Saturday, May 23, 2020

KITA TAK TAHU, ALLAH YANG TAHU


KITA tak tahu mana yang lebih baik, kehidupan sebelum atau setelah Covid 19 (new normal). Sebab Allah berfirman : "Diwajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (Qs. Al Baqarah : 216).

Boleh jadi di new normal makin banyak orang yang tahu pentingnya kebersihan, mahalnya kepedulian dan ruginya bersikap egois. Lalu dengan itu, dunia menjadi lebih damai, lingkungan makin hijau, tanaman dan hewan pun mendapatkan surganya kembali. 

Kita tak tahu mana yang lebih baik, kondisi di negara konflik seperti Palestina, Suriah, dan Yaman yang setiap hari ada darah tertumpah disana atau kondisi di negara-negara tanpa peperangan, seperti Turki, Maroko, Malaysia, Indonesia, bahkan Eropa.

Boleh jadi di Palestina ada berkah dan pertolongan Allah yang nyata kepada kaum muslimin. Di Suriah ada ribuan orang yang mati syahid, sehingga langsung masuk surga tanpa hisab. Di Yaman ada kesengsaraan yang membuat orang makin bertaqwa kepada Allah 'ajja wa jalla. “Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa” (Qs. Al-Baqarah : 216).

Boleh jadi di negara-negara tanpa perang malah ada kebencian dan penistaan terhadap syariat Allah. Ada kematian yang konyol dan sia-sia (su'ul khotimah) karena mati maksiat. Ada kesenangan dan kenyamanan yang membuat pelakunya istidroj (lupa diri).

Kita tak tahu apa rahasia Allah di balik perang dan musibah yang silih berganti ada di muka bumi. Padahal Allah yang Maha Kuasa mampu menghentikannya. 

Kita tak tahu apa rahasia Allah di balik kehidupan yang bergelimang harta nan mewah, penuh dengan kesenangan dan kenyamanan di dalamnya. Lalu tiba-tiba datang Covid 19, yang membuat semua harta dan bisnis menjadi mangkrak. 

Tiba-tiba kita diingatkan betapa semuanya itu palsu dan mudah sirna. Bahwa sesungguhnya kita papa tanpa amal sholih.

Bahwa kematian yang tadinya terasa jauh dan jarang diingat kecuali waktu kita lewat kuburan, sekarang menjadi terasa dekat dan diingat terus. Sekarang setiap meter dan detik ada musuh tak terlihat, Corona si pengancam nyawa.

Harta dan teknologi canggih yang selama ini membuat kita jumawa, menunduk kalah di hadapan makhluk kecil Corona.

Mungkin Allah sedang mengajarkan : janganlah engkau memandang rendah orang-orang kecil dan miskin seperti engkau jangan memandang rendah Corona. Sebab boleh jadi masa depan orang kecil di akhirat lebih baik daripadamu. Sedangkan engkau terlena dengan kenyamanan, sampai lupa kewajiban peduli dan bersedekah yang menjadi hak mereka yang berkekurangan. Mungkin itu maksud Allah dengan kehidupan baru pasca Covid 19. 

Mungkin Allah sedang mengingatkan betapa hidup di dunia itu begitu singkat. Yang abadi hanyalah akhirat, sehingga cepatlah bertaubat secepat kematian yang bisa datang nyata, kapan saja, setelah adanya Covid 19.

Kesulitan dan kesakitan sebentar di dunia tak apalah asalkan nikmat selamanya di surga kelak dengan modal taubat dan amal sholih.

Akhirnya...
Yang terjadi terjadilah. Tugas kita hanya berusaha menjalankan aturan Allah. Setelah itu terserah mau apa takdir Allah.
Karena kita tak tahu mana yang lebih baik, kondisi sebelum atau setelah adanya Covid 19.

"Dan mereka membuat rencana, maka Allah pun membuat rencana (juga). Dan sebaik-baik pembuat rencana adalah Allah (Al Qur'an, Surat Ali 'Imran, Ayat 54).

By. Satria hadi lubis

No comments: