Wednesday, July 28, 2004

Golput gak yah....

Banyak diantara kita jika ditanya akan memilih apa dalam pemilu 2004 nanti sebagian dari kita menjawab "Saya gak tau mungkin Saya golput aja". Atau karena begitu frustasinya kita pada partai-partai yang telah ada dan ternyata setelah kita tahu bahwa kita hanya dijadikan mangsa-mangsa politik, maka kita menjadi sangat benci jika ada yang bicara partai atau politik.
Inilah kenyataan yang ada disekitar kita. Kita menjadi sangat apolitik dan berencana tidak akan ikut serta memberikan suara kita pada salah satu partai politik yang ada karena menurut kita sampai saat ini tak ada partai politik yang memenuhi janjinya setelah memenangkan pemilu.
Dalam setiap pemilu kita sering menyaksikan para fungsionaris dan kader berkampanye secara gencar melakukan segala cara agar kita yang merupakan sasaran-sasaran kampanye dengan secara sukarela memberikan hak suara kita kepada mereka. Bahkan tak jarang ketika pemilu agar mereka menang mereka menjanjikan hal-hal yang muluk bahkan mustahil kepada kita. Mulai dari pengaspalan jalan di lingkungan tempat tinggal kita, pendidikan gratis sampai penghapusan pajak (padahal kita tahu jika pajak dihapus negara kita tak ada pendapatan lagi) bahkan ada partai yang menjanjikan kepada para pengangguran, pekerjaan yang layak dan penghasilan yang mencukupi. Begitu muluknya janji yang diberikan tetapi kita terlena dan tetap percaya mereka akan menepati janjinya ketika menang nanti. Walhasil setelah menang barulah kita tahu bahwa mereka hanya memanfaatkan momentum yang ada sekedar untuk menarik simpati sebanyak-banyaknya, tunjuannya tak lain tak bukan adalah agar mereka menjadi legal berkuasa dalam suatu negara dan kemudian mereka akan memberikan janjinya kepada kita hanya jika hal tersebut menguntungkan bagi kepentingan politik mereka. Wajar jika kemudian kita marah bersumpah serapah, menghujat dan memaki karena kita telah berhasil mereka bohongi.
Begitu menggiurkannya jabatan politik dinegeri ini sampai-sampai para politikus kita menjadikan apa saja dan jalan apa saja dalam mencapai tampuk jabatan itu, mereka terjebak kenyataan bahwa menjadi anggota dewan adalah suatu jabatan eksklusif dan membanggakan terhormat dan terkenal layaknya selebritis papan atas.Menjadikan jabatan tersebut sebagai suatu profesi dan tempat mencari makan, bukan merasa diberi amanah yang harus dipikul sehingga harus juga bertanggung jawab kepada rakyat yang dititipi amanat secara moral dan etika sosial yang beradab. Maka sangat sengsaralah rakyat yang telah dibodohi dengan topeng kampanye yang katanya memegang amanah wong cilik ternyata kenyataannya memperkaya diri dengan jabatan yang diperolehnya tersebut, tidak peduli lagi dengan apa kata rakyat yang dulu memilihnya, yang menjadikan dia tempat curahan aspirasi nurani rakyatnya.
Wajar lalu kita kecewa dengan sepak terjang wakil-wakil kita yang dengan polosnya tidur saat sidang, atau merokok sambil bercanda ketawa-ketiwi dengan rekannya sesama meja,lupa bahwa rakyatnya sedang berharap penuh padanya agar memperjuangkan apa yang dulu dijanjikannya sewaktu kampanye.
Dengan sederetan kenyataan diatas yang telah dipaparkan tentunya kita mencoba mencari format baru bagi pemahaman politik kita sehingga kita jangan terjebak dengan paradigma seperti diuraikan tadi.
Bahwa sejatinya pemilu adalah mencari pemimpin yang dapat kita andalkan membawa negara kita keluar dari krisis multidimensi, kita boleh saja golput dalam artian kita menjadi golongan putih yang benar-benar putih bersih dari unsur-unsur kkn dan kenyatan politik dagang sapi seperti yang telah ada.Bahwa kenyataannya mencari pemimpin tersebut adalah lewat mekanisme pemilu dan itu adalah harga mati yang harus kita jalani. Dalam artian kita tidak bisa begitu saja melepaskan hak suara kita saat pemilu nanti dengan tidak memilih partai manapun karena dengan demikian kita telah kehilangan hak kita yang satu-satunya tersebut untuk menentukan siapa yang kita titipi amanat untuk memimpin kita dikemudian hari.
Bila kita melepaskan kesempatan kita tersebut bukan tidak menjadi kenyataan bahwa yang terpilih nantinya adalah pemimpin-pemimpin yang sangat buruk perilakunya, yang sangat tidak amanah bahkan bisa berlaku zalim terhadap rakyat yang telah memilihnya. Karena merasa telah berkuasa tentunya dia sangat mungkin melakukan apa saja kepada rakyatnya bahkan berkhianat kepada rakyatnya tanpa malu-malu. Bila suatu saat nanti hal tersebut menjadi kenyataan jangan sampai kita menyalahkan diri kita sendiri atau mulai mencari kambing hitam kesalahan itu, tak lain tak bukan karena kita tak peduli dengan nasib diri kita sendiri dan karena kita salah mengambil keputusan untuk golput.
Maka dari itu adalah suatu keputusan yang harus diyakini bila kita akan menentukan pilihan kita pada suatu partai. Harus dilihat seperti apa sepak terjang anggota-anggotanya yang ada didewan atau mencermati janji-janji dan berpikir secara logis terhadap janji muluknya.Bukalah hati nurani kita dengan memilih partai yang anggotanya bukan dari unsur-unsur orde baru yang notabene seluruhnya adalah pewaris budaya korup dan suap, anggotanya juga bukan para petualang kepentingan yang meloncat dari satu partai ke partai lain yang sedang menang atau sedang naik pamornya.
Sangat dibutuhkan hati nurani yang bening jika memutuskan tetap golput, bahwa suatu saat nanti  secara gak langsung mereka yang golput akan terkena dampak money politik, mau gak mau suara mereka akan dinilai dengan Rupiah oleh partai yang memang punya banyak uang, bukan salah mereka,  tetapi itu adalah hak mereka untuk menerima uang, anggap saja itu adalah rezeki yang jatuh dari langit, tetapi tetap memilih kepemimpinan itu adalah tanggung jawab luhur yang tidak bisa ditentukan dengan lembaran Rupiah, alangkah murahnya hati nurani kita.
Akhir kata tiada kebijaksanaan itu muncul kecuali dengan mengembalikan suatu permasalahan kepada porsinya masing-masing sehingga setiap keputusan yang bijaksana melahirkan pemimpin yang adil dan cita-cita hidup sejahtera yang kita dambakan menjadi kenyataan suatu saat nanti Insya Allah....
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu);sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.(QS Al-Maidah:51)   "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui" (QS Al-Anfal:27).

1 comment:

arie301 said...

sebenarnya wacana ini sudah terlambat, tapi tangan ku dah gatel pengen publish -in aja...enjoy u're self