Thursday, November 11, 2004

Perbatasan Gaza, 23.59 Waktu Setempat

Bayang seseorang tampak tunduk terpekur dalam keheningan malam. Mencoba mencari dan menyusun kekuatan pada sumber Yang Teramat Kuat, mencoba mengais iba pada Zat Tunggal Yang Maha Perkasa.Tersengguk disekanya tetes-tetes yang menggenang dipelupuk kedua mata. Bukan! Bukan tangis kedukaan! Tetapi keterharuan yang memuncak dalam impian akan perjumpaan dengan wajah Kekasih yang dirindukan. Pun pada wangi kesturi keni'matan jannah Sang Raja Yang Maha Menundukkan.
Diucapkannya basmalah, dan ditanggalkannya berlapis-lapis riya' yang mungkin terpasung di alam bawah sadarnya. Bangkit ian bergegas menyambut seruan Tuhan, dan menggumam perlahan, "ini untuk ayah-bundaku, adik-kakakku, teman-teman seperjuanganku, untuk Al Aqsha, untuk Palestina, untuk Al Islam!".
Mengeras rahangnya menahan degup dendam suci atas tercabiknya kehormatan. Berkilat mata elangnya menyiratkan tekad penuh kesungguhan dan keberanian tak kenal gentar.

Mengendap. Berkelebat dibawah bayang-bayang purnama yang tersaput awan. Begitu mudah memasuki perbatasan yang dijaga ketat budak-budak hina, sosok-sosok kera berwujud manusia. Aman sudah. Dan....., Dduuuaaarrrrrr!!!!!!". Keping-keping usus terburai, cairan tubuh berlelehan, merah darah memuncrat, daging-daging menjadi potongan kecil serupa cincangan. Jasad itu musnah sudah. Namun ruhnya melayang mengangkasa, dijemput cantik bidadari yang tak sempat ditemuinya didunia. Merengkuh kesucian yang lama dicita-citakan. Dan Sang Cinta Tertinggi beserta singgasana yang mengalir sungai-sungai dibawahnya telah menanti datangnya jiwa. Dunia tidaklah seberapa.

No comments: