Saturday, May 15, 2021

WA IN ‘UDTUM, ‘UDNAA (Jika Kalian -Wahai Bani Israil- Kembali Berbuat Jahat, Allah Akan Kembali Menghukum Kalian)

oleh: Nur Fajri Romadhon[1]
 
_“In occupied East Jerusalem, Israeli border police once again raided the nightly Sheikh Jarrah vigil, set up by residents facing forced displacement from their homes and solidarity activists_,” demikian dilaporkan Aljazeera pada 6 Mei 2021[2]. Sebuah berita memilukan di penghujung Ramadan 1442 H. Yahudi Zionis Israel kembali secara zalim melanjutkan kejahatannya terhadap warga Palestina, bahkan di Masjidil Aqsha. Jahat. Memang begitulah kebanyakan Yahudi Bani Israil Allah gambarkan dalam Al-Qur’an. Perangai yang telah terbukti sepanjang sejarah dan akan terus berlanjut. Menarik sekali kita merenungi QS. Al-Isra’: 4-8 terkait ini semua di mana Allah subhanahu wata’ala berfirman:

وَقَضَيۡنَآ إِلَىٰ بَنِىٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ فِى ٱلۡكِتَٰبِ لَتُفۡسِدُنَّ فِى ٱلۡأَرۡضِ مَرَّتَيۡنِ وَلَتَعۡلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا
_Dan Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu, “Kamu pasti akan berbuat kerusakan di bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”_ [QS. Al-Isra’: 4]
 
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) menjelaskan: ”Kerusakan Baitul Maqdis (sebagai hukuman atas kedurhakaan Bani Israil kepada para nabi mereka) kali pertama adalah terjadi sepeninggal Nabi Sulaiman ‘alaihissalam. Sedangkan yang kali kedua adalah setelah zaman Nabi Zakariyya, Nabi Yahya, dan Nabi ‘Isa ‘alaihimussalam.”[3] Al-Imam Al-Baghawi (w. 510 H) sebelumnya juga tafsirkan bahwa tokoh yang menjadi hukuman bagi Bani Israil di kali pertama adalah Bukhtanashshar (Nebuchanezzar II, w. 562 SM) dari Babilonia[4] sedangkan di kali yang kedua adalah Titus (w. 81 M) dari Romawi[5].
 
Untuk *hukuman pertama (_wa'du uulaahumaa_)*, Allah kuasakan Kerajaan Babilonia atas mereka sebagai hasil Perang Carcemish tahun 605 SM[6]. Tentara perkasa yang dipimpin Nebuchanezzar II itu merajalela di perkampungan Bani Israil di Syam, termasuk di Al-Quds/Yerussalem[7]. Sekali lagi, setelah di era Fir’aun, Bani Israil diperbudak. Bahkan mereka diangkut pergi dari Syam ke Irak setelah banyak puluhan ulama mereka dibantai, seluruh naskah Taurat dibakar, dan Baitul Maqdis/Beit Ha-Miqdash (yang dibangun Nabi Sulaiman ‘alaihissalam tahun 957 SM[8]) diluluhlantakkan[9]. Inilah yang dimaksud dalam ayat selanjutnya:

فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ أُولَىٰهُمَا بَعَثۡنَا عَلَيۡكُمۡ عِبَادًا لَّنَآ أُوْلِى بَأۡسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُواْ خِلَٰلَ ٱلدِّيَارِ ۚ وَكَانَ وَعۡدًا مَّفۡعُولًا
_Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung. Dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana._ [QS. Al-Isra’: 5]
 
Selang beberapa dasawarsa, Allah takdirkan Dzulqarnain (Cyrus the Great[10]) mengalahkan Babilonia. Di mana setelah pada tahun 547 SM beliau dan pasukan bergerak ke arah barat -hingga matahari nampak di pandangan mata tenggelam di Laut Aega - untuk mengalahkan Kerajaan Lydia[11], maka pada tahun 539 SM[12], Dzulqarnain bersama pasukannya merangsek ke arah matahari terbit, ke arah timur. Di sana beliau taklukkan Babilonia dan bebaskan budak-budak Bani Israil yang banyak di antara mereka tidak berpakaian. Mereka dipulangkan kembali dengan terhormat ke Al-Quds[13]. Baitul Maqdis juga dibangun kembali tahun 516 SM[14]. Tentang itulah Allah ta’aalaa berfirman:

ثُمَّ رَدَدۡنَا لَكُمُ ٱلۡكَرَّةَ عَلَيۡهِمۡ وَأَمۡدَدۡنَٰكُم بِأَمۡوَٰلٍ وَبَنِينَ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ أَكۡثَرَ نَفِيرًا
_Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka, Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar._ [QS. Al-Isra’: 6]
 
Allah ‘azza wajalla lalu berfirman:
إِنۡ أَحۡسَنتُمۡ أَحۡسَنتُمۡ لِأَنفُسِكُمۡ ۖ وَإِنۡ أَسَأۡتُمۡ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَآءَ وَعۡدُ ٱلۡءَاخِرَةِ لِيَسُۥٓـُٔواْ وُجُوهَكُمۡ وَلِيَدۡخُلُواْ ٱلۡمَسۡجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوۡاْ تَتۡبِيرًا
_Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri. Apabila datang saat hukuman (kejahatan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu lalu mereka masuk ke dalam masjid (Masjidil Aqsa), sebagaimana ketika mereka memasukinya pertama kali dan mereka membinasakan apa saja yang mereka kuasai._ [QS. Al-Isra’: 7]
 
Sayang, Bani Israil kembali congkak atas para nabi dan membunuhi mereka. Termasuk bekerja sama dengan Romawi demi membunuh Nabi Zakariya dan Nabi Yahya serta mengira berhasil menyalib Nabi Isa padahal gagal. Di sisi lain sebagian mereka mengultuskan Nabi 'Uzair secara berlebihan menjadi anak Tuhan. Inilah yang dimaksud dengan kejahatan yang kedua. Allah *hukum mereka kali kedua (wa'dul aakhirati)* dengan penghancuran yang dilakukan Romawi dipimpin Titus, sang pangeran dan jendral. Peristiwa ini terjadi di rezim Kaisar Vespasian (w. 79 M) pada tahun 70 M[15]. Sekali lagi Baitul Maqdis diratakan dengan tanah bahkan dijadikan tempat sampah[16]. Kelak ia dibangun kembali sebagai Masjidil Aqsha oleh Amirul Mukminin Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu[17]. Kemudian Allah tabaaraka wa ta’aalaa berfirman:

عَسَىٰ رَبُّكُمۡ أَن يَرۡحَمَكُمۡ ۚ وَإِنۡ عُدتُّمۡ عُدۡنَا وَجَعَلۡنَا جَهَنَّمَ لِلۡكَٰفِرِينَ حَصِيرًا
_Mudah-mudahan Tuhan kamu melimpahkan rahmat kepada kamu; tetapi jika kamu kembali (melakukan kejahatan), niscaya Kami kembali (mengazabmu). Dan Kami jadikan neraka Jahanam penjara bagi orang kafir._ [QS. Al-Isra’: 8]
 
Demikianlah dua hukuman Ilahi atas keonaran Bani Israil. Lalu Allah sampaikan, *"Wa in 'udtum, 'udnaa (Jika kalian mengulang kembali kejahatan, maka Kami akan kembali menghukum)."* Di abad ke-20 M Bani Israil kembali berulah menista Masjidil Aqsha dan penduduk sekitarnya. Maka nantikanlah hukuman Allah atas mereka serta kemenangan umat Islam. Al-Hafidzh Ibnu Katsir (w. 774 H) tafsirkan bahwa hukuman atas Bani Israil kali ini adalah melalui kaum Muslimin[18]. Memang, sejumlah ulama memahami dari beberapa hadis bahwa akan ada jihad besar muslimin melawan Yahudi[19]. Namun secara sempurna, kemenangan Islam atas Yahudi akan terjadi saat Nabi ‘Isa kalahkan Dajjal[20] di akhir zaman[21]. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

 لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تُقَاتِلُوا اليَهُودَ، حَتَّى يَقُولَ الحَجَرُ وَرَاءَهُ اليَهُودِيُّ: يَا مُسْلِمُ، ‌هَذَا ‌يَهُودِيٌّ وَرَائِي فَاقْتُلْهُ
“Tidak akan terjadi kiamat hingga kalian berperang melawan Yahudi. Hingga batu akan bersuara dan berkata:
‘Wahai Muslim, ini ada seorang Yahudi di belakangku, lawanlah ia.’” [HR. Al-Bukhari no. 2926]
 
Akan tetapi tidak perlu tunggu akhir zaman. Tetap saja setiap orang akan dimintai pertanggungjawaban sesuai zamannya. Kita akan Allah tanyai tentang apa yang kita sudah perbuat untuk membantu saudara-saudara kita nan tertindas di sana. Saat ini, tetap kita punya sejumlah kewajiban, misalnya: memperluas informasi edukatif terkait penjajahan Israel atas Palestina, menyadarkan dunia bahwa sejarah membuktikan hanya di bawah kuasa kaum Muslimin saja toleransi agama terwujud di Al-Quds/Yerusalem[22], mengingatkan umat bahwa Palestina merupakan tanah milik kaum Muslimin yang diwakafkan Khalifah ‘Umar[23], membantu dengan harta dan doa, serta mendorong negara-negara Islam serta dunia untuk bertindak lebih tegas dan kongkrit terhadap Israel. 

_Allahummanshur ikhwaananaa. Nashrun minallaahi wafathun qariib wabasysyiril mu'miniin. Taqabbalallaahu minnaa waminkum._


[1] Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PD Muhammadiyah Kota Depok & PCI Muhammadiyah Arab Saudi sekaligus wakil ketua Komisi Kajian Timur Tengah PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Dunia.
[2] https://www.aljazeera.com/news/2021/5/6/palestinian-teen-killed-in-clashes-with-israeli-armed-forces (terakhir diakses 12 Mei 2021, pukul 11.40 WIB).
[3] Ibnu Taimiyyah, Al-Jawaab Ash-Shahiih Liman Baddala Diin Al-Masiih (VI/338). Riyadh: Darul ‘Ashimah, 1999.
[4] Lihat: Al-Baghawi, Ma’aalim At-Tanziil (V/79). Riyadh: Dar Thaybah, 1997
[5] Lihat: Ma’aalim At-Tanziil (V/80).
[6] Lihat: Donald Wiseman, Chronicles of Chaldaean Kings (h. 12). London: The Trustees of The British Museum, 1956.  
[7] Lihat: Paul Achtemeier, Harper’s Bible Dictionary (h. 103). San Fransisco: Harper and Row, 1985.
[8] Lihat: Richard Parker, Babylonian Chronology (h. 30). Providence: Brown University Press, 1956.
[9] Lihat: Ath-Thabari, Taariikh Ar-Rusul wal-Muluuk (I/539). Beirut: Dar At-Turats, 1967.
[10] Lihat: Al-Maududi, Tafhim Al-Qur’an (III/23). Hyderabad: Markazi Maktab Islami, 2015.
[11] Lihat: Herodotus, The Histories (h. 76-79). London: Penguin Books, 2003.
[12] Lihat: Fred Skolnik, Encyclopaedia Judaica (III/27). Farmington Hills: Macmillan, 2007.
[13] Lihat: Jonathan Stolk, Exile and Return (h. 8). Berlin: De Gruyter, 2015.
[14] Lihat: Lawrence Schiffman, Understanding Second Temple and Rabbinic Judaism (h. 48-49). Brooklyn: KTAV Publishing House, 2003.
[15] Lihat: Peter Schafer, The History of the Jews in the Greco-Roman World (h. 129). Abingdon: Routledge, 2003.
[16] Lihat: Ibnu Katsir, Al-Bidaayah wan-Nihaayah (IX/661). Kairo: Dar Hajar, 2003.
[17] Lihat: Ibnu ‘Asakir, Taariikh Dimasyq (XLIV/8). Beirut: Darul Fikr, 1995.
[18] Lihat: Ibnu Katsir, Tafsiir Al-Qur’aan Al-‘Adzhiim (V/48). Riyadh: Dar Thaybah, 1999.
[19] Lihat: Al-Mubayyadh, Al-Mausuu’ah fil Fitan wal-Malaahim wa Asyraath As-Saa’ah (h. 629-633). Kairo: Muassasah Al-Mukhtar, 2006.
[20] Lihat: Majelis Tarjih & Tajdid, Tanya Jawab Agama (VII/171). Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2019 & Fatwa Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah 6 Maret 2009 terkait mengimani Dajjal.
[21] Lihat: Ibnu Hajar, Fath Al-Baarii (VI/610). Beirut: Darul Ma’rifah, 1959.
[22] Lihat: Maher Abu-Munshar, Islamic Jerusalem and Its Chritians (h. 128 & 153). New York: Tauris Academic Studies, 2007.
[23] Lihat: Abu Yusuf, Al-Kharaaj (h. 25). Beirut: Darul Ma’rifah, 1979.

No comments: