakan: "Siapa yang menyiapkan seorang bertempur
maka dia juga sudah dapat pahala perang". Jadi banyak
sekali perintah-perintah Islam yang memerlukan uang.
Waktu Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, di antara
hadits-hadits pertama yang beliau sampaikan pada waktu
itu adalah Afsussalam wa ath'imu tho'am. Jadi
mentraktir itu tradisi nabawiyah. Sering-seringlah
mentraktir karena itu perintah Nabi, dan ini turunnya
di Madinah pada saat menjelang mihwar daulah.
Kira-kira di jaman kita inilah, di mihwar dakwah kita
sekarang. Washilul arham dan sambung tali
shilaturahim. Antum akan melihat nanti di akhir
penjelasan saya nanti bahwa cirri-ciri orang maju itu
salah satunya adalah kalau belanjanya dalam 3 hal
lebih besar daripada belanja kebutuhan lauk-pauknya,
salah satunya belanja komunikasi. Jadi kalau biaya
pulsa kita tinggi itu indikator yang baik, itu artinya
silaturahim kita jalan. Jangan missed call, suruh
orang telpon balik.

Keempat, karena harta itu adalah hal-hal yang
dibangga-banggakan oleh manusia sehingga menentukan
strata sosial. Antum akan lebih berwibawa dan didengar
orang kalau punya uang. Apabila tidak punya uang,
biasanya kita juga biasanya jarang didengar oleh
orang. Misalnya dalam keluarga. Antum bersaudara ada 7
orang. Kalau kontribusi finansial antum dalam keluarga
itu tidak banyak dan bila antum satu-satunya da'i
dalam keluarga, dakwah antum juga kurang didengar oleh
keluarga. Karena di samping ingin mendengarkan nasihat
yang baik orang juga ingin mendapatkan uang yang
banyak. Hadiah-hadiah pada hari lebaran, infaq-infaq
dan seterusnya dan itu biasanya melancarkan dakwah
kita.

Saya hadir pada suatu waktu di sidang Ikatan Anggota
Parlemen Negara-negara OKI. Setiap kali ada waktu
bertanya yang paling pertama diberi kesempatan
bertanya itu utusan dari Arab Saudi, sedangkan utusan
dari negara miskin seperti Maroko atau Tunisia
biasanya tidak dapat giliran, kalau bukan sendiri yang
angkat tangan. Masalah harta ternyata juga berpengaruh
pada hal-hal seperti itu.

Pada tahun 1994 saya ke Jerman. Dua tahun baru selesai
kuliah, di sana saya bertemu dengan salah seorang
ikhwah pengusaha yang punya beberapa supermarket di
sana. Dia datang menemui saya memakai Mercy. Saya
protes kepada dia dengan semangat dakwah dan jihad,
antum itu tega pakai Mercy, saudara-saudara antum di
Palestina di sana masih berjuang, antum hidup di
Jerman ini pakai Mercy bagaimana ceritanya. Dia bilang
nanti saya jelaskan, antum ikut saya saja dulu. Saya
diajak keliling supermarketnya dulu. Orang itu memang
kaya. Sudah keliling dia bilang, di Jerman ini kalau
kau ingin ketemu seorang direktur, begitu kamu parkir
mobil nanti direktur itu suruh sekretarisnya tengok
dia itu pakai mobil apa. Jika kau tidak pakai Mercy
nanti sekretarisnya bilang direktur sedang tidak ada.
Kalau kau pakai Mercy kau disambut baik-baik oleh
mereka. Mercy ini wajib di sini.

Itu hal-hal yang dibangga-banggakan oleh manusia. Dan
itu berkali-kali disebutkan dalam Al-Qur'an. Oleh
karena itu sebagai Muslim saya ingin didengarkan
orang, apalagi kita sebagai da'i kita perlu punya
wibawa di depan orang. Sebagian dari wibawa itu juga
dibentuk oleh kondisi finansial kita.

Ulama-ulama kita juga meriwayatkan bahwa ternyata di
antara hal-hal yang disenangi oleh wanita kepada
laki-laki salah satunya adalah uangnya. Perempuan itu
katanya menyenangi pada laki-laki kalau dia lebih
pintar daripada si perempuan, kalau dia lebih kaya
daripada perempuan, lebih kuat daripada perempuan. Dan
kepemimpinan itu kan diberikan kepada laki-laki salah
satu sebabnya karena kewajiban memberlkan nafkah itu.
Kalau kita ingin berwibawa di depan istri tolong
kewajibannya ditunaikan dengan sempurna. Itu akan
menaikkan wibawa kita depan Istri. Seorang istri itu
tidak hanya membutuhkan seorang suami yang romantis
tapi juga seorang suami yang romantis realistis. Ada
seorang akhwat berkata kepada saya, saya sebenarnya
tidak materialistis tapi masalahnya kita realistis
karena kita tidak bisa hidup tanpa materi. Dan kalau
materi kita sedikit maka hidup kita juga tidak akan
nyaman. Sedikit banyak itu juga penting.

Kelima, harta itu salah satu sebab yang dapat membuat
orang itu bisa bahagia di dunia. Jangan lagi pernah
bilang "biar miskin asal bahagia." Sekarang perlu kita
balik, "biar kaya asal bahagia."

Saya ingat guru saya waktu SD selalu mencari
kamuflase, bahwa walaupun kita miskin tetap bisa
bahagia. Memang bisa, tapi susah. Adalagi yang bilang
"Uang tidak bisa membeli cinta". Memang tidak bisa,
tapi kalau kita jatuh cinta dan punya uang itu lebih
enak. Rasulullah SAW realistis sekali ketika dia
mengatakan bahwa di antara yang membuat orang itu
bahagia adalah: Pertama, Istri yang sholehah. Kedua,
rumah yang luas, dalam hadits lain disebutkan
kamar-kamarnya banyak. Menurut Syeikh Qordlowy yang
disebut kamar-kamar itu minimal enam kamar. Satu buah
kamar untuk suami istri, sebuah kamar untuk anak
laki-laki, sebuah kamar untuk anak perempuan, sebuah
kamar untuk pembantu, dua buah kamar lainnya untuk
kerabat suami dan istri yang datang menginap di rumah.
Itu 6 kamar tidak termasuk dapur, ruang makan, ruang
keluarga, ruang tamu, perpustakaan keluarga dan
musholla. Kelanjutan dari hadits itu, dan kendaraan
yang nyaman.

Antum perhatikan Rasulullah mengatakan rumah dan
kendaraan. Rumah itu adalah indikator stabilitas,
kendaraan itu adalah indikator mobilitas. Rasulullah
mengatakan kendaraan yang nyaman bukan sekadar
kendaraan. Naik angkot itu juga kendaraan tapi belum
tentu nyaman, tapi kalau ada sedan yang empuk sehingga
kita bisa rehat, itu lebih bagus. Pulang mengisi
Liqa', kalau kendaraannya nyaman kan sedikit
mengurangi kelelahan. Itu juga periu garasi. Jika
suaminya pengurus DPW, istrinya pengurus DPW, maka
masing-masing perlu kendaraan juga. Kalau anaknya 7
siapa yang antar anaknya sekolah, jadi minimal perlu 3
mobil.

Waktu saya tidak punya mobil, saya punya motor. Anak
saya sekolah di Al-Hikmah, jadi kalau pulang diantar
sama keponakan saya, anak saya diikat, takut kalau
tidur sewaktu-waktu bisa jatuh dari motor. Saya bilang
saya dosa kalau anak saya sampai meninggal. Akhirnya
saya menelepon teman saya, "Tolong sediakan mobil
untuk saya." Itulah pertama kali saya punya mobil.
Dosa kita, kasihan anak itu jatuh dari motor. Setengah
mati kita pupuk-pupuk, kita lahirkan dengan baik, tapi
mati karena kecelakaan begitu.

Kalau suaminya pengurus DPW dan istrinya aktif di
Salimah atau di Pos Wanita Keadilan, kan perlu
mobilitas juga. Masa suaminya pergi pakai mobil,
sedangkan istrinya pergi rapat ke mana-mana sambil
gendong anak. Dia sudah hamil 9 bulan, merawat anak,
malam tidak tidur. Kita zhalim juga terhadap istri
kalau kita tidak memberikan hal-hal yang membuat dia
nyaman dalam kehidupan. Untungnya waktu kita menikah
dulu banyak akhwat kita yang tidak tahu hadits ini.
Padahal dalam banyak pendapat di berbagai mazhab
misalnya di madzhab Imam Syafi'i, apalagi Imam Malik,
kewajiban wanita itu yang sebenarnya hanya melayani
suami dan mendidik anak, sedangkan pekerjaan rumah
tangga, mencuci dan seterusnya, itu tidak termasuk
dalam kewajiban wanita.

Qiyadah-qiyadah akhwat mengikuti daurah tingkat
nasionat kemarin di Jakarta. Coba bayangkan
akhwat-akhwat kita sebagian besar sarjana. Waktu
kuliah dia direkrut kan salah satu alasannya karena
dia anashirut taqyir dan otaknya brilian. Banyak
akhwat kita Indeks Prestasinya 4,1, begitu 10 tahun
menikah, dia sudah tidak nyambung lagi dengan suaminya
kalau bicara, karena dia mengalami stagnasi
intelektual. Tiba-tiba dia mengerjakan semua pekerjaan
pembantu rumah tangga, dia melahirkan juga, melayani
suami juga, memasak juga, mencuci juga dan
kadang-kadang kita terbawa oleh romantika perjuangan,
rasanya heroik melihat istri mencuci, suami pulang
dakwah dalam keadaan lelah, istri di rumah mencuci,
mengepel lantai. Sepuluh tahun kemudian kita di
elus-elus oleh istri, kita pikir sedang di pijiit,
padahal hanya di elus-elus karena tangannya dipakai
untuk mencuci, jadi tangannya sudah bukan tangan ratu.
Sementara suami pegang pulpen, pegang kertas karena
sibuk mengisi halaqah, sedangkan pekerjaan yang
kasar-kasar dikerjakan oleh istri. Sudah saatnya
pekerjaan-pekerjaan begitu kita delegasikan kepada
mesin, jangan buang waktu di dapur, di tempat mencuci,
delegasikan kepada mesin. Kita ini orang-orang pilihan
dari umat kita. Berapa banyak orang yang sarjana di
negeri ini, sedikit. Makanya kalau Capres syaratnya
S-2 calonnya juga nanti sedikit. Saya tidak setuju
kalau capres itu syaratnya S-1, tamat SD pun bisalah.
Sebagian besar orang ikut. Jadi yang bisa merasakan
pendidikan tinggi itu barang elit di negeri ini.

Jadi kalau akhwat kita yang sarjana itu setelah nikah
disuruh jadi pembantu rumah tangga atas nama
kesetiaan, ketaatan, cinta dan sejenisnya maka kita
telah berbuat zalim terhadap SDM kita sendiri. Mungkin
akhwat kita itu sabar-sabar, dia menerima keadaan.
Tetapi walaupun dia menerima keadaan kita kehilangan
potensi, kita kehilangan umur-umur terbaik.

Sebenarnya kaiau dipacu untuk dakwah, untuk
kepentingan lebih besar, lebih strategis, faedah yang
didapatkan pun akan jauh lebih besar. Waktu kita ini
tidak akan cukup mengerjakan hal-hal tersebut, maka
belilah waktu orang lain. Hitung-hitung kalau beli
tenaga pembantu kita buka lapangan kerja, kita bukan
hanya mendelegasikan pekerjaaan kita juga buka
pekerjaan bagi orang lain.

Kira-kira itulah 5 alasan mengapa kita itu perlu kaya.
Memang, walaupun kita miskin kita masih bisa bahagia,
tapi itu jauh lebih susah. Bahkan terkadang kekayaan
itu lebih mendekatkan orang kepada Allah SWT dibanding
kemiskinan. Makanya Rasul mengatakan tentang minum
susu, makan habbatussauda' , madu. Coba kalau antum,
misalnya, tidur di atas kasur yang empuk dalam ruangan
yang ber-AC, tidur 2 jam itu bisa sangat nyenyak.
Apalagi minum susu hangat sebelum tidur. Bangun pagi
minum madu campur habatussauda.

Saya kira kita perlu memperbaiki dan melihat kembali
pemahaman keagamaan seperti ini secara benar. Sehingga
kita jangan menganggap kemewahan itu justru melelehkan
orang tapi bikin orang nyaman. Inilah 5 alasan mengapa
kita harus kaya. Sekarang saya ingin lebih jauh
menembus kembali mengapa kita miskin selama ini.
Sebabnya kita miskin adalah: Pertama, karena kita
memiliki pemahaman agama yang salah. Salah satunya 5
alasan tadi tidak beredar di kalangan kita. Sekarang
coba kita tonton acara TV, nonton acara-acara ceramah
subuh di televisi. Kita akan lihat sebagian besar
ceramah-ceramah televisi itu menyuruh orang-orang
miskin itu semakin miskin atas nama kesabaran. Bahkan
ada perang terhadap materialisme, karena itu kita
harus zuhud sekarang. Pemahaman tentang kezuhudan itu
salah satu pemahaman yang paling banyak merusak kita.
Karena kita tidak tahu bedanya orang zuhud dengan
orang miskin.

Imam Ghazali mengatakan orang zuhud itu adalah orang
yang punya dunia lalu meninggalkannya dengan sadar.
Orang miskin itu adalah orang yang ditinggal dunia.
Kalau ada orang miskin tidak dapat makan lalu puasa
Senin-Kamis itu bukan orang zuhud. Itu orang miskin
yang berusaha memaksimalisasi kondisi keterbatasannya
agar tetap dapat pahala, daripada tidak makan dan
tidak dapat pahala lebih bagus tidak makan dapat
pahala. Orang zuhud itu orang pasca dunia kalau orang
miskin itu orang pra dunia. Kita lihat Rasulullah SAW
itu sudah kaya raya sebelum menjadi Nabi. Kemiskinan
Rasulullah yang kita baca di hadits-hadits itu adalah
kemiskinan atas pilihan. Itu adalah pilihannya karena
dia punya misi yang jauh lebih besar, yakni: yang
begini itu dia tidak perlu lagi, sudah selesai. Bahkan
Rasulullah mengatakan semua nabi-nabi itu sebagian
besarnya kaya. Tidak ada lagi nabi yang diutus setelah
nabi Syu'aib melainkan pasti dia berasal dari keluarga
kaya dari kaumnya.

Rasulullah itu mengenal uang waktu umurnya 8 tahun,
dia mulai kerja dan mendapatkan gaji. Pekerjaan
pertamanya menggembala kambing. Umur 12 tahun dia
sudah pulang pergi luar negeri ikut dalam bisnis
keluarga. Umur 15 sampai 19 tahun ikut dalam perang
sehingga punya pengalaman mlliter. Umur 20 tahun Rasul
sudah jadi pengusaha investornya adalah Khadijah.
Waktu umur 25 tahun dia nikah dengan investornya.
Berapa maharnya? Seratus ekor unta. Berapa harga
seekor unta sekarang? Jauh lebih mahal dari 1 ekor
sapi. Kira-kira 10 juta 1 ekor unta jadi totalnya 1
Milyar, Anak muda 25 tahun panya uang cash 1 Milyar,
itu maharnya tapi yang disimpan itu masih ada.
Walaupun Rasulullah SAW setelah menjadi Nabi
mengatakan sebaik-baik wanita adalah wanita yang
cantik dan mahar yang murah, itu sebagai system tapi
dalam tradisi jahiliyah itu status. Oleh karena itu,
waktu pamannya yang bernama Abu Thalib menyampaikan
khutbah nikahnya sebagai sambutan keluarga pada
pernikahan Rasulullah SAW, beliau mengatakan
sesungguhnya orang Quraisy tahu bahwa Muhammad salah
saorang pemudanya yang terbaik, yang paling terhormat.
Layaklah dia nikah dengan Khadijah karena maharnya
tersebut. Pemuda berusia 25 tahun punya uang 1 Milyar,
sedangkan kita 25 tahun baru selesai Perguruan Tinggi
dan karya terbesar kita adalah menulis lamaran kerja.
Ini pemahaman keagamaan yang beredar di kalangan kita
yang membuat kita ini miskin.

Itu sebabnya di zaman penjajahan dahulu, para penjajah
itu dengan sengaja menghidupkan kelompok-Kelompok sufi
di tengah masyarakat. Paham sufiyah dihidupkan supaya
orang-orang miskin itu tidak pernah bermimpi menjadi
kaya dan merasa benar bahwa dia miskin. Maka langkah
pertama menuju kekayaan adalah perbaiki dulu pemahaman
keagamaan kita.

Saya dulu sekolah di pesantren 6 tahun, tempatnya dulu
itu di hutan, bahkan tidak ada mobil lewat di sana,
kalau kita ingin mendapatkan kendaraan umum kita harus
jalan 3 km terlebih dahulu. Pada suatu hari ada badai
datang dan menerbangkan seluruh atap gedung, masjid,
dan seluruh benda yang ada di situ. Semuanya mudah
diterbangkan karena bangunan yang ada adalah bangunan
murah semuanya. Tiap hari kita makan hanya nasi dan
kecap selama 6 tahun. Setiap kali kita makan, guru
saya selain bilang ini nasi akan membuat kamu besar.
Cuma butuh waktu. Karena itu fisik saya kecil Karena
pada masa pertumbuhan kita tidak mendapatkan gizi yang
baik dengan alasan latihan sabar, perjuangan. Waktu
itu saya bilang ini sekolah sengaja disimpan jauh dari
kota karena kota itu neraka, disini kita hidup dengan
cara yang benar. Waktu saya mau ke Jakarta untuk
kuliah, saya minta guru saya istikharah buat saya,
satu bulan kemudian saya datang dan dia menganjurkan
saya untuk kuliah di Jakarta saja di LIPIA, karena
LIPIA itu selingkar syurga yang di kelilingi oleh
neraka. Itulah pemahaman keagamaan yang kita warisi.
Waktu saya kuliah di LIPIA juga belajar syariah namun
tetap tidak ada yang mengajarkan kita pemahaman
keagamaan yang benar tentang kekayaan.

Kedua, karena kita tumbuh dalam lingkungan pendidikan
yang tidak mengajarkan kita dasar-dasar yang benar
untuk menegakkan kehidupan. Lihat kurikulum yang kita
pelajari, tidak satupun yang kita pelajari di sekolah
itu benar-benar kita pakai dalam kehidupan yang real
kita. Sekarang belajar bahasa Inggris sejak kelas 4 SD
sampai Perguruan Tinggi. Tahun pertama itu 10 tahun,
tetapi TOEFL kita tidak bagus-bagus. Padahal bahasa
itu adalah sarana komunikasi yang seharusnya itu
menjadi basic; Begitu juga tentang uang, kita tidak
pernah sama sekali belajar di sekolah tentang uang.
Saya dulu belajar hitung dagang di sekolah tapi itu
pelajaran yang paling kita tidak suka. Jadi lingkungan
pendidikan kita juga seperti itu. Setelah kita
tarbiyah pun hal-hal seperti ini juga belum diajarkan.
Mungkin karena satu hikmah ataupun yang lainnya yang
tidak kita ketahui. Tetapi kalau kita membaca
literatur yang ditulis oieh Imam Hasan AI-Banna,
sebenarnya perhatian ke arah ekonomi itu justru malah
besar dari awalnya. Bahkan munculnya gagasan ekonomi
Islam itu adalah anjuran dari beliau. Salah satunya
rintisan dari beliau untuk mulai memperbaiki kehidupan
ekonomi ummat Islam. Oleh karena itu saya menganjurkan
kepada ikhwah di kaderisasi untuk segera membuat
materi tatsqif tentang uang, karena kita periu.

Ketiga, karena kita ini memiliki ciri-ciri orang
miskin dalam kepribadian.

Ciri orang miskin:

Pertama, orang miskin itu tidak pernah bermimpi jadi
orang kaya. Kalau kita baca buku the millionaire mind
(pemikiran milioner), di dalam buku tersebut
disebutkan fakta bahwa di kalangan orang-orang miskin
itu berkembang ide-ide yang membuat mereka itu miskin.
Salah satunya karena memang mereka tidak punya mimpi
jadi orang kaya. Waktu sekolah saya pernah ikut kursus
keterampilan membuat sepatu, jadi saya bisa membuat
sepatu. Karena kita mindsetnya disiapkan untuk menjadi
buruh, kalau tidak bisa menjadi guru bahasa Arab
akhirnya menjadi tukang sepatu. Kita lihat
rintisannya. Jadi kita tidak pernah punya mimpi untuk
menjadi kaya. Contohnya, kalau kita lihat orang pakai
mobil Mercy, tidak pernah terpikir oleh kita kalau
kita juga ingin punya mobii Mercy. Yang terpikir oleh
kita adalah tega-teganya orang ini pakai Mercy.

Pertama kali Ketua Majelis Syuro membangun rumah,
banyak sekali ikhwah yang protes. Saya bilang kenapa
kalian protes. Dia tidak pinjam uang antum. Saya
datang ke rumahnya, Masya Allah rumahnya bagus. Ya
Allah berikanlah saya model rumah yang seperti ini.
Kalau kita melihat mobil bagus, rumah bagus, hinggap
sebentar di mobil itu, sapu baik-baik lalu berdoalah.

Ketika tinggal di rumah mertua, saya bisa tinggal di
tempat yang luasnya beberapa ribu meter. Cuma saya
bilang, saya tidak ingin didominasi oleh mertua, Jadi
setelah menikah saya bilang saya mau keluar dari rumah
ini. Kata mertua saya, "Kamu mau tinggal dimana?" Itu
urusan saya, satu tahun saya sudah tinggal disini.
Saya keluar. Lalu saya kontrak rumah. Rumah saya itu
mirip kandang ayam, triplek-triplek saja. Ada 3 petak
rumah, kalau kita bersin di sini, akan terdengar oleh
semua tetangga. Lantainya sebagian itu berupa tanah
dan saya pun tidak punya kasur. Saya punya kasur
ketika anak ke-3 saya lahir. Istri saya kalau sudah
hari Sabtu atau Minggu mengajak pulang. Saya tahu dia
ingin balik ke sana. Tapi kita belajar menata hidup
kita sendiri, tidak tergantung dari orang.

Setiap hari saya lewat di depan sebuah rumah besar
halamannya luas. Kalau saya lewat rumah itu saya
berjalan pelan-pelan sambil menunggu bis dari
Al-Manar. Saya melewati rumah itu yang terletak di
pojok halaman yang luas dan ada banyak pohon-pohonan.
Saya usap-usap itu temboknya. Alhamdulillah rumah itu
menjadi rumah saya. Apabila saudara antum punya mobil
antum jangan marah padanya. Jangan tanya uangnya dari
mana. Jangan tanya seperti itu. Antum pegang mobilnya,
usap-usap mobilnya.

Sekarang kalau saya mau ke DPP tiap hari lewat
Menteng, lewati rumah yang bagus-bagus, di situ juga
ada masjid yang besar yang bernama Sunda Kelapa. Saya
suka berdoa juga di situ. Ya Allah, saya ingin tinggal
di samping masjid ini, tapi bagaimana caranya atur ya
Allah. Syurga saja kita pinta, apalagi hanya rumah.
Suatu waktu saya pernah naik private jet punya Abdul
Rizal Bakrie waktu itu jauh sebelum era partai karena
saya suka ceramah di rumahnya. Kita pergi naik private
jet nya. Enak juga naik private jet. Saya berdo'a juga
disitu. Saya juga ingin yang seperti ini karena enak.
Syurga saja kita pinta apalagi seperti ini.

Kemarin Muraqib Am ditanya oleh kader. Kadernya
protes, "Ustadz Hilmi anggota dewannya sudah mulai
pada borju semuanya. Di jawab oleh Ustadz Hilmi mereka
tidak borju cuma menyesuaikan penampilan dengan
lingkungan pergaulannya. Jadi kalau ikhwah pada
kaya-kaya nanti kita juga bahagia. Saya paling senang
kalau ada ikhwah yang punya private jet, perlu di
dorong itu. Jadi kita tidak pelu belanja tiket lagi
kalau ingin ke Riau. Tidak terikat dengan jadwal
penerbangan regular. Dan saya tanya harga private jet
itu, setidak-tidaknya kita sudah tahu harga private
jet itu. Sewaktu-waktu saya naik mobil Land Cruiser
punya teman saya, mobil saya Kijang, Saya bilang
mobilmu lebih enak dari mobil saya. Dia bilang kenapa.
Saya bilang saya pikir mobil saya itu paling enak di
muka bumi, ternyata mobil bapak lebih enak. Memang
mobil kamu apa, saya bilang Kijang. Dia bilang, "Oh
itu mobil masa lalu saya."

Ikhwah sekalian.

Karakter orang miskin itu harus kita hilangkan, itu
sebabnya kita miskin. Karena tidak punya mimpi menjadi
orang kaya. Kedua, kita ini umumnya tidak ulet. Senang
difasilitasi. Dan, ada karakter yang buruk di Melayu,
pada umumnya senang diberi hadiah daripada memberi
hadiah. Bahagia dan bangga kalau ditraktir makan
daripada kalau mentraktir makan. Kalau kita ingin
menjelaskan orang Cina lebih kaya dibanding kita di
negeri ini, karena dia lebih rajin bekerja.

Saya pernah mengisi pelatihan di Telkom, saya suruh
tulis mimpi-mimpi mereka semua. Saya kasih kertas
besar, mereka menulis dan menggambar. Hampir semua
mereka membuat gambar yang sama. Sebuah rumah di
sampingnya ada sawah-sawah, disampingnya ada masjid,
kemudian ada pesawat terbang dan ada ka'bah. Saya
suruh menjelaskan. Dia bilang nanti saya berharap
insya Allah sudah naik haji sebelum pensiun setelah
pensiun nanti saya punya rumah di desa di sampingnya
ada sawah-sawah, di sampingnya lagi ada masjid. Jadi
dia ibadah kerjanya. Saya bilang bapak pensiun umur
berapa. Dia bilang 55 tahun, Mau menghabiskan sisa
umur di desa disamping masjid dan di samping sawah.
Kalau bapak diberi umur 80 tahun oleh Allah SWT-
berapa sisa umur bapak, 25 tahun akan bapak habiskan
di samping sawah. Begitu cara kita berfikir, kita
menghindari tantangan.

Saya pernah ceramah di direktur keuangan BULOG, dia
mau pensiun dini, dia tinggalnya di Patra Kuningan
dekat rumahnya Pak Habibie. Saya diminta mengisi
ceramah di rumahnya tentang manajemen harta untuk para
lansia. Yang hadir itu angkatan 63 UGM dari Fakultas
Ekonomi semuanya. Saya bilang bapak setelah pensiun
nanti mau tinggal di mana. Dia bilang mau balik ke
kampung halamannya di Solo. Saya tanya Solonya di
mana. Dia bilang agak ke pinggir sedikit. Nah kita
lihat, sudah pulang kampung ke Solo masih ke pinggir
sedikit. Dia sudah punya rumah disana di sampingnya
ada sawah-sawah, ada masjid, persis seperti gambar
orang Telkom itu. Saya bilang kenapa tidak tinggal di
Jakarta. Dia bilang siapa yang bisa tahan tinggal di
Jakarta setelah pensiun. Biaya mahal, anak saya sedang
pada kuliah semuanya saya tidak kuat nanggung.

Coba kita lihat waktu pendapatan kita berkurang yang
kita lakukan itu adalah mereduksi dan mengurangi
kegiatan kita supaya kita menyesuaikan diri dengan
pendapatan, seharusnya ketika pendapatan kita
berkurang bukan kegiatan yang kita reduksi tapi yang
kita lakukan adalah tetap memperbanyak kegiatan dan
menambah pendapatan. Jadi saya bayangkan kalau bapak
di kasih umur 80 tahun, bapak akan tinggal di kampung
itu selama 25 tahun. Sekarang saya coba
menghayal-menghayal kira-kira jadwal hariannya seperti
apa. Jam 3 insya Allah dia akan bangun qiyamul lail
sampai subuh dia sudah tidak tidur, karena orang kalau
sudah diatas 40 tahun kebutuhan tidurnya sebetulnya
cuma 2 jam, setelah subuh mungkin dia nanti wirid,
setelah itu pagi, mungkin aktivitas jalan pagi dan
lainnya selesai jam 7. Setelah itu dia mandi lalu
sarapan dia baca koran. Katakanlah selesai jam 9
setelah itu dia sholat dhuha. Setelah itu tanda tanya
karena tidak ada kegiatan yang dia lakukan. Lalu masuk
zhuhur sebelumnya dia punya waktu 3 jam, setelah itu
dia makan siang setelah itu dia tidur siang, bangun
ketika ashar. Ashar sampai maghrib yang dia lakukan
duduk-duduk diteras minum kopi sambil memandang sawah.
Sebelum maghrib dia mandi, setelah maghrib dia makan
malam sampai isya mungkin dia mengaji. Setelah sholat
isya melihat televisi sebentar setelah itu dia tidur
lagi. Kita lihat tidak ada waktunya yang produktif.
Orang ini 25 tahun menunggu kematian. Kematian itu
tidak perlu ditunggu nanti dia akan datang sendiri
kenapa kita tunggu-tunggu dia.

Kita lihat cara kita merencanakan hidup. Seharusnya di
usia seperti itulah kita bekerja makin giat karena
jadwal kita makin dekat. Kematian kita makin dekat
bukan makin berserah tetapi begitulah pikiran yang ada
pada orang-orang miskin dan karakter yang ada pada
orang-orang miskin. Orang-orang ini tidak ulet,
menghindari tantangan, tidak ingin kerja keras. Karena
itu rata-rata jadwal kerja orang miskin itu di bawah 8
jam. Sementara jadwal kerja orang kaya itu di atas 15
jam. Wajar kalau mereka jadi kaya karena jam kerja
mereka juga banyak.

Keempat, 3 sebab yang pertama inilah yang menyebabkan
mengapa kemiskinan struktural yang direncanakan oleh
musuh Islam itu bisa berhasil karena memang kita bisa
dimiskinkan, Ada pemahaman agama yang salah, ada
pendidikan yang salah, ada karakter orang miskin,
kemudian ada usaha sistematis untuk memiskinkan kita.
Jadilah kita umat yang miskin. Kita tinggal di atas
semua sumber daya alam yang begitu kaya, sementara
kita hidup sebagai orang miskin. Tidak ada alasan bagi
kita untuk hidup sebagai orang miskin. Kita lihat di
seluruh dunia sekarang ini semua sumber daya alam yang
terbaik itu ada di dunia Islam. Minyak misalnya ada di
dunia Islam, sekarang Cina, kita lihat disana ada
130-an juta orang Islam yang berbatasan dengannya. Di
wilayah yang di kuasai oleh umat Islam itu terdapat
riset minyak terbesar di Cina. Jadi semua sumber daya
energi itu, ada di kalangan umat Islam.

Itu sebabnya salah seorang pemikir Jerman
mengungkapkan alasan bahwa Islam itu menjadi musuh
Barat, sebabnya karena: Pertama, umat Islam itu
mempunyai aqidah dan aqidah ini tidak bisa dirusak
oleh penjajahan model apapun juga. Kedua, populasinya
terus bertambah sedangkan orang Barat populasinya
terus berkurang. Ketiga, karena mereka memiliki semua
sumber daya yang memungkinkan mereka mendirikan
peradaban. Kita diberi laut di Indonesia ini tapi
tidak ada yang mengelolanya, otak kita tidak dialihkan
ke sana. Kita hidup di tengah kekayaan tetapi mati
sebagai orang miskin. Ada usaha untuk memiskinkan
kita. Kenapa usaha itu berhasil? Karena ada
faktor-faktor di dalam diri kita sendiri yang membuat
itu berhasil dan inilah sebabnya mengapa perimbangan
kekuatan dalam kehidupan kita sekarang ini menjadi
tidak imbang. Karena kita bahkan tidak mau kaya. Kita
bayangkan orang seperti Bill Gate punya kekayaan lebih
dari 500 Trilyun. Itu hampir sama dengan 1 tahun APBN
Indonesia. Orang seperti George Soros itu bisa
memiskinkan 200 juta penduduk Indonesia. Bagaimana itu
bisa. Kalau kita baca George Soros itu, 'infaqnya'
pekerjaan charitynya sudah lebih dari 5 Milyar Dollar.

Kalau masalah ini sedikit kita kembangkan menjadi
semacam wawasan politik ekonomi yang lebih luas, maka
kita perlu memahami bahwa ada tiga panggung terkait
dengan ini. Panggung negara, panggung civil society
dan panggung pasar. Dari 3 panggung ini, pasarlah yang
mempunyai mekanisme bekerja paling efektif apabila
dibandingkan mekanisme negara maupun mekanisme civil
society. Itu sebabnya dari sekarang negara itu
mengalami reduksi pada otoritas-otoritasny a disebabkan
oleh tekanan pasar. Kini kita bisa dimiskinkan hanya
dengan menekan tombol-tombol elektronik. Masukkan
modal melalui komputer tarik lagi modalnya melalui
komputer dan kita semua miskin.

PKS di masa yang akan datang tidak bisa mengendalikan
kehidupan ini semuanya kalau hanya berkuasa di negara
tetapi tidak menguasai pasar. Tidak mungkin. Sekarang
ini kita akan menemukan secara individu, banyak
individu yang lebih kaya daripada negara. Oleh karena
itu gabungan dari beberapa individu justru dapat
dengan mudah mengintervensi negara dan memiskinkan
negara. Kalau kita hanya masuk ke dewan, padahal dewan
itu hanyalah bagian kecil dalam panggung negara, masih
ada eksekutif masih ada yudikatif. Kita hanya punya
sedikit di dewan itu, dan di dewan itu masih sedikit
pula. Kita lihat daerah kekuasaan kita, dakwah ini ke
depan hanya bisa menekan, menguasai, mengendalikan
situasi kalau kita punya orang yang terdistribusi
secara merata, memimpin negara, memimpin civil
society, dan memimpin pasar. Baru kita akan digjaya
sebagai sebuah gerakan dakwah. Ketiga, bagaimana kita
memulai membangun kehidupan finansial kita.

Pertama, perbaiki ide kita tentang uang. Ide itu
adalah wilayah kemungkinan, "space of possibility" .
Semua yang menjadi mungkin dalam ide kita pasti akan
menjadi mungkin dalam realita. Ide itu adalah tempat
penciptaan pertama sedangkan realitas itu adalah
tempat penciptaan kedua. Jadi tidak ada realitas yang
terjadi dalam kehidupan kita tanpa sebelumnya tercipta
pertama kali dalam ide-ide kita. Sebelum pesawat
terbang itu diciptakan yang pertama kali dahulu adalah
ada ide bagaimana manusia dapat terbang seperti
burung. Jadi begitu sesuatu jadi mungkin dalam ide
kita, ia bisa menjadi mungkin dalam kenyataan.

Sekarang perbaikilah ide-ide kita tentang uang.
Belajarlah untuk mempunyai mimpi besar tentang uang.
Belajarlah untuk membuat daftar rencana, insya Allah
ketika saya meninggal nanti saya ingin mewariskan
sekian banyak uang. Buatlah step ide ini luas. Karena
kalau space of possiblity kita ini luas maka space of
reality kita jadi luas. Kalau kita lihat mobil,
belajarlah mempunyai selera yang bagus.

Supaya ide-ide ini tumbuh dengan baik kita perlu dari
sekarang membaca sebuah buku tentang uang. Bacalah
buku-buku tentang uang, Saya sangat menganjurkan
beberapa buku di anlaranya The.Millionaire Mind, ada
dua buku yang ditulis oleh penulis yang sama karena
ini adalah risetnya. Selanjutnya The Millionaire Dead.
Ini adalah penelitian yang dilakukan terhadap cara
berfikir orang-orang kaya yang ada di Amerika,
Kemudian buku One Minute Millionaire (Bagaimana
menjadi milliuner dalam 1 menit) dan ini juga punya
website, kita bisa masuk ke websitenya, mereka punya
psikotest kalau kita ingin mengetahui apakah kita
punya talenta jadi orang kaya atau tidak. Alamat
websitenya www.oneminutemillio naire.com. Buku yang
ketiga, adalah semua buku Robert T Kiyosaki. Yang ke-4
ini
buku lama tapi termasuk buku-buku awal yang dibaca
orang tentang uang yaitu buku yang ditulis oleh
Napoleon Hill, Think and Grow Rich, Berfikir dan
Menjadi Kaya. Buku terakhir ini adalah buku yang
sangat lama karena diterbitkan pada tahun 80- an dan
ditulis tahun 70-an, tapi menurut saya rasa masih
sangat relevan untuk dibaca. Ini buku-buku dasar
semuanya bagi pemula. Dan saya rasa penting juga untuk
mendapatkan landasan syar'i yang bagus tentang hal ini
apabila kita baca juga buku yang ditulis oleh Syeikh
Yusuf Qordlowi tentang nilai-nilai moral dalam ekonomi
Islam.

Perbaiki dahulu ide kita tentang uang, perbaiki
tsaqafah tentang uang dan mulailah mempunyai mimpi
besar untuk menjadi orang kaya, supaya kita insya
Allah naik derajatnya dari amil zakat menjadi muzakki.
Supaya kita datang kepada orang jangan lagi bawa
proposal tapi lain kali orang datang bawa pro-posal,
itu yang benar. Sering-seringlah datang ke
tempat-tempat mewah, jalan-jalan saja untuk
memperbaiki selera.

Saya punya 1 halaqah yang terdiri dan anak-anak LIPIA,
Mereka datangnya dari kampung, dari pesantren
semuanya. Saya tahu mereka ini membawa background, di
backmindnya itu ada psikologi orang kampung yang tidak
pernah bermimpi menjadi orang kaya. Saya tanya kamu
nanti setelah selesai dari LIPIA mau kemana? Mereka
bilang Insya Allah kita mau pulang ke kampung mengajar
di Ma'had, mengajar Bahasa Arab, Suatu hari saya ajak
mereka, hari ini tidak ada liqa', tapi saya tunggu
kalian di Hotel Mulia. Saya ada di suatu tempat dan
mereka tidak melihat saya. Saya suruh mereka berdiri
saja di lobby. Mereka datang pakai ransel karena
mahasiswa datang pakai ransel, diperiksa lama oleh
security. Karena penampilannya sebagai orang miskin
dicurigai membawa bom. Saya lihat dari atas. Itu
masalah strata, kalau antum datang pakai jas dan dasi
tidak ada yang periksa antum di situ, karena yang
datang pakai ransel tampang kumuh. Kemudian mereka
bertanya di mana antum ustadz, saya bilang antum
tunggu saja di situ. Saya dekat dengan mereka tapi
mereka tidak melihat, saya hanya memperhatikan apa
yang mereka lakukan. Kira-kira 2 jam mereka saya suruh
di situ, mondar-mandir di lobby. Minggu depan saya
tanya apa yang antum lihat disana. Orang lalu lalang,
jawab mereka.

Saya tanya, pertama, apakah ada satu orang yang lalu
lalang yang antum lihat yang mukanya jelek, dia bilang
tidak ada. Semuanya ganteng-ganteng semuanya
cantik-cantik. Jadi ada korelasi antara wajah dan
kekayaan, Makin kaya seseorang makin baik wajahnya.
Kedua, ada tidak yang memakai pakaian yang tidak rapi
kecuali antum. Dia bilang tidak ada, semuanya rapi.
Jadi dengan latihan seperti ini pikirannya sedikit
mulai terbuka. Karena ia membawa bibit dalam
pikirannya untuk menjadi orang miskin. Sekarang
alhamdulillah mereka bertiga sekarang ini sedang
kuliah di Ul ambil S2 Ekonomi Islam.

Ikhwah sekalian jadi kita perbaiki insting kita.
Pertama kali kita perbaiki tsaqafah kita. Jadi
hadirkan buku-buku itu ke dalam rumah dan mulai dari
sekarang anak-anak kita juga mulai diajari tentang
uang. Ikutilah kursus-kursus tentang enterpreneurship
supaya kita dapat memperbaiki dulu citra kita tentang
uang.

Kedua, menyiapkan diri untuk menjadi kaya. Orang-orang
kaya yang bijak itu mempunyai nasehat yang bagus,
mereka mengatakan "sebelum Anda menjadi kaya
latihanlah terlebih dahulu menjadi kaya". Hiduplah
dengan hidup gaya orang kaya. Orang kaya itu optimis.
Bagi orang kaya biasanya tidak ada yang susah. Bagi
mereka semuanya mungkin, karena itu mereka selalu
optimis. Jadi yang harus dihilangkan dari kita itu
adalah pesimis. Saya punya seorang teman sekarang
menjadi kaya, dia datang ke Jakarta hanya sebagai
pelatih karate dan tidak ada duitnya, tapi supaya
tidak ketahuan oleh istrinya bahwa dia tidak punya
pekerjaan, setiap habis sholat subuh dia pergi lari
olahraga, setelah itu dia memakai pakaian rapi lalu
keluar rumah. Dia juga tidak tahu mau kemana yang
penting ke luar rumah. Istrinya tidak tahu kalau dia
tidak punya pekerjaan. Nanti di jalan baru ditentukan
siapa yang dia temui hari ini.

Langkah pertama perbaiki dahulu sirkulasi darah kita,
olahraga dulu, supaya wajah segar makan yang banyak.
Banyaklah makan yang enak, daging. Sering-sering makan
yang enak. Menurut Utsman bin Affan makanan paling
enak itu adalah kambing muda. Setiap hari mereka makan
kambing muda. Makan yang enak, olah raga yang bagus
supaya wajah kita berseri. Syeikh Muhammad Al-Ghozali
dalam kitab Jaddid Hayataka mengatakan kenapa
orang-orang Barat itu pipinya merah, karena sirkulasi
darahnya bagus, gizinya bagus. Sedangkan kita
orang-orang timur kalau ketemu itu auranya pesimis,
tidak ada harapan. Biasakanlah kalau orang ketemu kita
ada harapan yang terlihat, makanya kalau pilih warna
baju pilihlah yang cerah-cerah, Ibnu Taimiyah
mengatakan ada hubungan antara madzhab dan batin kita,
pakaian apa yang kita pakai itu mempengaruhi kondisi
kejiwaan kita. Jangan pakai pakaian orang tua. Ada
anak umur 25 tahun pakaiannya pakaian orang tua,
bagaimana nanti kalau umurnya 50 tahun pakaiannya
seperti apa. Tampillah sebagai anak muda. Cukur rambut
yang bagus, cukur kumis yang rapi janggut dirapikan.
Rapi, supaya kita kelihatan ada optimisms. Belajarlah
sedikit latihan menatap supaya sorotan mata kita kuat,
perlu sedikit latihan menatap. Misalnya di pagi hari
atau sore hari menjelang matahari terbenam, antum
tatap matahari dan tidak berkedip matanya. Kalau bisa
antum bertahan 1 menit itu bagus, Latihan saja
sendiri. Di dalam kamar ambil lilin, matikan lampu,
antum tatap itu lilin dan matanya tidak berkedip dan
tidak berair. Nanti kaiau sudah terbiasa pandangan
matanya kuat. Jadi kalau olahraga teratur, sirkulasi
udara bagus, pikiran jadi segar, tsaqafah kita
bertambah mulai memakai pakaian yang cerah-cerah.
Makanya Rasulullah itu senangnya memakai baju putih.
Jangan pakai yang gelap-gelap atau warna yang tidak
menunjukan semangat hidup. Jangan juga berpenampilan
seperti orang tua. Sekadar untuk menunjukkan kita ini
kelompok orang-orang shaleh kita pakai baju taqwa, itu
pakaian orang Cina, pakailah baju yang segar agar
dapat menunjukkan bahwa kita ada semangat. Walaupun
Anda sudah berumur pun tetap pakai pakaian yang muda,
jangan berpenampilan tua, Artinya kita harus
merendahkan diri, sebab uban tanpa diundang dia akan
datang. Tadi tidak perlu menua-nuakan diri dengan
sekadar tampil kelihatan dewasa, tua, bijak. Tampillah
sebagai anak muda yang gesit dan optimis.

Ketiga, bergaullah dengan orang-orang kaya, perbanyak
teman-teman antum dan kalangan tersebut. Ini tidak
bertentangan dengan hadits yang mengatakan dalam bab
rezeki lihatlah kepada yang dibawah dan jangan lihat
kepada yang di atas. Antum tidak sedang tamak ke
hartanya, tetapi antum sedang belajar kepada mereka.
Dahulu saya suka ceramah di kalangan orang-orang kaya.
Waktu saya ceramah di rumahnya Abu Rizal Bakrie yang
saat itu sedang berduit-duitnya, saya duduk dalam 1
karpet, ketika krismon pada waktu itu, sekretarisnya
bilang pada waktu itu, tahu tidak berapa harga karpet
ini. Saya bilang tidak tahu, saya pikir sejadah biasa.
Dia bilang karpet ini harganya 100 ribu dollar. Karpet
kecil harganya 1,6 M. Waktu saya selesai ceramah
dikasih amplop, amplopnya tipis. Saya bilang sama
sekretarisnya. Ini amplop kembalikan kepada dia.
Bilang sama beliau saya cuma ingin berkawan dengan
dia. Dia belajar agama sama saya, saya belajar dunia
sama dia. Kalau saya terima ini, nanti saya dianggap
ustadz dan dia tidak dengar kata-kata saya. Saya mau
bersahabat dengan dia. Jangan kasih saya amplop lain
kali. Supaya kita bergaul. Setiap kali saya datang ke
kelompok yang pengusaha kaya itu saya selalu menolak,
saya tidak terima ini saya ingin bergaul dengan bapak,
saya ingin jadi teman.

Alhamdulillah dari situ saya banyak teman dari
kelompok orang-orang kaya, dan kalau datang kita
belajar, saya bertanya sama mereka kenapa begini,
bagaimana caranya, bertanya kita belajar. Memang di
jurusan saya dia belajar dari saya kalau ada yang
perlu didoakan panggil saya, bisa. Tapi kan saya tidak
punya ilmu bikin duit sebelumnya, saya perlu belajar
dari orang yang ahli. Jadi dalam bab itu saya murid,
dalam bab saya dia murid. Jangan karena kita sering
ceramah, terus semua orang kita anggap murid dalam
segala aspek.

Saya bergaul dengan orang-orang kaya dan saya belajar
dengan mereka. Saya belajar bagaimana caranya bikin
duit, bagaimana caranya bikin perusahaan sama-sama dan
saya tidak malu. Bergaul dengan mereka itu dari
sekarang. Jangan tamak pada hartanya tetapi ambil
ilmunya. Jangan minder bergaul dengan orang kaya
seperti itu. Awal lahirnya reformasi, setelah kalah
dalam pemilu 1999, kita Poros Tengah kumpul di
rumahnya Fuad Bawazir. Semua orang diam, ada Amin
Rais, Yusril, semuanya diam karena main. Karenanya
kita semuanya kalah, tadinya sombong semua. Pak Amin
Rais mengatakan sebelum pemilu, "Nanti Golkar kita
lipat-lipat, kita tekuk-tekuk, kita kuburkan di masa
lalu." Tidak tahunya Golkar masih di nomor 2.
Partainya Pak Amin rendah perolehan suaranya. Suara
umat Islam rendah, Jadi berkumpulah orang-orang kalah
ini selama 2 hari. Waktu itu Pak Amin sedang
dikejar-kejar terus oleh Dubes Amerika untuk membuat
pernyataan bahwa pemenang pemilu legislatif yang
paling layak jadi Presiden, tapi Pak Amin menghindar.
Jadi saya datang ke rumah Pak Fuad Bawazier, saya
bilang Pak Fuad, saya ini bukang orang politik, saya
ini ustadz. Yang saya pelajari dalam syariat kita ini
kalau kita sedang kalah seperti ini jalan keluarnya
adalah i'tikaf. Kita belajar banyak istighfar, tilawah
dan seterusnya. Jauhi dulu wartawan, mungkin dosa-dosa
kita banyak sehingga kita kalah. Dia bilang bener juga
ya. Cuma kalau kita i'tikaf di Indonesia tetap saja
diketahui wartawan. Kalau begitu kita umrah, Antum
ikut ya dari PKS umrah. 4 orang dari PAN, dari PKS
sekitar 3 orang, 4 orang ini naik bisnis first class,
sedang kita dikasih ekonomi. Yang beli tiket dia
soalnya. Mau diprotes bagaimana. Kita cuma dihargai
begini, terima apa adanya dahulu. Tapi waktu itu kita
dengan lugu datang menghadap Pak Fuad. Saya bilang Pak
Fuad berapa harga tiket First Class. Dia bilang
pokoknya 2 kali lipat dari harga ekonomi. Jadi kalau
tiket ekonomi pada waktu itu 1000 dollar harga first
class itu sekitar 2000 dollar. Kenapa kita tidak
sama-sama di kelas ekonomi saja, dan selisihnya kita
infaqkan untuk orang miskin. Ini kan masyarakat kita
lagi susah. Dia ketawa dia bilang ya akhi, nanti ini
ana infaq lagi insya Allah untuk orang faqir, tapi ana
tolong dong di first class tidak mungkin ana turun di
kelas bawah.

Kita tidak tahu apa nilai yang berkembang pada orang
kaya, kenyamanan itu adalah nilai pada mereka. Mereka
menghemat energi, tenaga. Dan, angka besar pada kita
itu angka kecil bagi mereka. Uang 1 milyar 2 milyar
itu uang jajan. Kalau kita, belum tentu punya tabungan
sampai mati sejumlah itu. Itu masalah cita rasa. Cita
rasa pada orang kaya itu berbeda. Ini yang kita
pelajari, yang dianggap besar oleh mereka itu adalah
ini. Dengan begitu kita menjiplak sedikit emosinya.
Karena dalam pergaulan itu, kalau kita bergaul dengan
seseorang itu, kalau bukan api dia parfum, Kalau dia
parfum dia menyebarkan wangi, kalau dia api
menyebarkan panas, Orang jahat itu api, kalau anturn
dekat-dekat akan menyebarkan panas. Orang baik itu
parfum, kalau antum dekat-dekat setidak-tidaknya bau
badan kita tertutupi oleh parfum tersebut. Jadi
ikut-ikut karena kita ingin perbaiki selera. Jadi
antum kalau punya waktu-waktu kosong jalang-jalanlah
ke mall, lihat-lihat orang kaya tidak usah belanja,
liha-lihat saja dulu, memperbaiki selera. Datang ke
showroom mobil, datang ke pameran mobil, lihat-lihat
pegang-pegang. Rajinlah berdo'a. Bergaullah dengan
orang kaya.

Selain itu, rajinlah berinfaq walaupun kita miskin.
Gunanya apa? Supaya antum tetap mengganggap uang itu
kecil dan supaya tidak ada angka besar dalam fikiran
kita. Misalnya kita punya tabungan 10 juta, infaqkan.
Supaya antum meneguhkan, mesti ada yang lebih besar
dari ini. Jadi angka itu terus bertambah di kepala
kita, walaupun dalam kenyataannya belum. Tetapi dengan
berinfaq seperti itu, kita memperbaiki cita rasa kita
tentang angka. Bukan sekadar dapat pahala tetapi efek
tarbawinya bagi kita akan bertambah terus. Kita belum
pernah merasakan bagaimana menginfaqkan mobil, sekali
waktu kita berusaha untuk menginfaqkan mobil. Begitu
antum punya uang sedikit terus berinfaq, terus seperti
itu kita latih sambil menjaga jarak. Kita membuat
sirkulasi jadi bagus.

Kelima adalah mulailah melakukan bisnis real. Terjun
ke dalam bisnis secara langsung. Karena Rasulullah SAW
mengatakan 9 per 10 rezeki itu ada dalam perdagangan.
Saya juga ingin menasehati ikhwah-ikhwah yang sudah
jadi anggota DPR dan DPRD, jangan mengandalkan mata
pencaharian dari gaji DPR dan DPRD. Itu bahaya. Sebab
belum tentu kader-kader di Riau ini nanti masih
menginginkan Pak Khairul untuk periode selanjutnya.
Belum tentu juga jama'ah menunjuk kita lagi sebagai
anggota dewan, padahal gaya hidup sudah berubah.
Anak-anak kita kalau kenalan dengan orang, bapak saya
anggota dewan padahal itu hanya sirkulasi. Jadi setiap
kali kita mendapatkan pendapatan dari gaji karena
pekerjaan seperti ini, kita-harus hati-hati itu
bahaya. Jadi pendapatan paling bagus itu tetap dari
bisnis. Oleh karena itu, mulai sekarang itu belajarlah
terjun ke dunia bisnis.

Jatuh bangun waktu bisnis tidak ada masalah, terus
saja belajar. Tidak ada juga orang langsung jadi kaya.
Yang antum perlu terus berbisnis. Begitu juga dengan
para ustadz, teruslah bisnis. Begitu juga dengan
seluruh pengurus DPW-DPD dan seterusnya. Teruslah
berbisnis. Lakukan bisnis sendiri. Sesibuk-sibuknya
kita, kita perlu mempunyai bisnis sendiri
sekecil-kecilnya. Tidak boleh tidak. Itulah sumber
rezeki yang sebenarnya. Kalau antum mau kaya sumbernya
adalah dagang. Rezeki itu datangnya dari 20 pintu, 19
pintu datangnya dari pedagang dan hanya 1 pintu untuk
yang bekerja dengan keterampilan tangannya, yaitu para
professional. Misalnya akuntan itu kan professional,
pekerja pintar, tapi kalau sumber rezekinya satu
makanya uangnya terbatas. DPR juga begitu sumbernya
satu, yakni gaji bulanan, itu hanya 5 tahun. Itu pun
kalau tidak di PAW sebelumnya. Jadi kalau saya ketemu
dengan ikhwah dari dewan, hari-hati jangan sampai
mengandalkan mata pencaharian dari situ. Selain itu
potongan dari DPP, DPW, DPD juga besar. Untuk ma'isyah
sendiri kita harus cari di sumber lain.

Waktu kita terjun ke bisnis, kita pasti gagal. Gagal
pertama, gagal kedua, gagal ketiga, gagal keempat tapi
teruslah jangan pernah putus asa. Saya punya partner
bisnis. Dia mulai bisnis umur 16 tahun, semua jenis
pekerjaan sudah dia lakukan. Pada suatu waktu dia
mempunyai 38 perusahaan tapi dari 38 perusahaan ini
hanya 6 yang menghasilkan uang, Kita lihat berapa
ruginya. Jadi seringkali kita salah pandang terhadap
orang kaya. Kita pikir tangannya tangan dingin semua
yang disentuh jadi uang. Ternyata tidak juga.

Jadi hal-hal seperti itu harus kita hadapi secara
wajar jangan shock kalau rugi. Jangan berfikir dengan
berdagang antum akan cepat jadi kaya, yang menentukan
antum cepat berhasil dalam dagang itu adalah secepat
apa antum belajar. Cara belajar itu ada dua: baca buku
atau sekolah atau bergaul dengan orang-orang sukses,
nanti kalau sudah baca buku sudah bergaul dengan orang
sukses, masih gagal juga. Teruslah berdagang,
teruslah-bergaul, teruslah seperti itu karena setiap
orang tidak tahu kapan saatnya dia ketemu dengan
momentum lompatannya.