Posts

Showing posts from January, 2022

AGAR HIDUP DIJAMIN ALLAH

Tentu kita ingin sekali hidup dalam Jaminan Allah. Kalau udah dijamin, apalagi yang menjamin itu Allah, kebayang ga gimana tenangnya hidup kita? Digaransi sama perusahaan asuransi aja kita udah “merasa tenang”, gimana kalau yang menjamin hidup kita penguasa dari segala penguasa? Perbaiki tauhid dan istiqomah adalah kunci meraih jaminan Allah. Tuhan kita, cukuplah Allah, jangan duit, mobil, kerjaan, perusahaan, jangan. Kalau butuh apa-apa, jangan ke manusia datengnya. Ke Allah. Setelah itu, jadikan sikap ini mengistiqomah dalam hidup kita. Terus kita jaga hingga ajal menjemput. Sekali lagi, syarat untuk mendapatkan perlindungan, penjagaan dan jaminan dari Allah SWT adalah nomor satu Siapa Tuhannya? Allah! Nomor dua kemudian kita Istiqomah. Engga miring kanan atau miring kiri, lempeng aja udah. Utang kita, Allah yang nanggung. Penyakit kita, Allah yang nyembuhin. Modal kita, Allah yang bisa nambahin. Pekerjaan kita, Allah yang bisa naikin. Dagangan kita, Allah yang bisa naikin. Don’t wor...

Mental Muhammadiyah

Oleh: Abdul Kohar  Dewan Redaksi Media Group. ANDAIKAN saja Kiai Haji Ahmad Dahlan masih hidup, barangkali dia akan terkesima melihat pesatnya laju Muhammadiyah, organisasi yang didirikannya 108 tahun lalu itu.  Cita-cita awal yang dicanangkan penghulu Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat itu saat mendirikan Persyarikatan pada 18 November 1912 cukup ‘sederhana’ dan hanya ada dua:  menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumiputra di dalam Yogyakarta, dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya. Namun, pada perjalanannya, ternyata Muhammadiyah menemukan lahan yang subur untuk berkembang. Para pemuda pribumi yang mulai mengenyam pendidikan Barat dan kalangan priayi, menjadi salah satu kelompok penggerak proses dinamisasi. Eksklusivisme ‘kauman’, sebuah stempel yang melekat pada organisasi yang kini memiliki cabang di 34 provinsi dan 23 cabang istimewa di luar negeri itu, secara perlahan terus melumer. Kini, massa mereka yang berj...

Catatan Penutupan Rakorwil Partai Gelora ke-7

*Anis Matta pun terisak tangis* Sebuah pesan untuk kader Partai Gelora Indonesia dimanapun kalian berada  Seketika hening...., ruangan yang terisi 100 orang lebih di sebuah gedung kawasan elit Jakarta ini tetiba hening, tersisa getar pita suara, isak tangis kecil, dengan nada yang terbata, lalu ia terdiam tanpa kata, terpaku beberapa saat menahan tangis yang tak bersuara. Ia Anis Matta, belum pernah saya menyaksikannya serapuh itu.  Kami pun terbawa suasana haru, saya mulai berkaca, ada yang mulai tersedu tak bisa menahan tangisnya. Kami semua seperti menatapnya dengan tatapan kosong.  Adalah kata-kata Abu Bakar As Sidiq, yang membuatnya tak bisa menahan matanya yang memerah.  Kata yang mengguggah "Bagaimana mungkin aku bisa membiarkan, ajaran Islam berkurang 1 saja, sedangkan aku masih hidup" "kalaupun tidak ada satu orangpun yang berangkat melawan, maka aku satu-satunya yang akan melakukannya"  Kata-kata Abu Bakar, ia mengambil peran Pertanggungjawaban meski...

Sawo Tegalsari

forwars tulisan ringan tapi bagus. ttg misteri rumah joglo tua, pangeran dipenogoro dan pohon sawo by dahlan iskan ---- Sawo Tegalsari ........Tentu saja saya pernah ke Tegalsari, di selatan Ponorogo. Keluarga saya selalu bercerita tentang Tegalsari  –terutama tentang kehebatan Kiai Kasan Besari. Di Jawa, kata Arab ''Hasan'' –yang harus diucapkan sebagai huruf ''hak'' yang berat– menjadi Kasan yang bisa diucapkan dengan ringan. Buyut saya, yang secara Arab harusnya dipanggil Hasan Ulama (sungguh sulit mengucapkan `u itu bagi lidah Jawa), menjadi Kasan Ngulomo. Belakangan baru ditulis Hasan Ulama. .... Joglo itu memang sudah NYARIS jadi meja atau kursi –harus ditulis dengan huruf besar. Rumah joglo itu sudah dibongkar –karena sudah mau roboh. Sudah lebih 30 tahun tidak dihuni. Setelah dibongkar, kayu-kayunya ditumpuk: lama jadi tumpukan kayu yang nyaris dilupakan. Semua kayu jati tua. Keturunan Kasan Besari di Tegalsari menunggu saja: siapa tahu ada yang...