Thursday, October 18, 2007

Tuhan Sembilan Senti



Oleh Taufiq Ismail

>
Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
> tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,
>
> Di sawah petani merokok,
> di pabrik pekerja merokok,
> di kantor pegawai merokok,
> di
kabinet menteri merokok,
> di reses parlemen anggota DPR merokok,
> di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira
> nongkrong merokok,
> di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
> di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
> di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
> di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,
>
>
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi
> perokok,
> tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
>
>
Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
> di ruang kepala sekolah...ada guru merokok,
> di kampus mahasiswa merokok,
> di ruang kuliah dosen merokok,
> di rapat POMG orang tua murid merokok,
> di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan
> cara
> merokok,
>
>
Di angkot Kijang penumpang merokok,
> di bis
kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
> di loket penjualan karcis orang merokok,
> di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
> di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
> di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda andong minta
> diajari
> pula merokok,
>
>
Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
> tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,
>
>
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai
> ,
>
> Di pasar orang merokok,
> di warung Tegal pengunjung merokok,
> di restoran, di toko buku orang merokok,
> di kafe di diskotik para pengunjung merokok,
>
>
Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,
> bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
> ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak
> rokok,
>
>
Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumu saling
> menularkan HIV-AIDS sesamanya,
> tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
> Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok
> di kantor atau di stopan bus,
> kita ketularan penyakitnya.
> Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS,
>

>
Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di
> dunia,
> dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
> bisa
> ketularan kena,
>
>
Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
> di apotik yang antri obat merokok,
> di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
> di ruang tunggu dokter pasien merokok,
> dan ada juga dokter-dokter merokok,
>
>
Istirahat main tenis orang merokok,
> di pinggir lapangan voli orang merokok,
> menyandang raket badminton orang merokok,
> pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
> panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen
> sepakbola
> mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,
>
> Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok,
> di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
> di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang

> goblok merokok,
>
>
Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi orang
> perokok,
> tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,
>
>
Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai
> kita,
>
> Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat
> merujuk kitab kuning
> dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
> Mereka ulama ahli hisap.
> Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
> Bukan ahli hisab ilmu falak,
>
tapi ahli hisap rokok.
>
>
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-
> berhala
> kecil,
> sembilan senti panjangnya,
> putih warnanya,
> kemana-mana dibawa dengan setia,
> satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,
>
> Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
> tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan,
> cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
> Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan
>
yang
> sedikit golongan ashabus syimaal?
>
>
Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
> Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
> Kyai, ini ruangan ber-AC penh.
> Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
> Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.
> Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
> 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
> 15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir
>
diharamkan.
> 4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok
>
diapakan?
>
>
Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul
>
khabaaith.
> Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah
>
dahulu,
> sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.
>
>
Jadi ini PR untuk para ulama.
> Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
> lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan
,
>
>
Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
> Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya
>
berapi itu,
> yaitu ujung rokok mereka.
> Kini mereka berfikir. Biarkanmereka berfikir.

> Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai
>
terbatuk-batuk,
>
>
Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
> sejak tadi pagi sudah 120 orang di
Indonesia mati karena penyakit
> rokok.
> Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu
> lintas,
>
>
lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor,
> cuma setingkat di bawah korban narkoba,
>
>
Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat
> berkuasa di negara kia,
> jutaan jumlahnya,
> bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
> dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
> diiklankan dengan indah dan cerdasnya,
>
>
Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
> SPAN class="GramE">tidak
perlu ruku' dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
> karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara
> menyalakan
> api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,
>
gt;
Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.


No comments: