Monday, August 13, 2007

Mama, mama, please don't close ur'e eyes


Perjalanan yang tengah kutempuh terasa sangat lama dan jauh, bagai menempuh perjalanan dari bumi menuju matahari. Itulah sesaat yang kurasakan saat pulang kerja menuju tempat mama dirawat di sebuah bangsal pengobatan tradisional diseputaran cileungsi.
Mama dirawat karena terjatuh dari loteng rumah tua kami yang tak pernah sempat direnovasi, karena memang tak ada dana, sementara aku terlalu sibuk dengan aktivitasku diantara bekerja seharian dan kuliah dimalam harinya, mencoba mengejar mimpiku untuk jadi orang suatu saat nanti. Aku dan mama hanya tinggal berdua dirumah kami yang sederhana dipinggir jalan antara squadron jalan kerjabakti kelurahan makasar disebelah kiri bandara halim perdana kusuma di timur jakarta.
Hawa panas dan hembusan angin sepoi-sepoi membawaku terlelap pada mimpi sesaat yang membuatku terjaga antara sadar dan tidak. Ada sebisik kata mengalir penuh nada mengantarkan bisikan lembut penuh keikhlasan....
Har...jika mamamu pergi sekarang...ikhlaskan lah karena kau sudah cukup dewasa menghadapi semua, engkau akan terus belajar menjadi yang terbaik diantara yang baik-baik. Engkau akan baik-baik saja dan tak perlu bersedih karena semua akan membekingi langkah-langkahmu yang mengandung kebaikan, jangan berpedih hati jika kau tak punya siapa-siapa lagi karena memang kau sudah cukup tegar berhadapan dengan keputus asaan.
Lupakanlah setiap masa lalu yang menghimpitmu karena ketegaran bukan dibentuk oleh kesedihan berkepanjangan. Bukan cengeng yang jadi modal buat melangkah. Dan semua memang sudah tergores dalam pena TuhanMu. Tiba saatnya kau melihat dirimu dalam kepapaan dan kesendirian karena Tuhan memang menginginkan demikian, hanya do'a dan ikhtiar menjadi teman hidupmu, dan aku selalu mendampingimu....dalam setiap mimpi-mimpi mu sepanjang malam yang menjelang...
Aku terhenyak, tiba-tiba tak ingin lagi memejamkan mata, karena mobil angkot yang aku tumpangi sebentar lagi akan melintas didepan bangsal tabib patah tulang itu.
Setelah turun dari mobil itu aku melangkah dengan penuh kerinduan, ingin segera melihat mama, dan mimpi sesaat itu tak kupedulikan, tak kupedulikan sesaat pun, mungkin itu bisikan aneh dan tak perlu dipikirkan.
Dalam semangat langkahku teringat aku pada pagi harinya aku berangkat dari sisi mama sambil berucap, Ma...ai berangkat kerja ya...mama baik-baik aja ya, nanti bang fahry datang kok nemenin mama disini...", kuraih tangan mama yang hangat, kucium penuh sayang, seperti biasa jika aku akan berangkat bekerja kukecup pipinya kiri dan kanan tak lupa keningnya...dan mama tak berekspresi, kelopak matanya terbuka tapi tak menatapku, dingin dan seakan membuang pandangan, kubuka jendela kamar pengap itu, sesaat udara pagi masuk dan mama kuselimuti dengan selimut yang ada, lalu aku beranjak keluar untuk pergi bekerja.
Saat kupandangi kamar itu kembali malam ini, kenapa ada lantunan surat Yasiin terdengar...dan bang fahry melangkah keluar menghampiriku dan berkata..."Ri..mama sudah pergi....

Dan sekonyong-konyong kakakku yang perempuan, yang baru saja tiba dengan suaminya berhamburan air mata memeluk mama masuk kedalam kamar yang menjadi kepedihan kami malam itu...terisak-isak dia disana dan berkata lirih, Maa...kenapa mama cepat sekali pergi, ai belum sempat bikin mama senang..maa...??!
Aku tak percaya dengan pemandangan ini, aku berpikir mama hanya tidur sesaat saja, tidak ada yang membuat mama begitu fatal dengan lukanya...kenapa jadi separah ini keadaannya....???
Kepala ku berat terasa...dunia seakan runtuh menimpaku...aku menahan gejolak pedih yang dalam dikanan jantungku...tanganku mati rasa...dan semua menjadi tak ada artinya...bahkan dunia yang kini kukejar menjadi sia-sia ditanganku kalau mama memang sudah tiada....
Buyarlah mimpi indah yang kurangkai untuk mama, pergi ketanah suci berdua, jalan-jalan dikota medan, makan-makanan kesukaan mama dimana saja mama suka. Tinggal dirumah baru yang kuimpikan kubeli dari hasil kerja kerasku. Dan satu lagi yang kutangisi, hasil skripsi yang telah lama kupersiapkan yang diprolog kata pendahulunya kucantumkan beribu kata terima kasih pada mama yang telah mendo'akan anaknya memperoleh gelar sarjana muda....., punah sudah yang dimintai bangga, hancur berkeping dan tak bersisa...
Kutatap jenazah mama, kusentuh tangannya dan terasa hangat sehangat tangan yang kukecup tadi pagi, aku lemas...dan tak berekspresi.
Mama....jgn tutup dulu mata mama, pandangi dulu wajah anak mama yang paling kecil ini, yang tak pernah lagi meratap minta dikasihani jika butuh pertolongan, yang belajar untuk kukuh berdiri dikaki sendiri...
Mama jangan pergi dulu, saya masih sangat butuh akan mama untuk menemani harapan indah saya sebagai seorang anak yang ingin berbakti pada orang tuanya.
Tiba-tiba aku merasa menjadi anak yang paling durhaka diatas dunia, merasa belum cukup memberikan balas budi terbaikku pada mama, tiba-tiba aku merasa menjadi orang paling miskin karena kehilangan permata yang amat berharga, hilanglah 23 tahun sejarah hidup manisku, masa kanak-kanakku yang bahagia, hilanglah ayunan dan timangan tangan mama, lenyaplah belaian lembut dipelipis saat menjelang tidur dimasa kecilku.
Mama...mama please don't ever close ur'e eyes...I'll be missing you so long and forever...
Abangku yang nomer tiga datang, dan setelah melihat kedalam kamar yang menyebabkan kesedihan kami malam itu, beliau langsung tak kuat melangkah dan berdiri...matanya lebam dengan air mata...lunglai semua terlihat dan seakan tanpa energi...
Dan dengan tangan bergetar kuambil al qur'an dari tangan orang yang membaca surat Yasiin sedari tadi, ku buka surat kesukaan mama, lalu kubaca dengan penuh air mata...
Ar..Rahman... 'Allamal Qur'aan...
Dan aku terisak diantara alunan kasih sayang Illahi Robbi, memintakan ampunan atas ruh mama yang malam itu telah diambilNya....
Allahumma fir lii wali waliidayya warhamhuma kamaa rabbayani shagiraaa....

No comments: