Friday, February 16, 2024

Hari ke-126

Anak-anak berkafan, wajah mereka berlumuran debu dan darah, membeku dalam ketakutan dan jeritan terakhir mereka yang tidak terdengar oleh siapa pun, adalah salah satu gambaran sehari-hari yang mungkin sudah biasa di mata dunia dari genosida yang sedang berlangsung di Gaza dengan korban jiwa mencapai 28.064 syuhada. Anak-anak ini diantara sasaran penjajah pada hari ini dalam 16 pembantaian yang mengakibatkan 117 orang syahid dan 152 luka-luka dalam 24 jam terakhir.




=====




Hari ke 126 dan pejuang perlawanan melakukan pertempuran sengit di medan yang sulit. Pejuang Al-Qassam mampu meledakkan alat anti-personil pada sekelompok tentara penjajah dan menghabisi 7 diantaranya dari jarak nol di daerah Abasan al-Kabira sebelah timur kota Khan Yunis. Brigade Al-Qassam juga melakukan pengeboman pasukan penjajah dengan menembakkan mortir di daerah Al-Katiba, sebelah barat Kota Gaza.


Dalam operasi penembak jitu kualitatif baru, Al-Qassam mendokumentasikan operasi penembakan yang menargetkan tentara Israel.




=====




Sebagai bagian dari operasi gabungan faksi perlawanan, Saraya Al-Quds dan Brigade Mujahidin melakukan operasi penargetan tentara Israel dengan senapan mesin dan senjata berat di timur Jabalia. Saraya Al-Quds dan Brigade Syuhada Al-Aqsa juga mengebom kerumunan tentara penjajah di sebelah barat Gaza.




=====




Sebagai bagian dari rencana penjajah untuk mengembangkan dan menggandakan pengepungannya di Jalur Gaza, Menteri Keamanan penjajah Yoav Galant mempresentasikan rencana baru yang bertujuan untuk memaksakan kontrol Israel yang membatasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dan memberikan persyaratan tambahan. Surat kabar Israel “Yedioth Ahronoth” melaporkan bahwa bantuan tersebut akan diangkut melalui pos pemeriksaan Erez dan Karni dan dikirimkan ke pedagang Palestina dengan tujuan menciptakan “pusat kekuasaan baru” menggantikan gerakan Hamas. Termasuk menyiapkan angkatan bersenjata untuk mengawal bantuan ini, terdiri dari mantan anggota yang berada di badan keamanan Otoritas.




=====




Setelah lebih dari empat bulan perang genosida terhadap Jalur Gaza, penjajah Israel masih belum memiliki rencana untuk operasi militernya, hal ini dibuktikan dengan perintah baru yang dikeluarkan Benjamin Netanyahu, yang menuntut agar tentaranya bersiap untuk rencana operasi di Rafah, dimulai dengan evakuasi warga Palestina. Hal ini juga menunjukkan bahwa invasi pasukan penjajah ke Rafah tidak akan terjadi dalam waktu dekat, dan bagian dari pernyataan ini adalah melancarkan perang psikologis terhadap warga Palestina, terutama karena Rafah dipenuhi dengan lebih dari satu juta pengungsi dari Jalur Gaza bagian utara.




=====




Penjajah Israel memberikan jawaban kepada Mesir dan Qatar mengenai tanggapan gerakan Hamas terhadap “Perjanjian Paris.” Menurut situs web “Walla” Israel, jawaban ini termasuk penolakan Israel terhadap sebagian besar syarat Hamas. Di sisi lain, Penjajah menyatakan kesediaannya untuk mengadakan perundingan berdasarkan “Perjanjian Paris,” yang berarti bahwa penolakan Israel tidak lebih dari hanya tayangan di media dan bahwa Israel mungkin secara bertahap akan menyetujui syarat dan ketentuan dari Hamas.




=====




Pada hari ke-19 sejak teroris Israel mengepung Rumah Sakit Al-Amal di kota Khan Yunis, Masyarakat Bulan Sabit Merah mengumumkan bahwa mereka telah benar-benar kehilangan kontak dengan stafnya di rumah sakit, terutama setelah penjajah mulai menyerbu rumah sakit tersebut yang menampung lebih dari 200 orang pasien dan staf medis. Selama beberapa hari terakhir, penjajah menghalangi masuk nya makanan, pasokan medis, kebutuhan dasar, oksigen, air dan makanan ke rumah sakit.




=====




Sebuah klip video tersebar dimana seorang ibu memasukkan sepotong kurma ke dalam mulut bayinya yang baru lahir untuk memberinya makan, karena dia tidak mampu memberikan susu untuk anaknya yang tampak pucat dan kekurangan gizi.


Anak ini adalah satu dari 300.000 orang di Gaza utara yang menderita penyakit ini. Sebagian besar telah terputus dari bantuan dan terancam dengan meningkatnya risiko kelaparan, menurut Program Pangan Dunia (WFP).

No comments: