Friday, June 25, 2021

KOMPAS ETIS KEPEMIMPINAN

Oleh: YUDI LATIF




Hanya karena panggilan sejarah yang tak terelakkan, demi menghindari perpecahan bangsa yang baru merdeka, pemimpin besar perang kemerdekaan Amerika Serikat George Washington mau menerima pengangkatannya sebagai presiden AS yang pertama. Setelah masa jabatan kepresidenan pertamanya berakhir, dia berniat kembali ke kompleks peternakannya. Namun, niat itu terpaksa ia urungkan, mengingat kondisi republik muda yang masih goyah dirundung konflik elit kekuasaan.




Setelah masa jabatan keduanya berakhir, dia bisa saja berkuasa lagi hingga kapan ia mau. Tapi, kompas etis kepemimpinannya mengatakan "enough is enough". Keberlangsungan republik tak boleh bergantung pada seseorang sebesar dan sehebat apapun orang itu. Tunas-tunas baru harus meneruskan tongkat estafet kepemimpinan.




Praktik kekuasaan Washington itu kemudian menjadi konvensi, standar etis masa bhakti kepresidenan, Meski Konstitusi AS aslinya tidak memberikan batasan berapa kali seseorang bisa memegang jabatan Presiden, namun setiap ada orang yang berhasrat mencalonkan lagi setelah dua kali terpilih, kepekaan rasa mahunya selalu tak sanggup menghadapi pertanyaan gaib nurani publik. "Apakah anda merasa lebih hebat dari Washington?"




Demikianlah, warisan terhebat dari seorang pemimpin adalah standar dan visi etis yang ditinggalkannya. Sumbangsih kepemimpinan tidak ditentukan oleh seberapa lama seseorang berkuasa, melainkan nilai apa yang dibudayakannya selama berkuasa. Kepemimpinan negara ini pusat teladan, ibarat mata air yang darinya mengalir sungai-sungai kehidupan yang memasok air ke hilir. Seperti apa mutu air di hulu akan memengaruhi mutu kehidupan di hilir.







Dalam demokrasi luhur adab, hukum berenang di lautan etika. Defisit institusi dan peraturan selalu bisa ditutupi oleh kedalaman moralitas penyelenggara negara dan warganya. Dalam demokrasi rendah adab, surplus pasal konsitusi dan undang-undang tak membuat kepastian dan tertib hukum, melainkan selalu dicari celahnya untuk disiasati demi kepentingan sesaat. Setiap ada usulan untuk mengembalikan konsitusi ke rel yang benar, selalu ada penumpang gelap yang membonceng di belakangnya.




Berbagai ekspresi ketidakpatutan etis dalam ruang publik kita mengindikasikan rendahnya literasi moral di lingkungan elit negeri. Seperti tak punya rasa malu, saut tingkat keterpaparan Covid-19 melonjak dan keterpurukan sosial-ekonomi memagut, elit politik masih berlomba mendendangkan lagu keberhasilan dalam adu pencitraan. Seperti tak bisa merasa, tingginya kedudukan dan pengaruh dulan politik seolah bisa menerabas apapun ambang kepatutan.







Tinggi rendahnya keadaban elit politik itu bisa bisa dilihat dari caranya menghormati dan memajukan dunia pendidikan. Bahkan semasa perang dunia sekalipun, lumbung ilmu seperti Universitas Heidelberg dan Sorbonne tak disentuh serangan militer.




Kebiadaban suatu bangsa terlihat dari usaha politisasi dan eksploitasi dunia pendidikan untuk tujuan tujuan pragmatis. Elit politik di negeri ini malah berlomba meraih gelar-gelar akademis dengan cara-cara yang dapat merendahkan standar mutu dan wibawa dunia akademis.




Yang lebih memprihatinkan lagi, para ilmuwan dan dunia pendidikan sendiri sebagai benteng nalar dan moral juga hanyut dalan arus pengkhianatan intelektual. Bukan bicara benar pada kekuasaan, tetapi membungkuk pada kekuasaan. Para spin doctors (konseptor, surveyor, influencer politik) menjadi instrumen rekayasa penyimpangan politik.




Para rektur perguruan tinggi tega merendahkan martahat dunia pendidikan dengan "menjual" bangku dan gelar akademik dengan harga yang murah.







Tak ada konstitusi yang bisa dipenuhi imperatifnya tanpa basis moral. Seperti diingatkan John Adams pada para milisi Massachusetts, "Konsitusi kita dibuat hanya bagi orang-orang religius dan bermoral." Pasal konstitusi terus ditambah, berbagai undang-undang terus diproduksi, namun tak membuat negara ini berjalan di atas rel yang benar, karena kita mengalami defisit keteladanan dan semangat moral penyelenggara negara.




Jauh-jauh hari Mr. Soepomo telah mengingatkan: "Paduka Tuan Ketua, yang sangat penting dalam pemerintahan dan dalam hidup negara ialah semangat, semangat para penyelenggara negara, semangat para pemimpin pemerintahan. Meskipun kita membikin undang-undang yang menurut kata-katanya bersifat kekeluargaan, apabila semangat para penyelenggara negara, pemimpin pemerintahan itu bersifat perseorangan, undang-undang dasar tadi tentu tidak ada artinya dalam praktek."




Tanggung jawab terpenting dari pemimpin negara adalah sebagai "penjaga konstitusi". Dalam ketidaksempurnaan konstitusi dan kelembagaan yang ada, kepemimpinan kharismatik bisa menutupinya dengan kewibawaan moral. Dalam kaitan itu, Lyndon B. Johnson mengingatkan, "Tugas berat seorang presiden bukanlah mengerjakan apa yang benar, melainkan mengetahui apa yang benar."




Untuk mengetahui apa yang benar, seorang Presiden harus menemukan panduan dari norma-norma fundamental. Bahwa praktik demokrasi harus disesuaikan dengan mandat konstinusi, karena pengertian 'demokrasi konstitusional' tak lain adalah demokrasi yang tujuan ideologis dan teologisnya adalah pembentukan dan pemenuhan konstitusi.




Setelah mengetahui apa yang benar, Presiden harus bisa bertindak benar dengan integritas moral yang tak mudah goyah. "Sebagai presiden," seru Abraham Lincoln, "Aku tak punya mata kecuali mata konstitusi. Dengan mata konstitusi, presiden bisa mengetahui apa yang benar Dengan integritas moral, presiden bisa bertindak benar, yang bisa mewariskan standartis dalam kehidupan republik. Bahwa hidup ini pendek, sedang kehidupan itu panjang. Maka, janganlah demi kepentingan penghidupan-kekuasaan jangka pendek. kepemimpinan mengorbankan prinsip-prinsip kehidupan untuk jangka panjang.




Editor: MADINA NUSRAT

JAWABAN AL QUR'AN TERHADAP MUSIBAH COVID-19

Manusia bertanya kepada Sang Khaliq :




Ya Allah, apakah gerangan yang sedang menimpa kami saat ini ?




Al Qur'an menjawab ;

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan” (QS. Al-Baqarah : 155).




Mengapakah kami harus diuji dengan wabah corona seperti ini ?




Al Qur'an menjawab :

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : ”Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi ?” (QS. Al-Ankabut : 2).




Untuk apa sesungguhnya ujian ini, ya Allah ?




Al Qur'an menjawab : “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali dengan izin Allah ; barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya” (QS. At-Taghabun :11).




Namun, mengapa harus terjadi pada kami ?




Al Qur'an menjawab :

“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta" (QS. Al-Ankabut : 3).




Darimana datangnya musibah ini ya Allah ?




Al Qur'an menjawab :

“Dari mana datangnya ini ?” Katakanlah: “Itu dari dirimu sendiri” (QS. Ali Imran: 165).




Tapi ya Allah, wabah ini sungguh buruk bagi kami.




Al Qur'an menjawab :

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu ; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS. Al-Baqarah : 216).




Telah sesak nafas kami, berat hidup kami, gara-gara wabah ini.




Al Qur'an menjawab :

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (QS. Al-Baqarah : 286).




Kami tidak bisa bekerja ya Allah, kami dikurung di rumah saja, kami tidak bisa berbuat apa-apa




Al Qur'an menjawab :

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imran : 139).




Terkadang, wabah ini memberikan tekanan yang demikian dahsyat kepada kami. Rasanya kami telah menyerah kalah. Sebagian dari kami bahkan telah berputus asa.




Al Qur'an menjawab :

“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir" (QS. Yusuf : 87).

“Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Rabbnya, kecuali orang-orang yang sesat” (QS. Al-Hijr: 56).




Kami menjadi gelisah, tidak tenang, karena beban berat yang kami hadapi akibat wabah ini.




Al Qur'an menjawab :

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Ra’d: 28).




Di saat sempit seperti ini, masih adakah jalan keluar bagi kami ? Masih adakah pintu rezeki untuk menyambung hidup kami ya Allah ?




Al Qur'an menjawab :

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (QS. Ath-Thalaq: 2-3).

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya” (QS. Ath-Thalaq: 4).




Tapi, kantor sudah memotong gaji kami. Bahkan sebagian dari kami, sudah tidak memiliki pekerjaan lagi. Siapa yang akan memberikan rezeki kepada kami ?




Al Qur'an menjawab :

“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya" (QS. Hud: 6).




Sudah selama ini kami menjalani kebijakan Stay At Home. Rasanya sudah tidak kuat untuk terus menerus dikurung di dalam rumah. Lelah ya Allah. Sungguh kami tidak tahu, sampai kapan suasana ini.




Al Qur'an menjawab :

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung” (QS. Ali Imran : 200).




Mengapa Engkau menyuruh kami untuk bersabar ?




Al Qur'an menjawab :

“Allah mencintai orang-orang yang sabar” (QS. Ali Imran : 146).




Adakah balasan atas kesabaran kami ya Allah ?




Al Qur'an menjawab :

“Sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan” (QS. An-Nahl : 96).




Alhamdulillah... seberapa banyakkah pahala yang akan Engkau berikan kepada kami ?




Al Qur'an menjawab :

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (QS. Az-Zumar : 10).




Masya Allah… Lalu bagaimana nasib kami kelak di akhirat ya Allah ?




Al Qur'an menjawab :

“Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (surga), (sambil mengucapkan) ‘Selamat untuk kalian atas kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu” (QS. Ar-Ra’du : 23-24).




Alhamdulillah....sekarang kami tenang ya Allah, kami ridha dengan ketentuan-Mu, kami bersabar dengan ujian-Mu.




Al Qur'an menjawab :

“Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya” (QS. Al-Bayyinah : 8).

“Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar" (QS. At-Taubah : 72).




Barakallahu fiikum...

Sunday, June 20, 2021

Ketika Eropa Mengadopsi Angka Arab Menggantikan Angka Romawi


Kita dapat menyaksikan matematika terdapat dalam artifak-artifak dan fosil-fosil di seluruh Afrika. Salah satu fosil tertua yang membuktikan bahwa orang-orang daerah ini mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang matematika terdapat sebuah tempat bernama Ishango, yang sekarang dikenal dengan Zaire.


Jean de Heinzelin, seorang arkeologis dari Belgia, pada akhir abad kelima belas berhasil menggali sekumpulan artifak dan sebuah tulang yang sekarang dikenal sebagai tulang Ishango. Pada tulang tersebut tertulis beberapa tanda 13, 11, 17. Setiap tanda mengindikasikan sebuah kesatuan.


Di situ tertera manifestasi yang jelas dari pengetahuan matematika tentang bilangan berbasis 10. Heinzelin mengungkapkan bahwa petunjuk tertua atas hitungan semacam itu ditemukan di sana, di Ishango, dan pemikiran itu menjadi dasar dari sistem hitungan selanjutnya yang dimulai di Mesir.


Tentu saja terjadi perkembangan di bidang matematika di Mesir, yang disebut sebagai salah satu peradaban tertua di dunia. Keberadaan Piramid dan Sphinx merupakan bukti adanya teknologi, ilmu pasti, dan matematika yang hebat.


Para ilmuwan menyatakan bahwa ketika Piramid itu dibangun, ketinggian vertikalnya sepermilyar jarak antara bumi ke matahari. Ketinggian bangunan yang sama baru bisa dicapai oleh orang modern sekitar 1874.

Batu-batu yang dipergunakan untuk menyusun Piramid itu rata-rata beratnya dua dan satu setengah ton, beberapa di antaranya lima puluh ton --100.000 pound. Sangat sulit untuk membayangkan bagaimana manusia dapat memindahkan batu-batu itu dan menyusunnya menjadi sebuah bentuk piramid yang sempurna yang menjulang tinggi dari dasar yang berbentuk persegi dengan ketinggian yang mencapai sekitar 485 kaki.

Luas permukaan piramid-piramid itu sama dengan kuadrat ketinggian vertikalnya --sebuah prestasi mengagumkan yang menunjukkan wawasan dan pengetahuan matematika yang sangat hebat.

Islam datang dan masuk ke Afrika Utara

Islam datang bukan untuk membuat kehancuran. Agama ini menyebar di Afrika dengan membawa perbaikan dan pembangunan. Membangun sekolah-sekolah, lembaga-lembaga, dan memberikan arah dan tujuan hidup kepada manusia.


Pada 711 Masehi, seorang jenderal bernama Thariq ibn Ziyad memimpin sebuah pasukan melintasi tempat yang sekarang disebut Mediterania. Dia menaklukkan wilayah di sebuah gunung yang oleh orang Spanyol disebut sebagai "Mons Calpe". Gunung itu kemudian dinamai kembali oleh serdadu Tariq sebagai "Jabal Al-Thariq" --'Gunung Thariq'". Orang Spanyol menyebutnya "Gibraltar."

Spanyol dan Portugal --yang pernah bernama Jazirah Iberia-- juga tertaklukkan, dan peradaban Islam ditumbuhkan di sana oleh orang-orang Muslim pengikut Thariq. Mereka berada di sana sampai 1492, ketika Granada runtuh. Itu terjadi pada tahun yang sama ketika Columbus secara kebetulan menemukan Amerika.

Itu terjadi dalam periode antara 711 sampai 1492, di mana ilmuwan Islam memadukan dan mengembangkan pengetahuan Yunani kuno, Romawi, dan Afrika dalam buku-buku berbahasa Arab.

Bilangan Romawi segera dihapuskan setelah bilangan Arab diperkenalkan ke Eropa.

Angka-angka Romawi yang janggal itu diungguli oleh angka-angka Arab yang lebih mudah dan aktif serta dapat memberikan bukan hanya pemikiran atas apa yang dilambangkan, tetapi juga memungkinkan kita untuk menghitung tanpa kesulitan.


Salah satu buku yang diterjemahkan dari bahasa Arab ke bahasa Latin adalah yang ditulis oleh Muhammad ibn Musa Al-Khwarizmi. Judulnya Al-Jabr wa'l-Muqabala, yang berarti "Restorasi dan Reduksi".

Ketika buku itu diterjemahkan ke bahasa Latin, kata keduanya --wa'l-Muqabala-- dihilangkan, jadi tinggal kata Al-Jabr, yang menjadi "algebra". Dan dari nama Al-Khwarizmi berasalnya istilah "Algoritma".

Al Khwarizmi adalah salah satu ahli matematika terbesar dalam sejarah. Ia adalah peletak konsep dasar matematika. Ia juga dikenal sebagai seorang ahli astronomi dan geografi. Al Khwarizmi lah yang paling banyak mempengaruhi pemikiran matematika di abad pertengahan. Ia mengembangkan tabel rincian trigonometri yang memuat fungsi sinus, kosinus, serta konsep diferensiasi dari perkembangan kalkulus.

Pengaruh Al Khwarizmi dalam perkembangan matematika, astronomi dan geografi dibuktikan oleh sejarah. Ia menyatukan pengetahuan Yunani dan Hindu dan juga hasil pemikirannya sendiri. Ia mengadopsi angka nol, sebuah angka yang sangat penting dalam aritmatika dan sistem desimal. Sumbangannya dalam sistem angka dikenal sebagai Algoritma. Penamaan sistem itu diambil dari namanya.

Beberapa bukunya diterjemahkan ke dalam bahasa latin di awal abad ke 12 oleh Adelard of Bath (Adelardus Bathensis). Terjemahan inilah yang kemudian menjadi ilmu pengetahuan baru di kalangan Barat. Buku ini dipakai sebagai buku pegangan prinsip matematika di universitas-universitas di Eropa. Tabel-tabel astronominya juga diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa Eropa, dan kemudian bahasa Cina.

Kontribusi Al Khwarizmi dalam bidang Geografi juga luar biasa. Ia tidak hanya merevisi pandangan ptolemaios tentang geografi, tetapi juga mengoreksinya secara detail. Tujuh puluh ahli geografi bekerja dibawah kepemimpinannya dan mereka membuat peta pertama bola dunia.

Puluhan Pemeluk Hindu di Lereng Gunung Lawu Masuk Islam, Rindu Dai

http://www.panjimas.com/inspirasi/2021/06/17/puluhan-pemeluk-hindu-di-lereng-gunung-lawu-masuk-islam-rindu-dai/

KARANGANYAR, Jawa Tengah– Puluhan pemeluk Hindu di kawasan lereng Gunung Lawu sekitar Candi Cetho menyatakan masuk Islam sejak pandemi covid-19. Saat ini tengah dibina di Masjid Al Hikmah Dukuh Sanggrahan, RT 03 RW III, Anggramanis, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah

Masjid Al Hikmah merupakan sebuah masjid kecil di Desa tersebut. Sejak kedatangan pendakwah dari sebuah pondok pesantren yang ditugaskan ke Desa ini pada tahun 2006 silam, masyarakat muslim mulai belajar Islam dan berusaha mengamalkan ajaran Islam termasuk meninggalkan tradisi yang dinilai bertentangan dengan aqidah Islam.

Jamaah masjid yang berjumlah 11 orang yang berusaha meninggalkan tradisi kesyirikan, sempat diisolir dari penduduk setempat.

Mereka yang meninggalkan tradisi dikeluarkan dari perkumpulan warga, dan ketika memiliki hajatan tidak dibantu masyarakat lain bahkan pernah dipersulit.

Saat jamaah masjid tersebut memiliki hajatan, masyarakat yang menentangnya menutup jalan dengan batu, sehingga para tamu tidak dapat menghadiri, bahkan saluran air dimatikan. Kisah itu disampaikan Gimin, salah satu aktifis masjid yang pernah diisolir.

“Waktu itu kan 11 orang, ditarik kurang lebih 50 ribu per orang untuk bersih desa 1 Syuro,” kata Gimin kepada Panjimas.com, Selasa (15/6/2021).

Gimin mengatakan bahwa uang iuran tersebut dibelanjakan untuk membuat peralatan atau makan-makan (sesaji). Biasanya iuran dibelikan seekor kambing untuk sesembahan (tumbal) kemudian dibagikan ke masyarakat per bungkus tiap KK.

“Terus kami menentang ndak mau ikut setelah itu. Dari Islam kan melarang kesyirikan, persembahan selain Allah itu kan dilarang gitu. Terus masyarakat menentang-menentang terus, akhirnya kita itu sama mereka diolok-olok. Katanya kamu Islam Arab ya sana pergi ke Arab, ngenggoni wong Jowo kudu ngenggoni Jowone (tradisi.red),” katanya.

Setelah dikeluarkan dari berbagai perkumpulan warga tersebut, 11 orang muslim tersebut kembali menghidupkan masjid. Dari kejadian tersebut, jamaah masjid semakin bertambah.

“Yang tadinya ikut kelompok RT banyak yang ikut ke Masjid, jadinya kita lebih kuat,” katanya.

Meskipun diisolir dari masyarakat, para jamaah masjid tersebut justru membalasnya dengan muamalah yang baik kepada masyarakat yang menentangnya.

Gimin beserta jamaah yang lain membuat program santunan kepada masyarakat yang kurang mampu, anak yatim dan para janda tua. Santunan tersebut murni sosial, diberikan secara umum tanpa melihat latar belakang agamanya.

“Awalnya kami muamalah, sana (masyarakat) punya hajatan kita bantu bersama, meskipun mereka mengolok-olok, tapi kita diam, muamalah kan tidak dilarang oleh agama,” katanya.

Dikucilkan dari masyarakat tak membuat Gimin beserta jamaah yang lain surut semangatnya untuk berbuat baik dan terus mendakwahkan Islam. Dari kotak infak masjid yang dikelolanya bersama takmir, ia membelanjakan berupa peralatan dapur atau bolo pecah, keranda jenazah dan peralatan lainnya.

Dari peralatan itu, masjid berlaku mandiri atau tidak bergantung kepada pihak lain, justru masjid meminjamkan peralatan tersebut bagi siapapun yang membutuhkan, bahkan umat agama lain termasuk pemeluk Hindu yang menjadi mayoritas di wilayah tersebut.

“Hindu juga kami tasarufi, jadi nggak harus umat Islam. Umat Hindu juga kami tasarufi, alhamdulillah baik, biasanya mereka ‘matursuwun le wong aku nyang anu kae wae ra tau diwehi neng pemerintah kok aku Masjid bola bali diwehi wae’ (terimakasih nak, aku saja tidak dikasih oleh pemerintah, kok sekarang dikasih terus dari Masjid)” Kata Bapak tiga anak tersebut.

Dengan muamalah tersebut, masyarakat yang menentang pemahaman dan amalan para jamaah masjid berangsur-angsur pudar.

Jamaah Masjid Al Hikmah tetap memberikan santunan, membantu program-program kemasyarakatan seperti kerja bakti dan sebagainya, namun tetap meninggalkan tradisi yang bertentangan dengan aqidah Islam.

Masyarakat pemeluk Hindu dan yang lainnya saat ini saling menghormati dan bertoleransi. Sehingga kegiatan Masjid Al Hikmah diterima masyarakat dan didukung oleh perangkat desa sekitarnya.

Fenomena puluhah umat Hindu masuk Islam, terjadi sejak Pandemi Covid-19. Pada Ramadhan 1441 H tahun 2020 lalu, datang seorang dai dari Solo yang ditugaskan selama bulan suci Ramadhan.

Dengan metode dakwahnya yang lembut, dai tersebut mampu merangkul seluruh komponen masyarakat dari kalangan muda hingga yang tua. Berkat dakwahnya ke masyarakat dan berkerjasama dengan jamaah Masjid Al Hikmah, menimbulkan ketertarikan tersendiri dari pemeluk Hindu untuk mengucapkan kalimat syahadat.

Terhitung sejak tahun 2020 lalu, saat ini mualaf Hindu berjumlah sekitar 34 orang. Namun dalam membina para mualaf di desa tersebut, Masjid Al Hikmah merasa masih membutuhkan bantuan. Hal itu disampaikan oleh Abu Yahya, salah satu aktifis masjid yang membina para mualaf tersebut saat ini.

“Orang-orang sini itu masih butuh moril, materil untuk mensupport mereka, kalau mengandalkan kita-kita sendiri itu masih kurang. Kita dari remaja masjid tempat saya khususnya itu hanya sekedarnya saja, mungkin ya membina untuk sholat, untuk melatih bagaiamana cara membaca Al-Qur’an itu saja, yang lainnya untuk menguatkan mereka supaya bisa bertahan dan istiqomah di Islam itu butuh sesuatu yang menguatkan mereka,” terang Abu Yahya.

Abu Yahya mengatakan saat ini membutuhkan figur seorang tokoh, dai yang mampu bermuamalah dengan baik, berakhlaqul karimah, sehingga dapat membina para mualaf yang mayoritas bekerja sebagai petani sayur dan ekonomi menengah kebawah, serta mengembangkan dakwah Islam di lereng Gunung Lawu. Sebuah desa yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.

Selain itu, saldo masjid yang minim, belum mampu memberikan santunan secara merata kepada para mualaf.

(Panjimas.com) 17 Jun 2021



Tanggapan atas info diatas:

Fatwa & Hukum Bagi Pemeluk Baru Agama Islam

Dikumpulkan Oleh:

Al Ustadz Abu Fayadh Muhammad Faisal Al Jawy al-Bantani, S.Pd, M.MPd, M.Pd, I حفظه الله *

@AbuFayadhMuh.Faisal


بسم الله الرحمن الرحيم

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Pembaca yang budiman, kalau kita melihat dengan masuknya orang-orang kafir, musyrik, dan ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani kedalam islam secara berbondong-bondong, ini tidak lain adalah bukti kongkrit atas kegagalan agama dan falsafah lainnya dalam menciptakan ketentraman, kedamaian, dan kebahagian manusia.

Wajib bagi kaum muslimun, khususnya para da’i, untuk lebih menggiatkan dakwah di tengah umat tersebut guna mengajak mereka kepada agama Alloh. Sebelum melakukan tugas itu, kita lebih dulu menampilkan Islam dalam kehidupan kita, baik ilmu maupun perilaku. Manusia sangat membutuhkan orang yang dapat mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya Islam:

“Siapa yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Alloh, mengajak amal yang shalih, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerahkan diri”. (QS. Fushshilat:33)

Pada kesempatan kali ini Kami akan sedikit membahas beberapa fatwa untuk orang yang masuk islam, dimulai dari beberapa pertanyaan kemudian yang akan dijawab oleh beberapa ulama. Pembahasan ini kami angkat dari sebuah Buku: “ANDA BERTANYA ULAMA MENJAWAB”, oleh: Syaikh Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz Hafidzhahulloh. (Judul asli fatawa wa ahkam ila ad-dakhilin fil Islam. Penerbit: Pustaka Elba, Surabaya) dengan sedikit editan Redaksi.

Selamat membacanya dengan teliti dan bijaksana…

1. Hukum Mandi Besar bagi Orang yang Masuk Islam

Tanya: Apa hukum mandi besar bagi Orang yang masuk Islam? Apakah disyaratkan mandi besar untuk mengerjakan shalat ataukah cukup berwudhu saja?

Jawab: Ada hadist dalam al-Musnad dan as-Sunnah dari Qais bin ‘Ashim:

“Bahwa Nabi memerintahkannya untuk mandi dengan air dan daun bidara ketika masuk Islam”.

Dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim disebutkan:

“Ketika Tsumamah hendak masuk Islam, maka ia mandi terlebih dahulu, kemudian datang lalu masuk Islam”.

Hadist ini menunjukkan bahwa mandi besar sudah dikenal, bagi siapa saja yang hendak masuk Islam. Alasan lainnya, karena orang kafir itu najis, sebagaimana disebutkan Alloh, dan karena itu ia dalam keadaan junub. Hadastnya tidak bisa dihilangkan dengan mandi disaat masih kafir. Karena itu, Imam Ahmad berpendapat tentang wajibnya mandi besar ini, dan ibadah yang dilakukan orang kafir, seperti shalat, tidak sah sehingga ia mandi besar (lalu masuk Islam).

(Dari Jawaban Syaikh Al-Allamah Dr. Abdullah bin Jibrin Rahimahulloh)

2. Mencuci Pakaian dan Prabotan Rumah Setelah Memeluk Islam

Tanya: Apakah diwajibkan mencuci barang-barang, pakaian, perabotan dan bejana setelah memeluk agama Islam?

Jawab: Tidak wajib jika sudah suci. Biasanya, ia membersihkan bejana dan pakaiannya untuk tujuan kebersihan dan semisalnya, tidak perlu dibutuhkan niat, karena muncuci itu membersihkan atau menghilangkan najis.

Adapun bila pada barang-barang tersebut terdapat najis berupa minuman keras atau bangkai, maka harus mencucinya terlebih dahulu.

(Dari jawaban Syaikh Al-Allamah Dr. Abdullah bin Jibrin Rahimahulloh)


3. Wajib Khitan (Sunat) Selama Tidak Membuatnya Lari dari Islam

Tanya: Apa hukum Khitan bagi Muallaf?

Jawab: Terdapat perintah berkhitan, dan ini adalah salah satu dari Sunan al-Fitrah (amalan fitrah). Disyariatkan untuk mennyempurnakan kewajiban bersuci bagi laki-laki. Karena itu, kami melihatnya sebagai kewajiban, sebagaimana sabda Nabi kepada seorang laki-laki yang masuk islam:

“Buanglah rambut kekafiran darimu dan berkhitanlah”(HR. Ahamad dan Abu Daud)

Secara zhahirnya, perintah ini menunjukkan kewajiban. Tetapi bila dikhawatirkan akan membuat mereka meninggalkan Islam, maka dibolehkan menundanya dan memberitahukan hukumnya setelah ia mantap dalam Islam dan mencintainya.

(Dari jawaban Syaikh Al-Allamah Dr. Abdullah bin Jibrin Rahimahulloh)


4. Hukum Merubah Nama Setelah masuk Islam

Tanya: Apakah diwajibkan merubah nama bagi orang yang baru masuk Islam?

Jawab: Tidak diwajibkan, tapi bila namanya termasuk nama-nama orang kafir yang masyhur, maka lebih baik merubah namanya dengan nama-nama yang dikenal oleh kaum muslim.

(Dari jawaban Samahatush Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah Bin Baz Rahimahulloh)



5. Apabila Orang Kafir Masuk islam di Siang Bulan Ramadhon

Tanya: Apabila orang kafir masuk Islam pada siang bulan Ramadhan, apakah ia wajib puasa pada sisa hari dimana ia masuk Islam? Apakah ia wajib mengqadho hari-hari yang telah berlalu dari bulan itu sebelum keislamannya?

Jawab: Apabila Orang kafir masuk Islam pada siang bulan Ramadhan, maka ia wajib berpuasa pada sisa hari itu, karena ia telah menjadi orang yang diwajibkan berpuasa. Adapun mengqodho hari itu, maka ia tidak wajib mengqodho hari-hari yang telah lewat dari bulan itu.

(Dari jawaban Fadhilatush Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahulloh)


6. Hukum Shalat bagi Orang yang bajunya Terkena Daging Babi

Tanya: Bolehkan shalat memakai baju yeng terkena daging Babi? Bolehkah menggunakan piring pisau yang terkena daging babi tanpa mencucinya terlebih dahulu? Apakah Khamer bisa diqiaskan dengan daging babi?


Jawab: Tidak boleh seseorang melakukan shalat dengan memakai baju yang terkena daging babi, karena daging babi adalah najis, seperti Firaman-Nya: (Al-an’am:145)

Berdasarkan hal ini, tidak diperbolehkan seseorang shalat denga memakai baju ini hingga mencucinya. Jika telah dicuci, maka dibolehkan shalat dengan menggunakan baju tersebut.

Dibolehkan menggunakan piring, pisau dan selainnya bila telah suci. Sedangkan sebelum dicuci, maka tidak boleh menggunakannya karena telah terkena najis. Adapun khamer berdasarkan perdapat yang rajih(kuat), maka ia suci dan tidak najis.

(Dari jawaban Fadhilatush Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Rahimahulloh)



7. Apakah Orang yang Baru Masuk Islam Diharuskan Menceraikan Istrinya?

Tanya: Apakah diharuskan bagi orang yang baru masuk Isalam untuk menceraikan istrinya, jika istrinya itu belum masuk islam? Apakah anak-anaknya dari istrinya dihukumi Muslim? Apakah diharuskan merubah nama mereka dengan mana-mana Islam?

Jawab: Dibolehkan untuk tidak menceraikanya, jika istrinya itu kitabiyyah(Ahli kitab, Yahudi dan Nasrani) sebagaimana FirmanNya:

(Al-Ma’idah:5)

Al-Muhshanah adalah wanita yang menjaga kesucian diri dan suaminya. Bila istrinya tersebut beragama budha, Hindu dan syiah Rafhidhoh, maka ia tidak boleh menjadikannya sebagai istri, kecuali bila ia ikut masuk Islam dalam masa iddahnya, maka ia tetap dalam pernikahanya.

Adapun hukum anak-anaknya maka mereka mengikuti agama yang benar dari kedua orang tuanya. Bila ibunya masuk Islam dan Bapaknya menolak masuk Islam, maka anak-anaknya mengikuti agama ibunya. Dan bila ayahnya masuk yang Islam dan ibunya menolak, maka anak-anaknya mengikuti ayahnya.

Ini semua berlaku saat anak tersebut belum dewasa. Ketika ia telah dewasa, maka ia berhak memilih agamanya karena ia sudah dapat menetukan arah hidupnya sendiri. Ia tidak dihukumi sebagai muslim hanya orang tuanya masuk Islam, sampai ia masuk Islam dengan kemauannya sendiri seperti halnya orang dewasa.

Adapun merubah nama orang yang masuk Islam atau mengikuti agama yang benar dari kedua orang tuanya, maka hukumnya sama dengan hukum merubah nama orang dewasa yang masuk Islam sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.


(Dari jawaban Al-Allamah Syaikh Dr. Abdullah bin Jibrin Rahimahulloh),

Wallohu Waliyyut-Tauhid,

بَارَكَ اللَّهُ فِيْكُمْْ

(Barakallohu’ fiikum)


Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita kali ini yang singkat, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :


سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Subhanakallohummawabihamdika Ashadu'ala ilahaila anta Astagfiruka wa'atubuh Ila'ika.

حسبنا الله ونعم الوكيل نعم المولى ونعم النصير

" Hasbunalloh wa ni'mal wakiil ni'mal mawla wa ni'mannashiir "


Salam Ahadun Ahad ☝️ Allohu Akbar ✊ عش كريما او مت شهيدا (Isy Kariman Aw Mut Syahidan/Hidup Mulia atau Mati Syahid)


* Penulis Adalah Aktivis Pendidikan dan Kemanusiaan, Praktisi dan Pengamat PAUDNI/Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal, Aktivis Anti Pemurtadan dan Aliran Sesat, Domisili saat ini di Bekasi Kota dan Kabupaten Bekasi (Babelan City), Jawa Barat.

Wednesday, June 16, 2021

Dipaksa Umur 27 Tahun

14 June 2021
Oleh : Dahlan Iskan

*SAYA pun pernah dipaksa atasan saya. Dibentak. Dimarahi*. Pada saatnya, saya juga pernah memaksa anak buah. Membentak. Memarahi.

*Rupanya yang seperti itu terjadi kapan saja di zaman apa saja.* Kalau paksaan itu membuat yang dipaksa berhasil jadilah kejengkelan dulu itu sebagai kenangan yang manis. Kadang malah bersejarah.

*Itu pula yang dialami Mochtar Kusumaatmadja.* *Dipaksa, dibentak, dimarahi. Berhasil*. Lalu membuat Mochtar menjadi profesor, doktor, ilmuwan, menteri, rektor, dan penanda sukses lainnya.

*Mungkin Mochtar tidak akan dicatat sejarah sebagai pahlawan Indonesia kalau tidak pernah dibentak Chairul Saleh*. Berkat bentakan itu, Mochtar dicatat sebagai pejuang yang membuat wilayah Indonesia bertambah dua kali lipat. *Tanpa perang. Tanpa pertumpahan darah*. (Disway 8 Juni 2021: Pahlawan Mochtar).

*Di mata generasi seperti saya, nama Chairul Saleh itu buruk sekali.* Kesannya ia sangat korup. Juga sebagai salah satu yang mengakibatkan ekonomi Indonesia runtuh di akhir Orde Lama.

*Kesan itu mungkin akibat pers yang dikendalikan penguasa baru saat itu*. Chairul ''hanyalah'' menteri Veteran. *Tapi kekuasaannya memang besar*. Ia disegani. Setelah itu, Chairul menjadi menteri energi. *Terakhir sebagai menteri/Ketua MPR(S).*

*Di zaman saya sekolah, bahkan jasa Chairul Saleh di kemerdekaan Indonesia pun tidak pernah disebut.* Padahal berkat *militansi para pemuda seperti Chairul Saleh, Wikata, dan Sukarni, Indonesia merdeka 17 Agustus 1945*. Merekalah yang memaksa Bung Karno untuk memproklamasikan kemerdekaan itu.

*Padahal Bung Karno semula tidak mau*. Bung Karno memilih menunggu janji Jepang yang akan memberikan kemerdekaan pada Indonesia. *Akhirnya Bung Karno diculik. Dibawa ke Rengasdenglok (Karawang). Di situ Bung Karno dipaksa memproklamasikan Indonesia.*

*Awalnya kelompok Chairul Saleh memang tidak memilih Bung Karno sebagai calon presiden pertama Indonesia*. Begitu mendengar Jepang dibom oleh Amerika, kelompok pemuda itu sepakat meminta Amir Syarifuddin untuk menjadi presiden pertama. Mereka pun mencari di mana Amir. Tidak ketemu. Ada info Amir lagi di penjara di Lowokwaru, Malang. Pejuang berusaha membebaskan Amir secara paksa. Gagal.

Lantas mereka sepakat minta Sutan Syahrir saja yang menjadi presiden. Mereka mencari Syahrir. Ketemu. *Tapi Syahrir tidak mau. Ia baru berumur 28 tahun saat itu. Syahrirlah yang mengusulkan agar Bung Karno saja yang menjadi presiden*.

 
*Ternyata Chairul lah yang memaksa Mochtar untuk menemukan cara*: agar laut-laut di antara pulau di Indonesia menjadi laut pedalaman. Artinya: laut itu menjadi bagian wilayah Indonesia.

*Waktu itu, tahun 1957, Mochtar masih sebagai pegawai biasa di biro perdagangan devisa*. Tapi ahli hukum laut. Ia baru dua tahun pulang dari kuliah master hukum di Yale University.

"Mana ini, hasil panitia kok belum ada? Lambat betul kerjanya” kata Chairul.

*Kisah itu sangat terkenal. Dimuat di mana-mana*. Termasuk ditulis MF Mukthi dari testimoni Mochtar berjudul Sekelumit Pengalaman Bersama Bung Chairul Saleh. Itu dimuat di buku Chairul Saleh Tokoh Kontroversial.

*Mochtar memang anggota Panitia Rancangan UU Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim*. Yang dibentuk di masa Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo di tahun 1956.

*Berarti sudah setahun panitia belum berhasil membuat rumusan*. Bahkan Ali sendiri sudah turun dari jabatan perdana menteri.

*UU baru tersebut dimaksudkan untuk mengganti Territoriale Zee en Marietieme Kringen Ordonantie yang diterapkan sejak masa kolonial.*

Chairul mencari Mochtar. ”Ini bagaimana? Kapal perang Belanda kok masih mondar-mandir saja di Laut Jawa. Ini Laut Jawa apa tidak bisa dijadikan laut pedalaman?” kata Chairul.

"Tidak bisa," jawab Mochtar.

*Chairul pun marah.*

*”Pokoknya bikin supaya bisa. Jangan bilang tidak bisa!”* sergah Chairul.

”Wah, ini bertentangan dengan hukum internasional," ujar Mochtar.

*”Kamu ini masih muda. Ngomongnya tidak revolusioner,"* ujar Chairul. "Kalau dulu waktu proklamasi kita mendengarkan orang-orang yang terlalu yuridis, proklamasi juga tidak jadi. *Kamu harus mengubah cara berpikir. Pokoknya mesti bisa!”* kata Chairul.

Mochtar terlecut oleh ”paksaan” Chairul itu. Ia minta cuti 2 minggu. Ia pergi ke Bandung. Ia selesaikan konsep itu di masa cutinya itu.

*Bulan berikutnya, Desember 1957, konsep Mochtar itu dipaparkan di sidang kabinet*. Yang memimpin sidang Perdana Menteri Juanda.

Sebelum masuk ruang sidang Chairul mencari Mochtar. ”Dalam konsep itu nanti yang diukur dari pantai berapa meter? ” tanya Chairul.

”12 mil laut,” jawab Mochtar.

*”Bikin 17 mil. Angka 17 itu keramat, 17 Agustus, ” tukas Chairul.*

*Rupanya orang seperti Chairul tetap saja radikal.* Ketika deklarasi penguasaan laut itu diumumkan, negara-negara Barat protes. Mulai dari Amerika sampai Australia. *Saat itu Belanda memang belum mengakui kemerdekaan Indonesia.*

”Mereka protes? Kalau negara-negara imperialis itu protes berarti kita di jalan yang benar, ” ujar Chairul enteng.

*Waktu itu Chairul berumur 40 tahun. Mochtar baru berumur 27 tahun*. Tapi ia sudah bisa menyikapi tekanan, paksaan, kemarahan, dan bentakan dengan begitu positifnya.

*Chairul meninggal di umur 50 tahun, tidak lama setelah dianggap terlibat G30S/PKI*. Ia adalah Ketua umum Partai Murba, yang dikenal sebagai partai kiri.

*Mochtar meninggal minggu lalu di umur 92 tahun.* (Dahlan Iskan)

Tuesday, June 08, 2021

Nyai Ahmad Dahlan 1872-1946

Tokoh ini bernama Siti Walidah, lahir 3 Januari 1872, putri dari seorang ulama, Kiyai Haji Muhammad Fadli. Dia bersekolah di rumah saja, belajar ilmu agama, bahasa, dan lain sebagainya. Dia tidak mengenyam pendidikan formal, tapi besok lusa, dia ‘mendirikan’ ribuan sekolah-sekolah, lembaga pendidikan formal lewat organisasi yang dibangunnya.

Tahun 1889, Siti Walidah menikah dengan sepupunya, Ahmad Dahlan, dan kemudian, dia akan lebih dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan. 

Jika kalian ingin mencari contoh tokoh pergerakan wanita yang benar-benar kongkrit, Nyai Ahmad Dahlan adalah pilihan terbaiknya. Dia tidak hanya bicara atau menulis soal ‘emansipasi’, dia juga melakukannya dengan tangan. Nyata. Tahun 1917, di usia 45 tahun, Nyai Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Aisyiyah, yang kemudian menjadi bagian dari Muhammadiyah.

Lewat organisasi Aisyiyah inilah kiprah Nyai Ahmad Dahlan terang-benderang menyinari sekitarnya. Organisasi ini mendirikan sekolah-sekolah putri dan asrama. Menjadi ujung tombak pendidikan bagi wanita. Karena jelas, jika kita bicara tentang mengubah sesuatu, pendidikan adalah kuncinya. Tahun-tahun itu, catat baik2, tahun 1920-an, Nyai Ahmad Dahlan telah berkeliling ke banyak tempat menyampaikan banyak hal prinsip mengagumkan. Dia menganjurkan perempuan belajar memakai sepeda. Itu sepele bukannya? Tidak. Di jaman itu, saat sepeda adalah simbol kendaraan, itu serius sekali. Arab Saudi bahkan baru beberapa tahun lalu mengijinkan perempuan mengemudi di negaranya. Nyai Ahmad Dahlan visioner, seratus tahun lebih maju. 

Nyai Ahmad Dahlan menentang kawin paksa, dia datang dengan pemahaman bahwa istri adalah mitra setara bagi suami, penting sekali wanita mendapatkan pendidikan, dll, dsbgnya. Lagi2, catat tahun-tahun itu, saat Indonesia belum merdeka, Belanda masih menjajah, itu pemikiran yang sangat ‘radikal’ dan ‘berbahaya’. Tapi tidak bagi seorang Nyai Ahmad Dahlan yang kritis dan progresif.

Saya tidak akan membahas apa yang dilakukan oleh Nyai Ahmad Dahlan secara detail. Kalian bisa membacanya di buku, atau menonton filmnya (karena sudah ada film tentang Nyai Ahmad Dahlan). Tapi saya ingin membahas tentang sesuatu yang mungkin diabaikan oleh banyak orang saat membaca sejarahnya. Sebuah pertanyaan simpel: Kok bisa, ada wanita yang lahir tahun 1870-an, punya pemahaman seperti itu? Bukankah di jaman itu konon wanita katanya masih dipingit, hanya bisa memendam perasaan, hanya bisa diam di kamar? Hanya bisa menulis surat dan sebagainya?

Kok bisa Nyai Ahmad Dahlan malah aktif dalam pergerakan?

Jawabannya, kemungkinan ada dua. Yang pertama, karena suaminya adalah Ahmad Dahlan. Seorang ulama besar, yang memahami agama dengan baik. Bayangkan, di jaman itu, dia justeru mendukung istrinya untuk terlibat dalam organisasi. Ahmad Dahlan paham sekali, posisi wanita bukan hanya urusan dapur saja. Lebih dari itu, wanita punya posisi terhormat dalam agama, sejarah membuktikan, wanita bisa mengambil peran lebih. Ketika Ahmad Dahlan meninggal tahun 1923, ketika kongres Muhammadiyah ke-15 di Surabaya, Nyai Ahmad Dahlan yang memimpin kongres itu. Saat dunia separuh lebih masih ‘gelap-gulita’ soal emansipasi wanita, Nyai Ahmad Dahlan telah memberi contoh.

Yang kedua, kemungkinannya karena Nyai Ahmad Dahlan sendiri, yang memahami, bahwa wanita bisa mengambil peran lebih dalam kehidupan. Dia mempelajari agamanya dengan baik, lantas tiba di sebuah pemahaman: agama Islam adalah agama yang me-merdeka-kan. Apakah jilbab itu mengekang? Tidak. Itu simbol yang membebaskan. Dengan jilbab, wanita bisa berinteraksi lebih baik dengan sekitarnya tanpa batasan. Pun sama dengan laki-laki, karena memakai pakaianlah, laki-laki bisa berinteraksi, coba telanjang. Malah nggak bisa kemana2. Nyai Ahmad Dahlan memahami, jika Islam memuliakan wanita dalam artian sebenarnya. 

Apakah pemahaman ini sesederhana yang dilihat. Saya tidak tahu. Tapi mana ada pemahaman yang datang gratisan, instan. Itu biasanya harus melewati fase-fase penting. Jelas Nyai Ahmad Dahlan telah melewati fase kehidupan yang panjang. Jika Nyai Ahmad Dahlan masih hidup, mungkin kita bisa mendengarkan penjelasannya. Kita bisa bertanya banyak. Karena dalam hidupnya, toh, Nyai Ahmad Dahlan dipoligami. Ahmad Dahlan memiliki istri2 lain. Tentu akan sangat menarik, menyimak pendapatnya tentang posisi wanita dalam agama Islam. Boleh jadi jawabannya akan membuat aktivis pergerakan wanita modern terdiam. Dia jelas sama hebatnya dengan daftar wanita berpengaruh hari ini--bahkan mungkin lebih hebat lagi.

Tapi baiklah, kita tidak harus berpanjang-lebar membahas itu lagi. Toh, sebenarnya lebih menarik menyimak warisan dari seorang Nyai Ahmad Dahlan. Tahun 1919, dua tahun Aisyiyah berdiri, lahirlah taman kanak-kanak yang kelak diberi nama TK 'Aisyiyah Bustanul Athfal. Hari ini, 2019, alias seratus tahun berlalu, kalian tahu berapa jumlah cabang TK ini di seluruh Indonesia? 20.000 lebih. Seriusan, saya termangu membaca data ini, ini tidak salah tulis? Oh God, punya 10 TK saja sudah banyak, Organisasi Aisyiyah punya 20.000 lebih TK. Crazy. Belum lagi sekolah-sekolah hingga universitas. 

Lihatlah warisan dari seorang Nyai Ahmad Dahlan. 
Dia adalah contoh aktivis gerakan wanita yang kongkrit. ‘Demi’ 20.000 TK itu, semestinya , 3 Januari, tanggal kelahiran Nyai Ahmad Dahlan, kalaupun bukan dijadikan hari Emansipasi Wanita, pun juga bukan hari Pendidikan Nasional, bisakah kita sepakati dijadikan hari Taman Kanak-Kanak Nasional saja? Agar orang paham, bahwa pendidikan telah dimulai di usia yang sangat dini. Pendidikan di rumah, pendidikan di sekolah, pendidikan di masyarakat, dan pendidikan di tempat2 ibadah.  

Nyai Ahmad Dahlan tidak hanya bisa bercita-cita; dia mengambil jalan kongkrit. Nyata.

*Tere Liye

**tulisan ini pertama kali diposting tahun 2019 di page ini. kami repost lagi, siapa tahu bermanfaat. syukur2 menginspirasi.

Thursday, June 03, 2021

Rekonsiliasi Fatah Hamas Ditengah Gempuran Roket.

Ada dua faksi yang paling berpengaruh di Palestina. Fatah (Gerakan Nasional Pembebasan Palestina) dan HAMAS(Gerakan Perlawanan Islam). Dua faksi ini memiliki ideologi yang berbeda. Fatah berideologi nasionalis sekuler, HAMAS berideologi Islam. Fatah mendukung ide dua negara, HAMAS bersikeras Israel harus dibubarkan. 

Di era Yasser Arafat, berkat pengaruhnya, kedua faksi berbeda haluan ini bisa disatukan. Setidaknya, perseteruan keduanya bisa diminimalisir. Namun begitu Yasser Arafat wafat, kongsi kedua faksi ini pecah. Pada pemilihan legislatif tahun 2006, secara mengejutkan, HAMAS memenangkan pemilu secara mutlak, sehingga Ismail Haniyah sebagai ketua biro politik HAMAS yang diangkat menjadi Perdana Menteri. Kemenangan HAMAS menunjukkan bahwa rakyat Palestina mendukung perjuangan HAMAS, termasuk menolak eksistensi Israel. 

Bagi AS dan negara-negara Barat, kemenangan HAMAS adalah kabar buruk bagi rencana perdamaian Palestina-Israel. HAMAS menolak mengakui Israel tanpa syarat. Karena itu, diprovokasilah Fatah untuk menolak hasil pemilu. Meski secara de facto Ismail Haniyah adalah PM Palestina, namun tidak pernah bisa menjalankan tugas politiknya dengan normal. Sebab penolakan Fatah atas kemenangan HAMAS membuat kedua faksi ini bersiteru bahkan saling adu senjata. Perang saudara dengan saling mengokang senjata dari kedua faksi ini tidak bisa dihindari. Puncaknya, tahun 2007, Mahmud Abbas selaku presiden Palestina memecat Ismail Haniyah termasuk sejumlah tokoh HAMAS dari kabinet. Rakyat Jalur Gaza yang mendukung HAMAS menolak pemecatan tersebut, dan tetap mengakui Ismail Haniyah sebagai perdana menteri. 

Pemerintahan Palestina pun terbagi dua, Tepi Barat dikuasai Fatah, dan Jalur Gaza dikuasai HAMAS. Oleh Barat, karena HAMAS menolak berdamai dengan Israel dan tidak mengakui Israel sebagai negara, HAMAS pun disebut sebagai organisasi teroris dan blokade terhadap Jalur Gazapun dimulai. Jalur Gaza menjadi penjara terbesar di dunia, dengan dua juta lebih 'tahanan'. Akibat blokade oleh Israel, Jalur Gaza disebut oleh PBB sebagai wilayah tidak layak huni. Semua serba kekurangan, baik pangan maupun akses air bersih. 

Ternyata, nasib Tepi Barat di bawah Fatah yang mengakui Israel, tidak lebih menyenangkan. Israel memanfaatkan kelemahan Fatah dengan terus melakukan pencaplokan (aneksasi) terhadap bagian-bagian Tepi Barat. Termasuk ambisi menguasai sepenuhnya Yerusalem untuk dijadikan ibukota. Sampai tahun 2017, 237 pemukiman telah didirikan Israel di Tepi Barat dengan menampung sekitar 580.000 pemukim.

Sadar saling tikam hanya membuat Palestina makin lemah, dan memberikan keuntungan pada Israel, Fatah mengajukan rekonsiliasi ke HAMAS. Keduanya sepakat bersatu, dan mengadakan pemilu pada 22 Mei 2021. Kesepakatan yang membuat AS dan Israel merinding. Keduanya khawatir HAMAS memenangkan pemilu, atau minimal, Fatah menghentikan upaya diplomasi dan memilih mengikuti arus perlawanan HAMAS. Fatah sadar, menempuh jalur diplomasi dan memilih melunak hanya membuat Israel ngelunjak dan tidak memberi keuntungan apa-apa bagi rakyat Palestina. Solusinya, persatuan dan membangun pemerintahan bersama. 

Situasi panas saat ini di Tepi Barat dan Jalur Gaza, terkait dengan upaya Israel menghambat dan menghalangi pelaksanaan pemilu yang tinggal sepekan lagi. Sayangnya, di Indonesia, menyikapi situasi terkini di Palestina, isunya jadi kemana-mana. Tidak sedikit yang malah membela Israel dengan membangun narasi berbasis teologi, bahwa Palestina adalah wilayah yang dijanjikan Tuhan untuk orang-orang Yahudi. Ada yang juga yang membuat isu, tindakan HAMAS melancarkan serangan roket bahkan sampai menyasar Tel Aviv adalah tindakan sepihak HAMAS yang tidak merepresentasikan sikap rakyat Palestina. Mereka malah membenarkan HAMAS adalah organisasi teroris yang sejak awal tidak pernah didukung rakyat Palestina. Kalau tidak didukung rakyat Palestina, mengapa HAMAS bisa menang mutlak di pemilu 2006, dan mengapa AS dan Israel menolak pemilu tahun ini diadakan jika menyertakan HAMAS?. Kekhawatiran AS dan Israel HAMAS bakal menang pemilu itu berbasis data. Bahwa dukungan rakyat Palestina pada HAMAS dan faksi-faksi perlawanan lainnya makin menguat. 

Ada juga yang menyebut, serangan Israel ke Jalur Gaza, hanya bentuk pembelaan diri. Rakyat Palestinanya sendiri yang memprovokasi. Penyerangan ke Masjid Al-Aqsa pun dimaklumi dengan alasan, provokatornya yang lari ke dalam masjid.

Tolong perbanyaklah literasi. Kejadian hari ini di Palestina bukan serba tiba-tiba, semuanya adalah akumulasi hari-hari bahkan tahun-tahun sebelumnya sampai puluhan tahun lalu yang dimulai dari berdatangannya orang-orang yang tidak jelas identitasnya ke tanah Palestina dan membangun koloni-koloni dengan lebih dulu melakukan perampasan tanah, genocida dan penjajahan. 

Membangun negara baru di atas perampasan, pembunuhan massal dan pengusiran adalah kejahatan kemanusiaan. Tidak ada dalil teologis satupun yang membenarkan. Apapun agamanya. Tidak harus jadi muslim untuk membela rakyat Palestina. Jangan bertindak bodoh, ketika di Palestina mau bersatu dan makin sadar pentingnya persatuan dalam menghadapi musuh, kita di Indonesia malah gontok-gontokan. 
I
Mari dukung rekonsiliasi Fatah-HAMAS. dan pelaksanaan pemilu Palestina. Panjang umur perjuangan.
--------------------------------------

Sulthan M. NATSIR, Mahasiswa Program Doktor Di Turki menulis : Sejak Era Jokowi, Bank Di Indonesia Ngeblok/menahan Kiriman Uang Ke Bank Palestina
https://keuangannews.id/mahasiswa-program-doktor-di-turki-sejak-era-jokowi-bank-di-indonesia-ngeblok-kiriman-uang-ke-bank-palestina/

Sejak pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) Bank di Indonesia tidak bisa mengirim uang ke bank di Palestina.

“Kirim uang ke Gaza itu sdh ga bs smjk bank Indo ngeblok kiriman uang ke bank Palestina. Ini smjk era JKW,” kata Mahasiswa program doktor di International Relations Istanbul University Turki Herry Cahyadi di akun Twitter-nya @herricahyadi.

Herry mengatakan seperti itu menanggapi kicauan penulis terkenal Zara Zettira: Alhamdulilah langsung disalurkan aja semuanya seutuhnya gosah pake bikin atribut dll. Zara mengomentari berita dari liputan enam berjudul “Taqy Malik Merinding, Donasi untuk Palestina Terkumpul Rp5 Miliar dalam 2 Hari”

Menurut Herry, untuk mengirim uang ke Bank di Palestina harus dikonversi ke mata uang negara lain.

“Jadi uang itu hrs dikonversi ke negara lain dulu, br bisa smp ke sana. Terakhir thn 2019/2020 sy cb kirim uang ga bisa, hrs transit ke Turki dulu,” jelasnya.

Taqy Malik menginisiasi penggalangan dana untuk Palestina. Yang luar biasanya, jumlah donasi yang saat ini masih dibuka itu justru telah melampaui target awal. Semula, Taqy Malik menargetkan donasi itu terkumpul Rp 1 Miliar dalam 7 hari. Namun baru dua hari berjalan, donasi yang terkumpul sudah jauh melampaui target.

Dengan izin Allah SWT, donasi kemanusiaan untuk palestina terkumpul 5 Milyar lebih dalam waktu 2 hari. Merinding, sekaligus bangga dengan kalian semua yang betul betul peduli dengan saudara kita disana,” tulis Taqy Malik di Instagram-nya pada Jumat (14/5).