Friday, May 24, 2019

Catatan Subuh

Saya ikut copas, karena mewakili suara hati 
Sesuai sekali untuk renungan, tolong pahami baris demi barisnya, kata demi katanya. Semoga Allah SWT membukakan hati 
Copas dari FB Lilik Sorayya
Bismillah.
*Catatan subuh.*
Hari ini, sahur Ramadhan di negeriku ada yang berbeda. Tenggorokan saya tercekat.
Sungguh, tak sebutir nasipun mampu tertelan.
Kejadian penembakan dan pembubaran sahur ini membuat saya flash back kembali tahun ‘98.
I’ve been there. Berjilid-jilid, berbulan-bulan.
Demo yang dibubarkan aparat karena dianggap melebihi batas waktu.
Dikepung, disudutkan, dikejar hingga ke kos-kos mahasiswa, kampus, toko, bank pemerintah dan juga masjid.
Jangan tanya kerusakannya, apalagi korbannya.
Ya, masjidpun menjadi sasaran pencarian para mahasiswa, baik yang berdemo maupun yang tidak.
Seberapa keraspun kami berteriak bahwa mereka melanggar teritorial, para aparat ini tak berhenti.
Bahkan demo sudah berhenti sekalipun, tengah malam hingga pagi, sweeping tetap dilakukan.
Padahal kami tak bersenjata. Padahal senjata mereka, peluru yang mereka tembakkan, gas air mata yang mereka muntahkan dari pajak yang dibayarkan rakyat. Rakyat, tuan para aparat.
*“Salahmu dewe, demo!!!”*
Yang ngomong seperti itu, banyaak.
*“Kuliah aja yang bener. Mahasiswa itu di kampus, bukan di jalan.”*
Yang bicara begini, juga ga sedikit.
*“Amien Raisnya manaa? Malah jadiin mahasiswa sebagai tumbal.”*
Komentar begini juga terdengar.
*“Mahasiswa bikin rusuh, bikin macet...!”*
Dan masih banyak lagi komentar yang menentang pergerakan mahasiswa.
Tapi andai mereka tau,
Sungguh andai mereka tau.
Ada yang mendidih di darah kami. Ada yang bergejolak di dada kami. Ada kedholiman yang tak bisa kami toleransi.
Dan hati kecil kami mengatakan, kami ga boleh berhenti. Ada yang kami perjuangkan, dan kami akan terus bersuara. Kejadian di sahur ini sama, kawan. Tapi essensi masalahnya berbeda.
Coba perhatikan,
mereka menyuarakan keprihatinan mereka di depan KPU, bukan Istana Presiden.
Paham ya?
Tuntutan yang disuarakan, tau juga kan?
Apa yang sebenarnya mereka harapkan dari KPU, sebagai lembaga independen penyelenggara pemilu?
*“Wong ga ada kecurangan! Mana buktinya?”* Tolong ya baca, dengar, perhatikan berita jangan hanya dari media mainstream saja.
Beranilah keluar, dan caritau dari media yang menurut kalian berseberangan dengan pemerintah.
Gunakan mata batin dan nuranimu (kalo masih punya).
Gajah bagi orang yg melihat dengan mata tertutup, bisa panjang, menurut yang lain, bisa jadi lebar.
Coba buka tabirmu, lihatlah gajah dari segala sisi, baru kau simpulkan. Pahami sebabnya, sebelum menyalahkan akibatnya.
Mereka yang turun ke jalan, yang ditembaki, yang dipukuli secara represif adalah saudara sebangsa kita sendiri.
Berbeda pilihan presidenmu, jangan membuatmu kehilangan empati.
Berbeda agamamu, jangan membuatmu menutup mata terhadap permasalahan kedaulatan negeri.
600 petugas KPPS yang meninggal mendadak, tak pelak menimbulkan kecurigaan. Pemerintah, melalui Menkes nya tidak memberikan izin otopsi. Padahal jumlah 600 ini tidak sedikit.
Apakah karena 600 orang ini bukan istri atau suamimu, bukan ayah atau ibumu, bukan adik atau kakakmu, lantas kau tak peduli??
Karena dr. Ani Hasibuan ini bukan margamu, bukan doktermu, bukan sanak familimu, kau juga ga empati?
Apakah kau harus menunggu bagian dari keluargamu yang menjadi korban dari rezim ini, baru kau mau buka suara?Indonesia itu milik seluruh rakyat.
Jika pemerintahnya tidak membuat kebijakan yang pro rakyat banyak sebagai pemilik kedaulatan negeri ini, sangat wajar jika rakyat melancarkan aksinya.
Entah lewat tulisan, entah lewat lisannya. semuanya dilindungi oleh hukum negara.
Jika kemudian kau tak bisa membersamai mereka yang sedang berikhtiar untuk keadilan, minimal berikan empati kalian.
Doakan keselamatan mereka. doakan negeri kita, supaya pemimpin kita mampu memberikan rasa aman berkeadilan.
Indonesia adalah hidangan lezat.
Dari dulu.
Makanya Belanda betah bercokol dan menguras kekayaan kita selama 350 tahun, menyisakan mental-mental orang terjajah yang harus diupgrade sebagai manusia merdeka.
Jangan dikira penjajahan era baru tidak ada.
Penjajahan milenial sekarang bermain sangat cantik. Pemberian hutang tanpa batas. belum sempat kau menyadari, negara sudah defisit dan tak mampu membayar bunganya.
Belum sempat tersadar, BUMN menjadi milik asing.
Belum sempat memprotes, tetiba bagian negerimu sudah menjadi milik negara lain.
Naudzubillahi min dzalik.
Banyak.
Banyak lagi permasalahan negeri ini yang mesti kita kawal, kembali ke jalan yang benar.
*Mendukung itu tidak hanya memuji, namun juga memberikan kritik.*

No comments: