Friday, January 08, 2021

INDEKS, Antara Label dan Totalitas Keberimanan

AM & FH

Sebagai sebuah partai politik yang berazaskan Pancasila, Gelora tetap menjadikan nilai Islam sebagai sumber inspirasi perjuangan. Tidak ada dikotomi antara azas Pancasila dengan Islam sebagai sumber nilai perjuangan.


Dalam konteks Kaderisasi, maka INDEKS (Islam, Nasionalisme, Demokrasi, dan Kesejahteraan) sebagai jargon perjuangan partai menjadi tolok ukur outcome yang diperjuangkan. Terutama nilai Islam sebagai sumber inspirasi menjadi dasar pembentukan kualitas kader khususnya dan sumber daya manusia umumnya.


Berbicara kualitas, tidak lepas dari "label" yang tersematkan terhadap individu, bahwa keunggulan, keutamaan adalah fitrah penciptaan. Bahwa kualitas seseorang menjadikan seseorang layak menempati pos pos amanah dan tugas sesuai kapasitas dan kualitasnya. Bukan tentang kedudukan, kelas dan level atau jenjang, tapi tentang penempatan kontribusi amal sesuai kemampuan kapasitas yang dimiliki.


Sebagaimana dalam Sirah Nabawiyah, bahwa generasi asabiqunal awwalun, tentu berbeda dengan generasi sesudahnya. Demikian generasi sebelum futuh Makkah,  dan setelah Futuh Makkah, memiliki kualifikasi yang juga berbeda. Dan seterusnya, hingga di masa sahabat, berlanjut ke generasi tabi'in, tabi'it tabi'in, dan generasi sesudahnya. Masing-masing menempati kualitas dan daya pengaruh yang berbeda.


Menempatkan generasi awal Islam sebagai generasi terbaik, bukan tanpa sebab. Merekalah generasi yang telah berkorban lahir bathin demi tegaknya awal dakwah Islam, dengan segala tantangannya. Maka menempatkan mereka di posisi penghormatan adalah sebentuk penghargaan, meski tetap mengacu kepada seberapa kontribusinya. Namun di sisi lain, Rasulullah SAW melihat dari sisi sebuah keberkahan.


Dalam suatu kondisi disaat menyiapkan peperangan, di masa sahabat, maka pertanyaan yang dilontarkan adalah, "Adakah diantara mereka yang pernah bertemu Rasulullah SAW?" Jika jawabannya ada, maka peperangan akan membawa keberkahan, dan berakhir kemenangan. Jika jawabannya tidak ada, maka pertanyaan berikutnya, "adakah diantara mereka ada yang pernah bertemu dengan orang yang bertemu Rasulullah SAW?" Jika jawaban ada, maka peperangan akan membawa keberkahan. Demikian terus pertanyaan berlanjut hingga generasi tabi'it tabi'in ke bawah. Bahwa generasi yang lebih awal, akan berdampak terkait keberkahan dalam perjuangan.


Mengapa demikian? 


Suatu hari, Rasulullah SAW mensifati kualitas iman Abu Bakr Ash Shidiq RA dalam sabdanya, "Seandainya iman Abu Bakr Ash Shidiq ditimbang dengan keimanan seluruh manusia, maka akan lebih berat keimanan Abu Bakr Ash Shidiq." Ini berarti termasuk keimanan 3 khalifah setelahnya dan semua manusia setelahnya, tetap tidak bisa menandingi keimanan Abu Bakr Ash Shidiq.


Duhai, kualitas iman yang seperti apa yang dimiliki seorang Abu Bakr Ash Shidiq?


Mari kita ambil ibrah diantara kisah berikut.


Setelah Rasulullah SAW wafat, hampir seluruh Jazirah Arab semuanya murtad, kecuali wilayah Madinah, Makkah, dan Tha'if. Dan bagaimana para sahabat mensikapi para murtadin? Hampir semua sahabat bersikap lunak, cenderung memilih damai dengan membayar jizyah, tak terkecuali sekelas sahabat Umar Al Faruq pun demikian. Tapi tidak dengan Abu Bakr ash Shidiq. Beliau keras dalam memerangi para murtadin. Hingga Umar pun akhirnya mengikutinya.


Kisah ini mennyiratkan bahwa generasi di era khalifah Abu Bakr Ash Shidiq adalah era krusial keberadaan Islam tetap bertahan. Hingga ada ulama yang berpendapat, andai Abu Bakr Ash Shidiq tidak bersikap keras kepada para murtadin, entahlah bagaimana kondisi Islam hingga kini. 


Kisah berikut, adalah gambaran begitu lekatnya Abu Bakr Ash Shidiq di hadapan Nabi SAW.


Pada suatu hari, Rasulullah SAW sedang berkumpul dengan para sahabat. Lantas beliau bersabda, "Ada hamba Allah yang diminta memilih, dunia atau Tuhannya?" Maka si hamba memilih Tuhannya. Lantas Abu Bakr menangis. Hanya beliau yang menangis. Karena faham betul dengan makna tersirat dari sabda Nabi SAW. 


Di sebalik sabda tsb bermakna, bahwa hamba tsb adalah diri Rasulullah SAW. Dimana Allah memberi pilihan kepada Nabi SAW, memilih dunia dengan terus memimpin dan membersamai umatnya, atau kembali kepada Allah dengan menjadi kekasihnya. 


Tentu Rasulullah SAW lebih memilih berjumpa dengan Rabbnya. Hal inilah yang membuat Abu Bakr menangis. Yang sahabat lainnya tidak memahami hakikat dari sabda Nabi SAW tsb.


Inilah totalitas keimanan. Terunggul yang dimiliki sahabat utama, Abu Bakr Ash Shidiq RA, dan generasi sahabat, dan dilanjut generasi sesudahnya.


Totalitas keimanan yang meliputi totalitas qalbiyah, nafsiyah, fikriyah, dan amaliyah generasi sahabat awal, yang tidak bisa dilampau oleh generasi sesudahnya.


Inilah hakikat dari kualitas manusia yang diharapkan. Totalitas keimanan yang berbanding lurus dengan kontribusi amaliyah dalam tataran  kemanfaatan dan kemaslahatan lebih luas secara kemanusiaan. 


Allahu A'lam


Disarikan dari taujih Ust Musyaffa Ahmad Rachim, Lc. 

Ketua Bidang Kaderisasi DPN Gelora

No comments: