Thursday, October 18, 2007

Tuhan Sembilan Senti



Oleh Taufiq Ismail

>
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
> tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
>
> Di sawah petani merokok,
> di pabrik pekerja merokok,
> di kantor pegawai merokok,
> di
kabinet menteri merokok,
> di reses parlemen anggota DPR merokok,
> di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira
> nongkrong merokok,
> di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
> di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
> di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
> di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,
>
>
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi
> perokok,
> tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
>
>
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
> di ruang kepala sekolah...ada guru merokok,
> di kampus mahasiswa merokok,
> di ruang kuliah dosen merokok,
> di rapat POMG orang tua murid merokok,
> di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan
> cara
> merokok,
>
>
Di angkot Kijang penumpang merokok,
> di bis
kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
> di loket penjualan karcis orang merokok,
> di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
> di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
> di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta
> diajari
> pula merokok,
>
>
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
> tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,
>
>
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai
> ,
>
> Di pasar orang merokok,
> di warung Tegal pengunjung merokok,
> di restoran, di toko buku orang merokok,
> di kafe di diskotik para pengunjung merokok,
>
>
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,
> bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
> ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak
> rokok,
>
>
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumu saling
> menularkan HIV-AIDS sesamanya,
> tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
> Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok
> di kantor atau di stopan bus,
> kita ketularan penyakitnya.
> Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,
>

>
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di
> dunia,
> dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
> bisa
> ketularan kena,
>
>
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
> di apotik yang antri obat merokok,
> di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
> di ruang tunggu dokter pasien merokok,
> dan ada juga dokter-dokter merokok,
>
>
Istirahat main tenis orang merokok,
> di pinggir lapangan voli orang merokok,
> menyandang raket badminton orang merokok,
> pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
> panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen
> sepakbola
> mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,
>
> Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
> di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
> di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang

> goblok merokok,
>
>
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi orang
> perokok,
> tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
>
>
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai
> kita,
>
> Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat
> merujuk kitab kuning
> dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
> Mereka ulama ahli hisap.
> Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
> Bukan ahli hisab ilmu falak,
>
tapi ahli hisap rokok.
>
>
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-
> berhala
> kecil,
> sembilan senti panjangnya,
> putih warnanya,
> kemana-mana dibawa dengan setia,
> satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,
>
> Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
> tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,
> cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
> Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan
>
yang
> sedikit golongan ashabus syimaal?
>
>
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
> Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
> Kyai, ini ruangan ber-AC penh.
> Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
> Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
> Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
> 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
> 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir
>
diharamkan.
> 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok
>
diapakan?
>
>
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul
>
khabaaith.
> Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah
>
dahulu,
> sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.
>
>
Jadi ini PR untuk para ulama.
> Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
> lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan
,
>
>
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
> Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya
>
berapi itu,
> yaitu ujung rokok mereka.
> Kini mereka berfikir. Biarkanmereka berfikir.

> Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai
>
terbatuk-batuk,
>
>
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
> sejak tadi pagi sudah 120 orang di
Indonesia mati karena penyakit
> rokok.
> Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu
> lintas,
>
>
lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,
> cuma setingkat di bawah korban narkoba,
>
>
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat
> berkuasa di negara kia,
> jutaan jumlahnya,
> bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
> dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
> diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
>
>
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
> SPAN class="GramE">tidak
perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
> karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara
> menyalakan
> api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,
>
gt;
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.


Wednesday, October 10, 2007

Mari kita sambut para malaikat yang turun kebumi malam ini


Ramadhan yang segera berakhir, ditutup malam terbaiknya...
Malam yang lebih baik dari pada seribu bulan
Malam yang ditetapkannya segala urusan manusia yang hidup diatas muka bumi ini
Tertatih aku menggapainya berharap keberkahannya
Dimalam yang ribuan malaikat turun kebumi dan menebar pandangan keridhaan terhadap makhluk yang bernama manusia..
Malam yang menjadi penentu ibadah shoum seorang muslim
Dan aku ingin segera pulang dan berdiam dimasjid sunyi...
Menyambut malaikat yang simpati padaku
Untuk melaporkan pada Robbku yang Maha Pemurah
Supaya aku dicatat sebagai bagian dari keridhaanNya...
Robbi izinkan aku melewatkan malam indah ini
Dengan simpuh sujudku yang terlalu angkuh
Dengan tadahan tanganku yang selama ini sombong
Dengan bibirku yang tak pernah cukup untuk memuji kebesaranMu
Aku lemah tanpaMu Ya Illahi
Berikan cahayaMu untukku malam ini...

Marhaban ya Malaikatullah.....

Tuesday, September 18, 2007

Basmalah


Lafadz Basmalah yang kita baca hari ini, adalah basmalah yang dibaca oleh Rasulullah dahulu , disaat kita memulai segala aktifitas kehidupan dunia kita dengan basmalah, Rosulullah membaca basmalah untuk memulai pertempuran melawan kaum kafir Quraisy. Rosulullah juga mengawali surat-surat yang Beliau kirimkan pada raja-raja pada zaman itu untuk mengajak mereka kepada ajaran Islam.
Begitu penting dan agungnya Basmalah sehingga ke-113 surat-surat didalam Al Qur'an, tiada yang tak diawali oleh basmalah kecuali surat At Taubah itupun dikarenakan pada surat tersebut amarah Allah tertumpah. Sehingga Basmalah yang merupakan inti dari ajaran Islam telah mendunia dan menjadi pembasah lisan kita hari ini.
Dalam salah satu riwayat Hadits Rasulullah saw bersabda, “Setiap pekerjaan yang baik, jika tidak dimulai dengan “Bismillah” (menyebut nama Allah) maka (pekerjaan tersebut) akan terputus (dari keberkahan Allah)”.
Dengan demikian kita menjadi mengerti bahwa Basmalah yang kita ucapkan adalah mengharap pertolongan Allah semata yang dengan segala nama yang dimilikiNya kita memohon keberkahan dalam setiap akitivitas kita yang mengandung kebaikan.
Kita menjadi mengerti pula bahwa “bismillah merupakan inti kandungan ajaran Islam” karena di situ ada unsur keyakinan terhadap Allah yang telah memberikan kekuatan sehingga seseorang dapat melakukan aktivitas yang diinginkan, pangakuan akan ketidakberdayaan seseorang di hadapan Allah Taala. “La haula wala quwwata illa billah (Tiada daya dan upaya kecuali atas izin Allah). bila kita sempurnakan dengan ucapan basmalah maka kita telah meyakini akan kebesaran Allah yang telah memberikan nikmat dan karunia, kasih sayang dan rahimnya kepada seluruh makhluk-Nya.
Suatu kali Rasulullah saw berpesan kepada para sahabatnya, “Bersegeralah kalian berbuat baik dan perkuatlah hubungan kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa amal kalian tidak menjamin kalian masuk surga. Sambil terheran para sahabat bertanya, “Termasuk Engkau wahai Rasulullah”? Rasulullah saw menjawab, “Betul, termasuk saya..kecuali jika Allah menganugrahkan rahmat-Nya dan karunia-Nya kepadaku.

Abu Hurairah meriwayatkan sabda Rasulullah saw yang mendekatkan gambaran besarnya rahmat Allah: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda, “Allah SWT menjadikan rahmat itu seratus bagian, disimpan di sisi-Nya sembilan puluh sembilan dan diturunkan-Nya ke bumi itu satu bagian. Satu bagian inilah yang dibagi pada seluruh makhluk. (begitu ratanya sampai-sampai satu bagian yang dibagikan itu diperoleh pula oleh) seekor binatang yang mengangkat kakinya karena dorongan kasih sayang, khawatir jangan sampai menginjak anaknya”. (HR. Muslim)

“Lafadz Allah selalu ada dalam diri manusia, walaupun ia mengingkari wujud-Nya dengan ucapan atau perbuatannya. Jika kita perhatikan, kata ini selalu menunjuk kepada Dia yang diharapkan bantuan-Nya itu. Dan Bila kita perhatikan kata Allah. Bila huruf pertamanya dihapus, maka ia akan terbaca Lillah yang artinya “demi/karena Allah”. Bila satu huruf berikutnya dihapus, akan terbaca lahu, yang artinya untuk-Nya. Bila huruf berikutnya dihapus, maka ia akan tertulis huruf ha yang dapat dibaca hu (huwa) yang artinya Dia”.

Dengan demikian dalam kehidupan seorang muslim kebersamaan dengan Allah menjadi semakin dekat, karena memang seorang muslim itu tak pernah terputus dari kebekahan dan karunia Allah sepanjang hidupnya jika memang Ia menjadi Abdullah yang taat dan bertaqwa.

Sehingga bisa kita simpulkan jika Rasulullah mengucapkan basmalah untuk berjuang demi kejayaan Islam dan umat Islam dimasanya dan dimasa yang akan datang dan bukan hanya untuk kepentingan pribadinya saja, mungkinkah kita di hari ini mengucapkan basmalah semata-mata bukan hanya untuk memenuhi niatan yang bersifat pribadi tetapi mengandung unsur-unsur yang bersifat universal, sejatinya hasil dari basmalah yang kita lafadzkan kita persembahkan untuk kejayaan Islam dan kaum muslimin atau jika kita tak punya nyali untuk mengucapkan basmalah karena mengandung konsekwensi perjuangan Islam, maka cukuplah bagi kita mengucapkan Hamdalah saja...

Wallahu 'Alam Bi Showwab.

Monday, August 27, 2007

Berlayar Menuju Bulan Kerinduan


Ramadhan....
Ketika kugumamkan kalimat itu,
teringat saat terakhir aku meninggalkannya dengan berurai air mata tahun lalu,
kecemasan dan kegelisahan tak akan bertemu lagi dengan bulan kerinduan Rasulullah dan para sahabatnya itu.
Bulan Kerinduan yang selalu menjadi buah bibir para kekasih Allah
Bulan yang selalu dinanti-nanti seisi makhluk langit dan bumi..
Dan kini 15 belas hari lagi menuju bulan kerinduan itu..
Tak sabar kujelang waktu dari hari kehari,
dari pekan-kepekan dari detakan jarum jam di tanganku...
membuncah kerinduan yang amat sangat,
ingin segera menerobos batas waktu untuk merengkuh ni'matnya...
Ingin segera kubawa berlari hatiku yang penuh debu,
jerit tangis dihantam godaan nafsuku...
inginku segera berenang dalam ma'rifatmu...
bermandingan berkah dan pahala tiada tara...

Ramadhan
Ketika kugumamkan kalimat itu, teringat saat terakhirku ditahun lalu
sayup-sayup terdengar takbir 1 Syawal
seakan tak ikhlas kutinggalkan jejak langkah ibadahku...
dan aku meringis pedih...

Ramadhan....
Kujumpai lagi kamu...
Marbahan Yaa Ramadhan...
Marhaban Yaa Syahrul Qur'an
Izinkan aku meminum air dari telaga sucimu...

Allahumma Baariklana fii Sya'ban Wa Balignaa Ramadhan...

Friday, August 24, 2007

Sabra, Trauma, dan Aroma Perlawanan



"Are you Omriki?" Pertanyaan bernada membentak dan cengkeraman keras
laki-laki tambun warga Palestina itu, getarannya hingga kini masih terngiang
di gendang telinga seorang wartawan.

Menjelang Maghrib, empat tahun lalu. Suasana Sabra, kamp Palestina yang
terletak di wilayah selatan Beirut tetap saja hiruk pikuk. Aktivitas warga
belum lagi luruh oleh matahari yang mulai tenggelam.

Para pedagang masih menggelar dagangan mereka di pinggiran jalan, dan tak
ada tanda-tanda untuk lekas berbenah. Tukang tambal ban dan service
kendaraan, tenggelam dalam pekerjaan mereka. Di kamp itulah, ribuan orang
Palestina tinggal. Disesaki gedung-gedung bertingkat, mirip rumah susun,
setiap keluarga mendapat satu kavling, terdiri dua kamar tidur, ruang tamu,
dan peturasan.

Di lingkungan yang tua dan mulai kumuh itu, semuanya tampak hidup rukun.
Sama halnya dengan Kamp Shatila. Lantas, kenapa lelaki tadi terkesan
sensitif dan traumatik terhadap orang asing? Jawabannya ada pada peristiwa
sekitar 24 tahun silam.

Beirut Barat, 15 September 1982. Pesawat-pesawat tempur Israel terbang
rendah membayangi kota. Hari masih pagi, sekitar pukul 09.00. Di puncak
gedung kedutaan Kuwait, Ariel Sharon (saat itu jenderal penuh dan menjabat
menteri pertahanan Israel) berdiri. Pandangannya menyapu kota, mengawasi
tank-tank pasukannya yang menyusup di balik gedung-gedung. Dari lantai enam,
leluasa dia melihat Sabra dan Shatila, dua penampungan pengungsi terbesar di
Lebanon.

Matahari di ubun-ubun saat ia melihat ke selatan. Sabra dan Shatila --dua
kamp namun dalam satu lokasi-- terkepung sudah. "Ada 2.000 teroris di
dalamnya," demikian Sharon menuduh.

Selanjutnya, senja, malam, hingga dinihari, berlalu bagai neraka bagi
penghuni kamp. Bom-bom berjatuhan. Para sniper membidik jantung para
pengungsi dan tubuh warga sipil lain di jalan raya. Juga di Beirut Barat,
Kamis 16 September 1982. Juru bicara militer Israel meluncurkan rilis,
"Tsahal telah menguasai seluruh titik strategis di Beirut. Kamp pengungsi,
termasuk konsentrasi teroris, telah dikepung dan ditutup." Tsahal adalah
pasukan Israel. Pagi itu pula, sebuah instruksi diterima serdadu Israel.
"Pembersihan kamp akan dilakukan Phalangis." Sekitar 150 anggota pasukan
Phalangis, tentara Kristen Lebanon, pun bergerak. Tengah hari, Sharon
berkata singkat, "Operasi disetujui."

Dan berlanjutlah kenistaan itu. Selama 40 jam Phalangis menganiaya,
memerkosa, membunuh warga-warga sipil tak bersenjata di dalam kamp. Sebagian
besar korban adalah anak-anak, perempuan, dan orang tua. Jangankan melawan,
kata-kata pun, saat itu mungkin tak bisa lagi keluar dari mulut-mulut yang
bergetar ketakutan. Tentara Israel mengawasi "kawan-kawan" mereka bekerja.
Mereka membantu dengan mencegah para pengungsi kabur dari kamp.

Tujuh ratus tewas, kata sumber resmi Israel tentang pembantaian saat itu.
Tapi, media massa menyebut angka 3.500 orang. Sementara Komite Palang Merah
Internasional (ICRC) mencatat 1.000 jenazah dimakamkan. Semua angka itu
belum mencakup mayat yang terkubur di balik reruntuhan kamp dan orang-orang
yang diculik dan diangkut entah ke mana.

"Empat hari saya mencari anak saya dan suaminya di antara mayat-mayat. Saya
temukan Zainab sudah mati; wajahnya terbakar. Saya temukan juga suaminya;
tanpa kepala," kata Samiha Abbas Hijazi, seorang Palestina, saat itu.

Seperti juga Samiha, dunia menangisi peristiwa biadab itu. Dewan Keamanan
PBB mengutuknya lewat Resolusi 521 pada 19 September. Lalu pada 16 Desember
Majelis Umum PBB dalam resolusinya menyebut pembantaian itu sebagai aksi
pemusnahan etnis. Tapi, tetap saja tak ada sanksi apa-apa.

Sabra dan Shatila menjadi 'masterpiece' Ariel Sharon (sekarang mantan
Perdana Menteri Israel) di antara rentetan kejahatan kemanusiaannya sejak ia
menjadi anggota Haganah --pasukan bawah tanah Zionis-- pada usia 14 tahun.
Jadi maklum, kalau sekarang warga Kamp Sabra dan Shatila jadi cenderung
traumatik terhadap orang asing. Bayangkan, kalau tidak waspada, nyawa
merekalah yang menjadi taruhannya. Moncong rudal yang dilepaskan serdadu
Israel memang bisa datang tiba-tiba, tanpa peringatan.

Seorang dokter menyatakan, barangkali dunia memang ingin membiarkan orang
Palestina binasa. Warga pun wajar hidup dalam was-was. Ini terlihat dari
cerita mereka, yang percaya bahwa Israel tengah membuang racun di dekat
perairan Lebanon.

Suasana perang sebenarnya sudah terlihat di setiap sudut. Meski hanya
mengatur kerumunan lalu lintas, para polisi tak pernah alpa menyandangkan
senjata serbu AK 47. Kekerasan terasa sepeti siap meledak setiap saat.
Apalagi banyak gedung yang rusak karena bom dan terlumuri bekas lubang
peluru dibiarkan begitu saja. Warga Palestina di Lebanon selatan memang
sudah lama bersiaga untuk perang.

"Lihat atap gedung kami yang berlobang ini. Semuanya adalah sisa tembakan
rudal Israel. Kamp kami rusak. Banyak saudara kami meninggal dan cacat
seumur hidup. Semuanya jelas akan kami balas,'' kata seorang penghuni Kamp
Sabra. Kini, barangkali kamp itu kembali digempur, sama seperti 24 tahun
lalu. Bedanya, kini mereka punya kesempatannya untuk setidaknya
mempertahankan diri.

Di Sabra dan Shatila, senjata bukan satu-satunya alat 'mempertahankan diri'.
Meski sarana pendidikan jauh dari mencukupi, namun di setiap tempat
pendidikan, terpasang peta Timur Tengah, dengan wilayah Palestina, tanpa
Israel. Dari sarana-sarana sederhana itulah, harga diri dan nasionalisme
Palestina dipompakan. Sikap anti-Amerika, misalnya, diwujudkan dengan
memasang gambar bendera Amerika Serikat sebagai keset di pintu-pintu masuk.
Sebuah aroma perlawanan yang sangat kental di tengah traumatik dan hujan
peluru.

(uba/rys )

Monday, August 13, 2007

Mama, mama, please don't close ur'e eyes


Perjalanan yang tengah kutempuh terasa sangat lama dan jauh, bagai menempuh perjalanan dari bumi menuju matahari. Itulah sesaat yang kurasakan saat pulang kerja menuju tempat mama dirawat di sebuah bangsal pengobatan tradisional diseputaran cileungsi.
Mama dirawat karena terjatuh dari loteng rumah tua kami yang tak pernah sempat direnovasi, karena memang tak ada dana, sementara aku terlalu sibuk dengan aktivitasku diantara bekerja seharian dan kuliah dimalam harinya, mencoba mengejar mimpiku untuk jadi orang suatu saat nanti. Aku dan mama hanya tinggal berdua dirumah kami yang sederhana dipinggir jalan antara squadron jalan kerjabakti kelurahan makasar disebelah kiri bandara halim perdana kusuma di timur jakarta.
Hawa panas dan hembusan angin sepoi-sepoi membawaku terlelap pada mimpi sesaat yang membuatku terjaga antara sadar dan tidak. Ada sebisik kata mengalir penuh nada mengantarkan bisikan lembut penuh keikhlasan....
Har...jika mamamu pergi sekarang...ikhlaskan lah karena kau sudah cukup dewasa menghadapi semua, engkau akan terus belajar menjadi yang terbaik diantara yang baik-baik. Engkau akan baik-baik saja dan tak perlu bersedih karena semua akan membekingi langkah-langkahmu yang mengandung kebaikan, jangan berpedih hati jika kau tak punya siapa-siapa lagi karena memang kau sudah cukup tegar berhadapan dengan keputus asaan.
Lupakanlah setiap masa lalu yang menghimpitmu karena ketegaran bukan dibentuk oleh kesedihan berkepanjangan. Bukan cengeng yang jadi modal buat melangkah. Dan semua memang sudah tergores dalam pena TuhanMu. Tiba saatnya kau melihat dirimu dalam kepapaan dan kesendirian karena Tuhan memang menginginkan demikian, hanya do'a dan ikhtiar menjadi teman hidupmu, dan aku selalu mendampingimu....dalam setiap mimpi-mimpi mu sepanjang malam yang menjelang...
Aku terhenyak, tiba-tiba tak ingin lagi memejamkan mata, karena mobil angkot yang aku tumpangi sebentar lagi akan melintas didepan bangsal tabib patah tulang itu.
Setelah turun dari mobil itu aku melangkah dengan penuh kerinduan, ingin segera melihat mama, dan mimpi sesaat itu tak kupedulikan, tak kupedulikan sesaat pun, mungkin itu bisikan aneh dan tak perlu dipikirkan.
Dalam semangat langkahku teringat aku pada pagi harinya aku berangkat dari sisi mama sambil berucap, Ma...ai berangkat kerja ya...mama baik-baik aja ya, nanti bang fahry datang kok nemenin mama disini...", kuraih tangan mama yang hangat, kucium penuh sayang, seperti biasa jika aku akan berangkat bekerja kukecup pipinya kiri dan kanan tak lupa keningnya...dan mama tak berekspresi, kelopak matanya terbuka tapi tak menatapku, dingin dan seakan membuang pandangan, kubuka jendela kamar pengap itu, sesaat udara pagi masuk dan mama kuselimuti dengan selimut yang ada, lalu aku beranjak keluar untuk pergi bekerja.
Saat kupandangi kamar itu kembali malam ini, kenapa ada lantunan surat Yasiin terdengar...dan bang fahry melangkah keluar menghampiriku dan berkata..."Ri..mama sudah pergi....

Dan sekonyong-konyong kakakku yang perempuan, yang baru saja tiba dengan suaminya berhamburan air mata memeluk mama masuk kedalam kamar yang menjadi kepedihan kami malam itu...terisak-isak dia disana dan berkata lirih, Maa...kenapa mama cepat sekali pergi, ai belum sempat bikin mama senang..maa...??!
Aku tak percaya dengan pemandangan ini, aku berpikir mama hanya tidur sesaat saja, tidak ada yang membuat mama begitu fatal dengan lukanya...kenapa jadi separah ini keadaannya....???
Kepala ku berat terasa...dunia seakan runtuh menimpaku...aku menahan gejolak pedih yang dalam dikanan jantungku...tanganku mati rasa...dan semua menjadi tak ada artinya...bahkan dunia yang kini kukejar menjadi sia-sia ditanganku kalau mama memang sudah tiada....
Buyarlah mimpi indah yang kurangkai untuk mama, pergi ketanah suci berdua, jalan-jalan dikota medan, makan-makanan kesukaan mama dimana saja mama suka. Tinggal dirumah baru yang kuimpikan kubeli dari hasil kerja kerasku. Dan satu lagi yang kutangisi, hasil skripsi yang telah lama kupersiapkan yang diprolog kata pendahulunya kucantumkan beribu kata terima kasih pada mama yang telah mendo'akan anaknya memperoleh gelar sarjana muda....., punah sudah yang dimintai bangga, hancur berkeping dan tak bersisa...
Kutatap jenazah mama, kusentuh tangannya dan terasa hangat sehangat tangan yang kukecup tadi pagi, aku lemas...dan tak berekspresi.
Mama....jgn tutup dulu mata mama, pandangi dulu wajah anak mama yang paling kecil ini, yang tak pernah lagi meratap minta dikasihani jika butuh pertolongan, yang belajar untuk kukuh berdiri dikaki sendiri...
Mama jangan pergi dulu, saya masih sangat butuh akan mama untuk menemani harapan indah saya sebagai seorang anak yang ingin berbakti pada orang tuanya.
Tiba-tiba aku merasa menjadi anak yang paling durhaka diatas dunia, merasa belum cukup memberikan balas budi terbaikku pada mama, tiba-tiba aku merasa menjadi orang paling miskin karena kehilangan permata yang amat berharga, hilanglah 23 tahun sejarah hidup manisku, masa kanak-kanakku yang bahagia, hilanglah ayunan dan timangan tangan mama, lenyaplah belaian lembut dipelipis saat menjelang tidur dimasa kecilku.
Mama...mama please don't ever close ur'e eyes...I'll be missing you so long and forever...
Abangku yang nomer tiga datang, dan setelah melihat kedalam kamar yang menyebabkan kesedihan kami malam itu, beliau langsung tak kuat melangkah dan berdiri...matanya lebam dengan air mata...lunglai semua terlihat dan seakan tanpa energi...
Dan dengan tangan bergetar kuambil al qur'an dari tangan orang yang membaca surat Yasiin sedari tadi, ku buka surat kesukaan mama, lalu kubaca dengan penuh air mata...
Ar..Rahman... 'Allamal Qur'aan...
Dan aku terisak diantara alunan kasih sayang Illahi Robbi, memintakan ampunan atas ruh mama yang malam itu telah diambilNya....
Allahumma fir lii wali waliidayya warhamhuma kamaa rabbayani shagiraaa....

Thursday, August 09, 2007

Sekali lagi tentang Tahajud


Di zaman salafus shalih, diakhir masa hidupnya seorang imam besar dunia Islam, Imam Malik, hiduplah seorang ibu dengan seorang anaknya yang masih kecil, si anak ini sulit sekali tidur jika malam hari tiba, kalaupun dia tertidur pastilah karena lelah terjaga di dipan kamarnya disamping sisi kiri ibunya.
Namun akhir-akhir ini si anak cepat sekali terlelap, mungkin memang sudah terlalu lelah bermain-main seharian, kemudian keesokan harinya si ibu bertanya kenapa sibuah hatinya itu sekarang cepat terlelap jika malam tiba.
Si anak bukan menjawab malah bertanya. " Ibu, dulu saya selalu terjaga di malam hari karena melihat sebuah pemandangan indah didepan jendela kamar kita, ada sebuah pohon yang selalu bergoyang-goyang ditiup angin, kadang rebah dan rukuk sampai ke tanah, kadang ia tegak begitu lama dan tanpa gerak...saya tak mengerti mengapa pohon yang saya pandangi itu bisa sampai seperti itu, saya hanya berani melihatnya dari atas tempat tidur kita bu, tapi sejak 3 hari yang lalu pohon itu sudah tidak ada dan saya tak pernah lagi melihatnya hingga malam-malam saat ini, kemanakah gerangan pohon itu bu?
Si ibu terisak meneteskan air mata, tanpa ekspresi dia berkata, "Anakku sayang, tahukah kamu apa yang kau lihat selama ini, itu adalah imam Malik yang sedang melakukan sholat lail...dan kini dia telah tiada..."

CARA ORANG PINTAR PILIH GUBERNUR


Banyak cara untuk menilai calon Gubernur (Cagub) mana yang layak
menjadi poemimpin DKI berikutnya. Berbagai macam "kecap" dijual kepada
masyarakat untuk menjual popularitas masing-masing Cagub. Namun mari
kita coba juga melihat dari sisi-sisi yang mungkin selama ini kurang
diperhatikan oleh masyarakat Jakarta.

1. Kata Kerja VS Kata Keterangan

Seperti kita sama-sama ketahui, kedua calon memasang tagline untuk
kampanye mereka. Pasangan Adang-Dani memakai "AYO BENAHI JAKARTA" dan
pasangan Fauzi-Priyanto memakai "JAKARTA UNTUK SEMUA." Mungkin
masyarakat tidak terlalu memikirkan makna dari tagline tersebut,
padahal tagline merupakan gambaran singkat tentang karakter dari
pemilik tagline tersebut, contohnya : Nokia dengan tagline "Connecting
People" nya menunjukan Bahwa HP Nokia mudah untuk digunakan (user
friendly).

Nah, bagaimana dengan tagline kedua pasangan Cagub ini?

Yang pasti sehari setelah terpilih, hal pertama yang harus langsung
dilakukan oleh Sang Gubernur terpilih adalah BEKERJA. Mereka dipilih
oleh masyarakat memang untuk BEKERJA melayani masyarakat. Disini dapat
dilihat bahwa tagline milik pasangan Adang-Dani lah yang mencerminkan
`kata kerja," yaitu: "AYO BENAHI JAKARTA." Tagline tersebut memiliki
kata BENAHI yang merupakan kata kerja sekaligus menggambarkan bahwa
pekerjaan yang akan dilakukan setelah terpilih menjadi Gubernur adalah
MEMBENAHI Jakarta. Disitu pun ada kata "AYO" yang mencerminkan ajakan
kepada masyarakat DKI untuk turut serta membenahi Jakarta sebagai
suatu bentuk teamwork yang apik antara masyarakat dengan Pemerintah
Daerah DKI.

Lalu bagaimana dengan tagline "JAKARTA UNTUK SEMUA" milik pasangan
Fauzi-Priyanto? Menurut hemat saya itu lebih merupakan "kata
keterangan," bukan "kata kerja." Keterangan bahwa setelah terpilih
nanti akan "menyerahkan" Jakarta ini untuk "Semua." Pertanyaannya
adalah, siapakah yang dimaksud dengan "Semua" itu? Tentunya masyarakat
sangatlah takut jika yang dimaksud "Semua" adalah: Semua teman-teman
saya, semua orang partai yang telah mendukung saya sebelumnya, semua
pemilik Mal dan Hypermart, semua koruptor yang selama ini mau
berkongkalikong, semua penjahat berdasi, semua pemilik modal yang mau
`berbagi' dengan Pemda, semua pemilik tempat-tempat maksiat di Jakarta.

Ketakutan–ketakutan seperti ini sangat lah wajar mengingat itulah
realita yang selama ini masyarakat lihat dan rasakan. Jadi siapakah
yang dimaksud dengan "semua" itu sebenarnya? Masyarakat tentu sangat
menginginkan pemimpin yang siap untuk bekerja melayani masyarakat yang
siap berjuang untuk me-recovery kondisi Jakarta yang sudah carut-marut
ini.

Semoga orang pintar juga pintar dalam memilih.

2. KB dan Banyak anak

Masih ingat dalam benak kita slogan "DUA ANAK CUKUP" milik dari
program Keluarga Berencana (KB). Maksud dari sosialisasi itu tak lain
dan tak bukan adalah untuk menghimbau para keluarga muda untuk
memiliki dua anak saja dengan asumsi lebih mudah mengurus sedikit
anak. Tidak usah pusing-pusing mikirin mahalnya biaya pendidikan
sampai masalah bagi-bagi warisan yang kerap bisa berujung ke acara
"bunuh-bunuhan" antar anggota keluarga.

Lalu apa hubungannya dengan Cagub DKI?

Sebetulnya kita semua mungkin agak kecewa dengan hanya ada dua calon
saja sehingga pilihan masyarakat menjadi sangat sedikit. Namun marilah
kita jalani saja apa yang sudah terjadi. Satu pasangan diusung oleh
satu partai sedangkan yang satunya lagi diusung lebih dari dua puluh
partai. Mungkin memang terlihat sedikit seram karena seperti ajang
pengroyokan tapi mudah-mudahanan tidak seperti itu adanya.

Kalau dilihat dari sudut pandang waktu "SEBELUM" pemilihan, dukungan
dari multi partai ini memang terlihat sebagai suatu kekuatan, terkesan
bahwa salah satu pasangan didukung oleh hampir seluruh partai yang ada
di Indonesia. Namun saya sangat lah yakin bahwa masyarakat TIDAK
PEDULI dengan masa SEBELUM pemilihan tapi yang terpenting bagi
masyarakat adalah masa SETELAH pemilihan. Yaitu, apakah pasangan
terpilih dapat bekerja semaksimal mungkin untuk melayani masyarakat?
Itu yang terpenting.

Kembali ke masalah KB tadi, jika dukungan sebelum pemilihan itu kita
ibaratkan sebagai janin dan hasil pilkada adalah anak, maka apakah
mungkin sebuah keluarga dapat mengurus anaknya dengan maksimal jika
anaknya berjumlah 24 orang lahir secara bersamaan?

Apakah mungkin dapat "menyusui" 24 anak secara bersamaan?

Apakah mungkin dapat "mendidik" 24 anak secara bersamaan?

Apakah mungkin dapat "mengatur" 24 anak secara bersamaan?

Rasanya sangat sulit. Yang paling menakutkan adalah jika ke 24 anak
tersebut meminta warisannya masing-masing dan tiap anak meminta
warisan yang terbesar karena merasa yang paling berjasa. Yang ada
adalah waktu 24 jam sehari yang dimiliki oleh pasangan terpilih (orang
tua) mereka hanya akan habis untuk mengurusi anak-anaknya yang
kerjaannya hanya merongrong. Lalu kapan melayani masyarakatnya? Lebih
baik ikuti program KB saja.

Semoga orang pintar juga pintar dalam memilih.

3. Nasionalisme VS Religiusisme

Saat ini timbul kesan bahwa pertarungan antara dua pasangan cagub
adalah pertarungan antara dua ideologi, yaitu : Nasionalisme vs
Religiusisme. Rasanya ini hanya akal-akalan dari para elit partai
untuk membuat isu yang kenyataanya tidak lah benar. Namun andaikan pun
benar, manakah yang lebih baik antara Nasonalisme vs Religiusisme?

Mungkin pertanyaan yang lebih tepat adalah "manakah yang lebih
penting, mencintai Tuhan terlebih dahulu atau mencintai Negara
terlebih dahulu?" Menurut saya seseorang yang nasionalis belum tentu
bisa menjalankan agamanya dengan baik, bisa jadi mereka cinta
negaranya namun dengan cara-cara yg tidak benar seperti korupsi,
ketidakadilan, penipuan, dll. Namun jika orang telah mencintai
Tuhannya maka Ia pasti juga akan mencintai apa-apa yang sudah
dititipkan oleh Tuhan kepadanya termasuk negara Indonesia dan kota
Jakarta. Dan bedanya seorang yang religius adalah bahwa mereka akan
menjalankan amanat mereka dengan cara-cara Tuhan yaitu: kejujuran,
kerendahan hati, atau keadilan.

Jadi sebetulnya yang terjadi bukanlah perlombaan antara Nasioanalisme
melawan Religiusisme melainkan antara Nasionalisme melawan
Religiusisme plus Nasionalisme. Karena Nasionalisme belum tentu
Religius sedangkan Religiusisme wajib Nasionalisme.

Semoga orang pintar juga pintar dalam memilih.

4. Kakak- Adik

Bila dalam sebuah keluarga terjadi kejadian seorang kakak menggencet
adiknya untuk merahasiakan kesalahan kakaknya kepada orang tua mereka
maka itu adalah hal yang biasa saja dan sering terjadi. Biasanya
seorang adik memang takut kepada kakaknya jadi ia akan melakukan apa
saja yang disuruh kakaknya walau secara terpaksa dan tidak sesuai
dengan hati nuraninya.

Hubungannya dengan Pilkada DKI?

Saya takut sang "kakak" yang sudah mau lengser mati-matian menaikkan
"adiknya" supaya dapat digencet untuk tutup mulut tentang kebobrokan
kakaknya di masa lalu. Padahal hampir semua orang tahu bahwa Pemda
kita penuh dengan kepalsuan. Masyarakat bahkan sudah merasakan itu
dari level yang rendah seperti kelurahan. Jika kelurahan kita anggap
sebagai "anak" dan Pemda sebagai "Bapak" maka "LIKE FATHER LIKE SON."
alias anak sama saja seperti bapaknya, malah biasanya bapaknya lebih
bobrok dibanding anaknya.

Namun jika kepemimpinan berikutnya bukan dipegang oleh "Adik" nya
melainkan oleh orang lain maka kemungkinan terkuaknya kebobrokan dan
kecurangan masa lalu sangatlah mungkin untuk dilakukan. Karena sudah
saatnya kejujuran yang berbicara dan bukan masa seperti masa orde
baru. Sekarang sudah saatnya orang-orang reformis yang memimpin dan
melakukan pembenahan akibat kehancuran kinerja "orde baru." Mari kita
dukung orang yang berani dan tidak mendapat tekanan darimana pun untuk
menguak kebobrokan dan kecurangan di masa lalu.

Semoga orang pintar juga pintar dalam memilih.

5. Gerak Tubuh (Gesture)

Mungkin bagi sebagian orang gestur tubuh dari seseorang tidak lah
penting, namun bagi sebagian orang yang memiliki intelektualitas
tinggi maka hal ini menjadi sangat penting. Apakah seorang calon
pemimpin itu memiliki cara berdiri yang tegap, sorotan mata yang
tajam, senyum yang lebar dan ramah, pembawaan yang berwibawa, serta
kharisma seorang pemimpin? Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi
sebagian orang yang mengerti mengenai "bahasa tubuh." Karena pembawaan
fisik merupakan cerminan dari jiwa seseorang. Jika cara berjalan
seseorang tegap, sorotan matanya tajam, dan memiliki senyum yang lebar
maka itu mencerminkan jiwanya sebagai seorang pemimpin yang tegas dan
berwibawa. Begitu pula sebaliknya jika seseorang berjalan bungkuk,
sorot mata lemah, senyum tidak natural maka itu menunjukan lemahnya
jiwa kepemimpinan orang tersebut.

Nah, manakah dari kedua Cagub kita ini yang memiliki Gestur tubuh
layaknya seorang Pemimpin yang kuat dan berwibawa?

Semoga orang pintar juga pintar dalam memilih.

+Prince Fajar+