Wednesday, July 09, 2008

BERSAMA SUNGGUH INDAH

Pernahkah tidur kita di suatu pagi yang dingin berteman selimut tebal
lagi hangat, dikagetkan oleh suara adzan dari pengeras suara masjid di
dekat rumah kita ? Kalau ya, apa yang segera kita lakukan ketika itu ?

Atau,... ketika kita sangat lelah sehabis bekerja di suatu sore, suara
yang lama memanggil kita untuk mendatangi rumah Allah yang jaraknya
tidak jauh dari tempat istirahat kita ? Kalau ya, apa yang kita lakukan
ketika itu ?

Dua respon berbeda satu dengan lainnya. Pertama : membiarkan suara adzan
lewat dan selesai, tanpa beranjak dari tempat dan aktivitas kita semula.
Kedua : segera bangkit mengambil air wudlu untuk bergegas melaksanakan
shalat. Jikalau kita dihadapkan dua pertanyaan lanjutan : "Mana di
antara keduanya yang terbaik"; tentu semua muslim baligh dan berakal
sehat akan sepakat menjawab bahwa sikap kedua lah yang terbaik.

Kita lanjutkan. Sikap kedua yang menjadi pilihan tadi pun akan
melahirkan dua macam keadaan. Pertama, kita melaksanakan shalat di
rumah, baik munfarid (sendirian) ataupun berjama'ah dengan keluarga.
Kedua, kita melaksanakannya berjama'ah di masjid dengan kaum muslimin
lainnya. Kita pun yakin dengan pasti bahwa semua orang akan mengatakan
shalat berjama'ah di masjid itu lebih utama daripada shalat di rumah.

Allah telah mengikat manusia di atas fithrah tauhid dalam panggilan
untuk mendatangi shalat berjama'ah. Allah pun telah menjadikannya
(shalat berjama'ah) sebagai satu perintah yang pasti dalam Al-Qur'an
melalui firman-Nya :


"Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah bersama orang-orang
yang rukuk" (QS. Al-Baqarah : 43).

Kalimat "rukuklah bersama orang-orang yang rukuk" merupakan perintah
untuk shalat bersama manusia secara berjama'ah. Shalat berjama'ah di
masjid yang di dalamnya dikumandangkan adzan telah menjadi salah satu
syi'ar terbesar dalam agama Islam. Bahkan hal itu telah menjadi pembeda
antara Daarul-Islam dan Daarul-Kufr.



Apabila kita tengok dalam As-Sunnah dan sejarah jihad Islam, maka kita
dapatkan bahwa ketika Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam dan para
shahabatnya akan menyerang satu negeri, maka mereka tunggu sampai waktu
shubuh tiba. Jikalau negeri tersebut terdengar suara adzan (yang
tentunya ditegakkan di dalamnya shalat berjama'ah), maka mereka
menahannya (tidak jadi menyerang), dan apabila mereka tidak mendengarnya
maka mereka maju (untuk menyerang).

Simaklah apa yang dituturkan oleh seorang shahabat yang mulia, Abdullah
bin Mas'ud radliyallaahu 'anhu :
"Sungguh aku telah melihat keadaan kami (yaitu keadaan para shahabat)!
Tidaklah ada yang meninggalkan shalat berjama'ah (di masjid) kecuali
orang munafik yang jelas kemunafikannya; atau orang yang yang sakit.
Jika ia seorang yang sakit, tentu ia bisa berjalan dengan dipapah oleh
dua orang sehingga dia bisa mendatangi shalat berjama'ah. Sesungguhnya
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam telah mengajarkan kepada kita
'sunnah-sunnah huda' (= ajaran agama). Dan di antara sunnah-sunnah huda
tersebut adalah shalat berjama'ah di masjid yang di dalamnya
dikumandangkan adzan" (HR Muslim)

Seandainya Ibnu Mas'ud melihat keadaan masjid-masjid kaum muslimin saat
ini yang kosong melompong, entah apa yang akan beliau katakan. Itulah
keadaan para shahabat sebagai generasi terbaik umat.



Allah telah menjanjikan pahala yang besar bagi mereka yang bersegera
mendatangi shalat berjama'ah di masjid. Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam telah bersabda :

"Tidak ada shalat (jama'ah) yang paling berat bagi orang-orang munafiq
selain shalat shubuh dan isya'. Dan andaikan mereka mengetahui keutamaan
yang ada pada keduanya, niscaya mereka akan mendatanginya meskipun
dengan merangkak" (HR. Bukhari dan Muslim. Disebutkan oleh An-Nawawi
dalam Riyadlush-Shalihin nomor 1080).

Penyebutan keutamaan shalat berjama'ah shubuh dan 'isya' di atas bukan
berarti menafikkan keutamaan shalat-shalat berjama'ah yang lain. Hal itu
disebabkan karena dua shalat tersebut merupakan indikator terhadap
shalat-shalat yang lain. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam
menyebut dua shalat sebagai shalat yang paling berat dan paling sering
ditinggalkan oleh para pemalas di antara kaum muslimin.



Banyak hikmah di balik perintah Allah dan Rasul-Nya untuk melazimkan
shalat berjama'ah di masjid. Masjid adalah tempat yang paling baik dan
mulia dalam Islam. Masjid adalah lambang kekuatan kaum muslimin.
Tidaklah penuh jama'ah shalat lima waktu satu masjid kecuali di dalamnya
tertanam benih-benih ukhuwah yang kuat.

Dan jangan lupa, Islam terlalu sempurna untuk mengajarkan "kebersamaan"
hanya dalam shalat. Islam menganjurkan berjamaah dalam berbagai hal :
bisnis, perjalanan / safar, mengkaji ilmu dan bentuk-bentuk kebaikan
yang lain. Dari seluruh pesan untuk bersama-bersama, berjamaah,
bersyarikat ini, terdapat 2 pesan : Bersama berarti bersaudara, dan
Bersama berarti berjuang.



Karena Islam adalah persaudaraan, karena Islam melahirkan kerja besar
dengan perjuangan. Semuanya dengan bersama-sama.



Rabu,21 Jumaadil Tsani 1429 H

Tim Syiar - Sarana Kerohanian Islam Indosat

No comments: