Monday, June 01, 2015

Rintihan Suci Manusia Malam

Tuhan Yang Mahapemurah, Yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia dan mengajarinya pandai berbicara”. (QS. Al-Rahman: 1-4).


Imam Ali Zainal Abidin As-Sajjad.

Kita semua pernah mengalami guncangan hidup. Ada saat-saat ketika kita terdesak pada tembok yang kokoh. Kita merasa segala daya kita telah tiada, seluruh kemampuan telah terputus. Pada saat itu, kita datang menghampiri yang Mahakasih lagi Mahakuasa. Bukankah Nabi Musa pernah bertanya, “Ya Allah, di mana aku harus mencari-Mu?”, lalu Allah menjawab, “Carilah Aku di antara orang-orang yang hancur hatinya!”. Pada saat kita hancur, kita serasa dekat dengan Dia. Sayangnya, ketika hati kita dipenuhi keharuan, mulut kita tergagap, lidah kita tidak sanggup mencari kata-kata yang secara tepat melukiskan perasaan kita.Keterampilan berbahasa (linguistic skill) yang kita miliki hanya mengantarkan kita untuk menggambarkan hal-hal yang remeh-temeh. Di hadapan yang Mahakasih, kemampuan mengotak-atik kata tidaklah cukup untuk mengambarkan perih derita yang kita rasakan. Untuk doa yang khusyuk, memang, disamping gelora hati diperlukan kefasihan.

Adalah Zainal Abidin manusia suci yang pernah hidup pada babakan tarikh pembataian keluaraga suci Nabi. Ia digoncang prahara yang besar. Sanak saudaranya dibunuh, sahabat-sahabatnya dianiaya, dan dirinya juga senantiasa diancam maut. Ajaibnya, duka yang sangat mendalam itu tidak memperdalam dendam kepada siapa pun. Hatinya yang hancur karena derita panjang yang dialaminya membuat ia sangat sensitif pada penderitaan orang lain. Hatinya yang lembut karena berbagai musibat telah mengantarkannya pada puncak kefasihan dan kesempurnaan yang juga mewarnai doa-doa yang disampaikannya.

Izin aku menuturkan sedikit dari kisah kefasihan manusia malam itu sebagaimana yang telah dituliskan oleh pecintanya sepanjang sejarah. Di suatu malam, di bawah naungan langit Madinah yang teduh, di atas hamparan padang pasir yang tak berujung, ia ditemukan sedang sujud di atas batu kasar. Terdengar isak tangis yang memilukan seraya mengulang-ulang seribu kali: la ilaha illallah, haqqan haqqa. La ilaha illallah ta’abbudan wa riqqa. La ilaha illallah imanan wa shidqa.(Tidak ada tuhan kecuali Allah yang sebenar-benarnya. Tidak ada tuhan kecuali Allah kepada-Nya merunduk dan menghamba. Tidak ada tuhan kecuali Allah, dengan keimanan dan ketulusan). Malam itu tak ada seorang pun berada di situ kecuali Thawus Al-Yamani, yang menceritakan peristiwa itu kepada kita. Thawus mendengar Abid itu merintih pilu :

Tuhanku gemintang langitMu telah tenggelam
Semua mata mahlukMu telah tertidur
tapi pintuMu terbuka lebar buat pemohon kasihMu
aku datang menghadapMu, memohon ampunanMu
kasihi daku perlihatkan padaku wajah kakekku Muhammad saw.
pada mahkamah Hari Kiamat.

(kemudian ia menangis)
Wahai yang tak tersembunyi bagiNya
Berita orang-orang yang menyampaikan pengaduan
Wahai Dia yang tak memerlukan kesaksian para saksi
untuk mengetahui kisah mereka
Wahai Dia yang pertolonganNya
Dekat dengan orang-orang yang teraniaya
Wahai Dia yang bantuanNya jauh dari orang-orang yang menganiaya
Engkau tahu, ya Ilahi, apa yang aku derita
Karena perbuatan Fulan bin Fulan yang telah Kau larang
Karena merampas hakku yang telah Kau haramkan
Dia tak berterima kasih dengan apa yang Kau berikan

(dengan isakan tangis menyayat hati, ia memelas)
Ya Allah, sampaikan salawat kepada Muhammad dan keluarganya
Dengan kekuatanMu tahanlah orang zalim dan musuhku
untuk tidak menzalimiku,
Dengan kekuasaanMu, tumpulkan pedangnya dariku
Sibukkan dia dengan urusan di sekitarnya,
sehingga lemah menghadapi musuhnya.

Ya Allah, sampaikan salawat kepada Muhammad dan keluarganya
Jangan mudahkan baginya menzalimi aku
Berikan padaku bantuan menghadapinya
Jagalah aku supaya tidak berbuat seperti yang dilakukannya
Jangan tempatkan aku dalam keadaan yang dialaminya

(kemudian ia merintih mengiba lagi)
Ya Allah,
Berilah ganti kepadaku dari kezalimannya atasku
dengan ampunanMu
Balaslah aku karena perbuatan jeleknya padaku
dengan kasih sayangMu
Segala derita tidak seberapa dibandingkan murkaMu
Segala kepahitan tidak ada artinya dibandingkan marahMu
Ya Allah,
Sebagaimana Engkau membuatku benci dizalimi
Jagalah diriku untuk tidak berbuat zalim.

No comments: